Oleh. Rahma Nadia Mumtaza
(Siswi SMAIT Al Amri)
Bagaikan racun yang dibalut dengan madu, itulah moderasi. Ide busuk para musuh Islam yang takut akan kebangkitan umat Islam. Sedikit demi sedikit, Islam diubah agar berbagai kepentingan dunia Barat bisa diwujudkan. Bermodalkan masyarakat moderat yang ada di dunia Islam, sebagian konsep moderasi kini sudah dan sedang dijalankan, sebagian lagi masih menunggu momentum untuk didesakkan oleh para pengusung Islam moderat.
Moderasi beragama adalah proyek besar yang sedang dijalankan oleh penguasa hari ini. Bencana alam maupun bencana arus pemikiran menyimpang yang dilabeli moderasi menambah keparahan kondisi negeri ini sebagai negara yang gagal dalam menyejahterakan rakyatnya. Toleransi dikatakan moderasi. Dunia remaja kini menjadi sasaran empuk bagi pengusung paham moderat ini.
Umat Islam semakin dijauhkan dari ajarannya. Islam diaruskan agar sesuai dengan kepentingan dunia Barat. Moderasi ini adalah salah satu upaya yang terus dilakukan oleh Barat untuk menghadang kebangkitan Islam.
Sepanjang peradaban manusia, pemuda memiliki peran sangat penting dalam proses perubahan sebuah bangsa. Bukan hanya karena usia yang sedang penuh semangat, tetapi memang pada usia ini kemampuan berpikir sedang dalam kondisi optimal. Pemuda merupakan generasi penerus bangsa, di pundaknyalah bertumpu masa depan bangsa. Wajar jika banyak pihak menaruh harapan pada para pemuda untuk melakukan perbaikan dan perubahan ke arah yang lebih baik. Banyak pihak yang juga “mengincar” generasi muda ini untuk memuluskan berbagai program dan agenda berbagai pihak, termasuk pengusung moderasi beragama yang saat ini sangat masif mengaruskan idenya ke tengah-tengah umat.
Fakta menunjukkan bahwa ide moderasi beragama telah menyasar generasi muda. Tidak hanya para mahasiswa saja yang menjadi sasaran, tetapi telah masuk ke madrasah-madrasah, pondok pesantren, bahkan ke sekolah-sekolah umum. Padahal, sekolah adalah tempat penanaman ilmu dan pengetahuan.
Kampanye moderasi beragama di berbagai kalangan masyarakat saat ini masih dilakukan oleh pemerintah. Kementerian Agama menilai moderasi beragama merupakan spirit nilai-nilai kearifan Indonesia yang meramu dan meracik keberagaman hingga menjadi bangsa rukun, damai, dan toleran. Bahkan, warga dunia juga dipandang membutuhkan moderasi beragama (merdeka.com, 15/12/2021).
Baru-baru ini, Kementerian Agama resmi mengeluarkan buku moderasi beragama tiga bahasa, yaitu Inggris, Arab, dan Mandarin. Sejumlah duta besar negara sahabat, seperti duta besar Amerika Serikat, Jepang, dan Tiongkok mengapresiasi peluncuran buku moderasi beragama tersebut. Buku ini diharapkan bisa turut andil dalam menyuarakan perdamaian dunia. Berbagai program dilaksanakan pemerintah untuk menyukseskan kampanye moderasi beragama, mulai dari kurikulum pendidikan, modul moderasi, duta moderasi, dan sebagainya (timesindonesia.co.id, 09/12/2021).
Sebagaimana kita ketahui, istilah moderat sendiri pertama kali ditemukan dalam laporan RAND Corporation, yakni lembaga think tank Amerika Serikat berjudul Building Moderate Muslim Networks. Dalam laporan tersebut, oleh Barat, Islam dikelompokkan dalam beberapa kelompok. Tidak bisa dimungkiri, ini adalah strategi adu domba sesama Muslim yang dilancarkan Barat. Barat kemudian membuka istilah tandingan kontra radikalisme yang disebut dengan Islam moderat. Karena itu, baik Islam radikal maupun Islam moderat keduanya adalah istilah yang diproklamirkan Barat untuk menyerang Islam. Islam moderat sendiri banyak mempropagandakan nilai-nilai Barat dibandingkan dengan nilai-nilai Islam itu sendiri, sebagai contoh pengikut Islam moderat menolak formalisasi syariah oleh negara atau anti-Khilafah. Padahal, Khilafah merupakan ajaran Islam, sebagaimana akidah, akhlak, ibadah, dan muamalah.
Strategi Barat untuk menyerang Islam ini merupakan propaganda rusak yang harus disadari oleh seluruh kaum Muslim. Hal ini sejalan dengan firman Allah SWT:
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kalian ke dalam Islam secara keseluruhan dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan, sungguh setan itu musuh yang nyata bagi kalian.” (QS Al-Baqarah:208)
Monsterisasi Islam inilah yang melahirkan islamofobia di Barat dan seluruh dunia. Inilah cara terakhir Barat untuk melanggengkan hegemoni ideologi kapitalisme sekuler, yaitu dengan menyebarkan paham moderasi. Padahal, proyek antiradikalisme atau deradikalisasi yang terus digulirkan dengan menggulirkan wacana moderasi beragama, hanya menumbuhkan keraguan pada ummat Islam akan kebenaran Islam. Mirisnya, jika masih ada seorang Muslim yang secara fanatik memahami Islam, maka mereka kemudian dicap sebagai fundamentalis, radikalis, islamis, dan teroris.
Selain itu, moderasi beragama juga akan menghilangkan rasa kebanggaan terhadap ajaran Islam karena stigma buruk yang disematkan pada Islam. Barat dengan gencar mencitrakan Islam secara keji melalui media-media. Dampaknya adalah menggejalanya inferiority complex yakni rendah diri pada diri ummat Islam, islamofobia, dan pemujaan kepada Barat.
Moderasi beragama hanya menjerumuskan ummat Islam dalam pemikiran pluralisme agama. Sementara pluralisme jelas bertentangan dengan Islam. Moderasi beragama adalah salah satu gerakan westernisasi segala aspek kehidupan kaum Muslim. Paradigma Barat dijadikan sebagai kiblat kaum Muslim dengan meninggalkan tsaqofah Islam melalui berbagai bidang, seperti fun, fashion, film, dan food.
Tidak seharusnya penguasa di negeri-negeri Muslim mengaruskan ide Islam moderat yang sangat berbahaya bagi ummat Islam. Negara harusnya hadir untuk membentengi ummat dari serangan Islam moderat. Ummat Islam pun harus menyadari pentingnya mendakwahkan dan memperjuangkan tegaknya syariah dan Khilafah yang akan memberikan kebaikan bagi seluruh manusia dan alam semesta. Sebab, hanya Khilafah yang akan menghapuskan narasi-narasi buruk yang mengatasnamakan Islam di tengah kaum Muslim.
Generasi remaja Muslim, saat ini menjadi sasaran terbesar para pengusung paham moderat. Maka dari itu, marilah kita tolak paham moderat. Generasi muda saat ini adalah masa depan kaum Muslim, masa depan negeri ini. Paham moderasi menghancurkan bibit unggul generasi kaum Muslim.
Moderasi beragama seolah-olah madu manis, menjadi solusi bangsa, tapi ternyata racun mematikan bagi ummat Islam. Ummat dijauhkan dari identitas aslinya sebagai Muslim kaffah. Ummat dijauhkan dari kebangkitannya. Hanya satu pilihan tolak moderasi beragama agar hidup ummat Islam berkah.
Wallahu a’lam bissawab.