Sistem Ekonomi Islam Atasi Deflasi

Oleh. Ummu Nasywah (Muslimah Entrepreneur)

Lagi, penerapan sistem ekonomi kapitalisme menunjukkan kebobrokannya. Sistem yang diadopsi oleh negara kita hari ini nyata telah menimbulkan kekacauan ekonomi yang sangat pelik. Berbagai problem ekonomi kian bertambah banyak, tanpa ada penyelesaian yang tuntas. Padahal sistem ekonomi kapitalisme ini telah diterapkan di hampir seluruh penjuru dunia dan digadang-gadanh menjadi sistem yang sangat relevan untuk diterapkan. Akan tetapi, benarkah kenyataannya bahwa sistem yang dielu-elukan oleh para pengusungnya akan mampu memberikan kesejahteraan hakiki pada rakyat hari ini?

Perekonomian Indonesia sedang tidak baik-baik saja. Hal ini dipicu deflasi selama 5 bulan beruntun (month to month) pada Mei-September 2024. BPS ( Badan Pusat Statistik ) mencatat deflasi sebesar 0.12% pada bulan September kemarin. Angka deflasi tersebut lebih tinggi jika dibandingkan bulan Agustus sebesar 0,03%.
Tercatat fenomena deflasi beruntun pernah dialami Indonesia pada tahun 1999 pasca krisis finansial Asia. Di mana pada saat itu, deflasi terjadi selama 7 bulan yakni Maret-September 1999. Sedangkan pada Desember 2008 hingga 2009 deflasi disebabkan karena turunnya harga minyak dunia. Begitupun pada tahun 2020 deflasi beruntun juga pernah terjadi meski hanya 3 bulan saja.

Apa Penyebab Deflasi?

Menurut laman Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPB) Kementerian Keuangan, deflasi adalah keadaan di mana terjadi penurunan harga barang dan jasa di suatu wilayah. Fenomena demikian bisa terjadi tatkala terjadi penurunan jumlah uang yang beredar. Hal itu mengakibatkan daya beli masyarakat menurun.
Benarlah, deflasi hari ini terjadi karena adanya penurunan harga barang, yang dipengaruhi oleh penawaran/supply bahan pangan. Komoditi seperti cabai, bawang merah, daging ayam ras, dan telur serta tomat memberikan andil deflasi yang cukup besar.

Faktor lain penyebab meningginya angka deflasi yakni penurunan daya beli masyarakat. Hal ini dikonfirmasi dari segi tingkat pendapatan yang menurun. Bisa dipastikan meskipun terjadi penurunan harga barang – barang kebutuhan, akan tetapi jika upah/tingkat pendapatan rendah, maka daya beli masyarakat pun berkurang. Alhasil, jika pendapatan yang dihasilkan tidak bisa mengcover kebutuhan maka tabungan akan dikorbankan. Bahkan sampai mengambil pinjaman uang yang pada hari ini sangat mudah dijangkau lewat pinjol.

Deflasi beruntun yang terjadi mengindikasikan bahwa pemerintah tidak mampu mengatasi fenomena penurunan daya beli masyarakat, sehingga berdampak pada penurunan harga barang dan jasa. Bahkan dalam jangka panjang banyak perusahaan-perusahaan yang akan gulung tikar karena produk tidak terserap masyarakat dan menumpuk di gudang.

Sebagai langkah awal untuk bisa menutup biaya produksi, maka produk dijual dengan harga yang sangat murah. Dalam jangka panjangnya akan mengakibatkan PHK masal sebagai akibat kebijakan pengurangan produksi, atau bahkan berakibat perusahaan dinyatakan bangkrut.

Deflasi Mengancam Kesejahteraan Keluarga

Faktanya, perekonomian Indonesia masih ditopang oleh konsumsi rumah tangga. Maka dengan deflasi yang terjadi, mengindikasikan konsumsi rumah tangga terjadi penurunan yang signifikan. Disebabkan pendapatan yang lebih kecil dari pengeluaran. Dampak panjangnya yakni kesejahteraan anggota keluarga menjadi ancaman.

Sebagaimana diketahui bahwa sebagian besar anggaran rumah tangga dikeluarkan untuk biaya pendidikan dan kesehatan yang notabene sangat mahal. Sudah pasti akan menjadi fokus utama pengeluaran rumah tangga. Lantas, bagaimana keluarga mampu mengcover biaya tersebut jika untuk pemenuhan kebutuhan perut saja mereka harus banting tulang. Alhasil, pendidikan dan kesehatan pun terabaikan. Maka tak heran generasi pada hari ini mengalami penurunan kualitas pendidikan dan kesehatan yang sebenarnya menjadi poin utama untuk mencetak generasi emas.

Sistem Kapitalisme Biang Kerok

Maka benarlah penerapan sistem ekonomi kapitalisme semakin menambah kesengsaraan rakyat. Bagaimana tidak, pemerintah justru fokus kepada segelintir orang yang punya uang untuk bisa mengembangkan modalnya hingga meraup keuntungan sebesar-besarnya. Dalam sistem Kapitalisme, negara tak lain hanya berfungsi sebagai legislator kebijakan yang pro para investor. Alih-alih menyejahterakan rakyat menengah-ke bawah dengan periayahannya, justru menambah beban kesulitan yang sangat berat dengan kebijakan-kebijakannya.

Masyarakat kian terbebani dengan berbagai macam pungutan pajak, seperti PBB ,PPN, PPh, dll. Lepas tangannya negara dalam menjamin pendidikan yang berkualitas dan kesehatan yang murah, bahkan gratis bagi setiap rakyat miskin. Rakyat kesulitan untuk mencari pekerjaan dengan upah yang layak. Bahkan Gelombang PHK masal yang telah terjadi dan masih terus terjadi akibat pengambilan kebijakan ekonomi yang fokus pada industri padat modal bukan industri padat karya. Maka tak ayal, ancaman generasi rapuh dan rusak akan menjadi kenyataan di masa depan.

Ekonomi Islam Menjadi Solusi

Islam adalah sebuah agama yang sempurna dan paripurna. Islam merupakan sebuah sistem kehidupan yang tidak hanya mengatur tentang ibadah, tetapi mencakup seluruh aspek kehidupan manusia, tak terkecuali problem ekonomi. Sistem ekonomi Islam terbukti menjamin keberkahan dan keadilan.

Sebuah keadaan yang tidak mungkin dijumpai selain dalam ideologi Islam. Para penguasa dengan dorongan ketakwaan kepada Allah Swt., diperintahkan untuk menunaikan dan mengelola harta milik umat sebagai amanah dengan sebaik- baiknya. Dengen pengelolaan SDA sebagai kepemilikan umum yang hasilnya dikembalikan dalam bentuk jaminan kehidupan baik pendidikan, kesehatan, fasilitas umum dan sebagainya. Pengelolaannya tidak boleh diserahkan kepada para pemodal untuk keuntungan pribadi atau kelompok semata.

Syariat Islam mencegah konsentrasi kekayaan hanya pada segelintir orang. Sebagaimana dalam surah Al Hasyr ayat 7, “Supaya harta itu jangan beredar diantara orang-orang kaya saja diantara kalian.”

Sehingga kebijakan ekonomi yang diambil haruslah diperuntukkan kepada seluruh lapisan masyarakat, bukan pada segelintir orang saja.
Selain itu, Islam juga memberikan jaminan pemenuhan kebutuhan pokok keluarga. Mulai dari pemenuhan pangan, sandang, dan tempat tinggal yang layak, termasuk di dalamnya adalah fasilitas pendidikan yang mudah diakses seluruh lapisan masyarakat. Dalam Islam, pendidikan adalah faktor utama pembentuk generasi penerus yang harus terbentuk dalam dirinya syakhsiyah Islamiyah.

Demikian pula layanan kesehatan murah bahkan gratis sebagai bentuk periayahan kepada rakyat. Semua itu tentu bukan berasal dari utang ataupun pajak yang menjadi sumber pendapatan negara pada sistem ekonomi kapitalisme saat ini. Maka dengan konsep Ekonomi Islam mampu mengatur seluruh kebijakan ekonomi mikro dan makro. Tak hanya ketahanan pangan, kestabilan ekonomi dari ancaman inflasi maupun deflasi, bahkan memberikan poin lebih yakni kesejahteraan rakyat sebagai bentuk periayahan negara kepada rakyat. Wallahualam.

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi