Sekulerisme Membentuk Manusia Niradab Terhadap Alquran


Oleh: Eni Yani.

Membahas Alquran, adalah hal yang agung, mulya, tinggi, dan suc. Kitab suci kaum muslim yang diturunkan kepada Rasulullah Saw. melalui malaikat Jibril, kiitab suci dan disucikan kaum muslim karna kalam dari sang Maha Suci. Sempurna dan tidak ada keraguan atas apa – apa yang disampaikan di dalamnya, petunjuk bagi orang – orang yang mengimaninya.

Sebagai kaum muslim yang menjadikan Al Qur’an sebagai petunjuk, tentunya memiliki etika dan adab dalam menyikapinya. Dalam bacaan, ada aturan dan hukum yang membuat Al Qur’an memiliki makna dan tafsir yang terkandung dalam setiap ayatnya.

Sebagai sebuah kitab yang berbentuk buku, maka tidak boleh memperlakukan seperti buku, yang boleh disimpan dimana saja. Sakralnya sebuah kitab suci bukan saja dari bentuknya tapi bahwa Al Qur’an adalah kalamullah yang syarat dengan makna.

Beberapa waktu yang lalu publik digegerkan oleh sebuah tayangan video dimana sejumlah laki – laki melakukan aksi saweran terhadap qoriah yang sedang melantunkan ayat suci Al Qur’an. Peristiwa tersebut bertepatan dengan acara maulid Nabi di daerah Pandeglang Banten pada bulan Okteber 2022. Aksi tersebut banyak yang menilai merupakan tindakan yang tidak terpuji dan layak dikecam.

Hal tersebut ditanggapi oleh Kemenag dengan menyatakan, mengajak masyarakat untuk menghomati qori dengan etika tinggi dan tidak merendahkan Al Qur’an dengan melakukan aksi yang tidak pantas. Majlis Ulama Indonesi (MUI) juga mengecam aksi saweran terhadap qoriah tersebut, hal itu ditegaskan oleh Ketua MUI Cholil Nafis (Portal Majalengka.com,7 -12-2023).

Apa yang diperlihatkan dalam video tersebut merupakan hal yang bertentangan dengan adab mendengarkan Al Qur’an. Pembacaan ayat suci Al-Quran disamakan saat menonton acara hiburan pentas seni dangdutan. Kesucian yang terkandung dalam kalamullah tercoreng akibat aksi yang dilakukan orang yang niradab.

Kegiatan membaca Al Qur’an merupakan sebuah ibadah, yang tentunya memiliki aturan dan hal yang harus ditaati saat membaca atau mendengarkan lantunan ayat suci Al Qur’an, namun sayang aktifitas ini banyak ditiggalkan dan lalai untuk melakukannya.

Kehidupan sekuler saat ini, menggerus nilai – nilai keimanan, sekularisme telah menghujam kuat pada diri kaum muslim. Keberadaan agama bukan hal utama dan diutamakan dalam menjalani kehidupan.

Kapitalisme membuat tujuan hidup manusia hanya pada banyaknya harta, bahagia identik dengan banyak dan melimpahnya harta. Seperti yang dilakukan oleh laki – laki yang melakukan saweran, dianggap sebagai sikap menghormati dan menghargai qoriah dengan saweran uang, seperti layaknya penyanyi yang berdendang.

Tentunya, jika hal ini dibiarkan tanpa ada sanksi sebagai peringatan, sikap niradab ini akan berulang.. Mereka tidak lagi menjadikan Al Qur’an sebagai petunjuk bahkan kesakralan Al Qur’an akan hilang dan keberadaanya tidak lagi ditinggikan bahkan ditinggalkan.

Peran adab sangat penting ketika hendak melakukan amalan atau perbuatan. Amal tanpa adab dan ilmu akan mengundang petaka, hilangnya keberkahan, sombong dan lalai dari amanah, tentu ini adalah masalah. Adab merupakan perhiasan pada perilaku seorang muslim.

Adab tumbuh subur pada saat kejayaan Islam, dimana masyarakat diikat oleh pemikiran, perasaan dan aturan yang sama. Meski adab tidak ditunjuki langsung oleh dalil yang terperinci, namun demikian adab adalah sesuatu yang disyariatkan yang harus ada dalam setiap kaum muslim.

Adapun adab saat muslim mendengarkan lantunan ayat Al Qur’an yaitu:

Pertama, tenang saat dibacakan ayat Alquran

Kedua, setiap lantunan ayat – ayat Alquran wajib didengarkan dengan sungguh – sungguh agar mendapatkan rahmat dari Alloh SWT. Dengan izin Alloh akan semakin menambah keimanan kita kepada Alloh SWT.

Lalu, mengapa masih ada orang yang tidak memiliki adab saat qori melantunkan ayat – ayat, bahkan lebih miris melakukan saweran uang, perilaku yang bertentangan dengan apa yang Allah dan Rasul perintahkan.

Bagi orang yang beriman, manakala mereka mendengar ayat Al Qur’an dilantunkan, bukan saja bergetar namun mampu meneteskan air mata, seperti yang terjadi dengan Rasulullah saat mendengar lantunan ayat suci.

Al Qur’an berisikan kisah – kisah para Nabi, perintah, larangan Allah, kisah orang – orang salih, hari kiamat, gambaran surga dan neraka. Hendaknya kita senantiasa menghadirkan Allah dalam diri kita, baik saat membaca atau mendengarkan Al Qur’an agar timbul rasa taat dan cinta terhadap Allah dan Rasul, serta takut melakukan kemaksiatan.

Perbuatan menyawer qoriah tentu menyelisihi dengan ajaran Rasul dan para sahabat contohkan. Untuk itu, begitu penting untuk mengembalikan ajaran Islam kepada kaum muslim, agar diterapkan secara kafah dalam seluruh aspek kehidupan. Hanya dengan penerapan Islam kafah, kaum muslim terhindar dari niradab terhadap Al Qur’an dan terhindar dari laknat Allah Swt.

Wallahu a’lam

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi