SDA Melimpah Belum Membebaskan Papua dari Kelaparan

Oleh. Ledy Ummu Zaid

Jika berbicara mengenai Papua, kira-kira apa yang terbesit di pikiran kita? Kebanyakan pasti menjawab tentang penduduknya, wilayahnya bahkan sampai konfliknya yang kerap terdengar sampai ke telinga kita. Ya, tanah Papua seolah-olah memiliki ciri khas tersendiri untuk dibahas, karena sejauh ini Papua memang sering dipandang sebelah mata oleh masyarakat dan pemerintah kita. Padahal siapa sangka, Papua sebenarnya memiliki tanah surga tersembunyi yang sengaja ditutup-tutupi.

Seperti lirik lagu yang viral pada tahun 70-an, “Orang bilang tanah kita tanah surga. Tongkat kayu dan batu jadi tanaman.” Tanah Papua, tanah yang subur dan kaya, tetapi sayang Sumber Daya Alam (SDA) yang melimpah belum membebaskan penduduknya dari kelaparan.

Dilansir dari laman Kompas (30/06/2023), bencana kekeringan yang melanda Distrik Lambewi dan Distrik Agandugume, Kabupaten Puncak, Papua Tengah menelan korban jiwa. Sebanyak enam orang warga meninggal dunia yang mana satu orang di antaranya adalah anak-anak. Menurut data Kementerian Sosial (Kemensos), ada 7.500 jiwa yang terdampak kekeringan yang mengakibatkan mereka mengalami kelaparan lantaran gagal panen. Sejauh ini, Kemensos mengaku akan menyiapkan lumbung penyimpanan bahan makanan. Di sisi lain, Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) mengklaim telah memberitahu pemerintah mengenai adanya musim kemarau sejak Maret 2023 agar pemerintah daerah bisa mengantisipasi dampak dari terjadinya kekeringan.

Bupati Puncak, Willem Wandik mengatakan kemarau panjang di wilayah tersebut membuat lahan pertanian milik warga rusak dan tidak bisa ditanami, dilansir dari laman Detik (24/07/2023). Akhirnya, banyak warga yang terkena penyakit seperti diare akibat memakan sayuran yang rusak dan busuk karena embun salju yang turun setiap pagi. Ironis, kelaparan di Papua terjadi di tengah SDA yang berlimpah. Yang lebih miris lagi adalah ketika mendengar bencana tersebut sampai menghilangkan nyawa. Tanah yang dijajah oleh sebuah perusahaan asing pertambangan emas terbesar di dunia tersebut kini semakin merintih kesakitan.

Kasus ini menggambarkan adanya ketimpangan perhatian pemerintah pada warga Papua. Adapun pembangunan di pulau Papua sendiri masih kalah jauh jika dibandingkan dengan pulau Jawa dimana ibukota Indonesia berada. Tak heran, jika warga Papua yang ekstremis mengecam keras dan menuntut haknya untuk menjadi wilayah yang merdeka. Sebut saja Kelompok Kriminal Bersenjata atau yang lebih familiar kita kenal dengan KKB masih terus membuat onar dan mengganggu keamanan warga setempat.

Dilansir dari laman Viva (30/07/2023), Willem Wandik selaku Bupati Puncak mengatakan, “Kesulitan penanganan bencana ini adalah belum tersalurkannya bantuan bencana secara langsung ke Distrik Agandugume dan Lambewi diakibatkan tidak adanya layanan penerbangan dengan alasan keamanan yang kurang kondusif atau adanya gangguan keamanan.”

Lagi-lagi, pemerintah tampak terlambat dalam menangani bencana kemanusiaan ini. Sistem sekularisme yang menjunjung tinggi nilai kapitalisme memang lebih mementingkan pundi-pundi rupiah belaka. Alhasil, keamanan dan kesejahteraan rakyat menjadi taruhannya. Kemudian, pemilihan sistem ekonomi dan politik yang tidak tepat juga pasti akan membahayakan rakyat.

Begitulah gambaran kondisi masyarakat khususnya warga Papua yang sedang terdampak kezaliman sistem kehidupan hari ini. Namun, hal ini akan berbeda ceritanya jika segala permasalahan umat diatasi dengan solusi yang dimiliki Islam. Adapun Islam hadir tidak hanya sebagai agama yang mayoritas pemeluknya tersebar di seluruh dunia, tetapi Islam juga hadir sebagai suatu ideologi atau sistem yang dapat mengatur segala lini kehidupan.

Dalam sistem Islam, SDA menjadi milik umum, atau bisa dikatakan milik umat. Seperti sabda Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam dalam sebuah hadist, “Kaum Muslim berserikat dalam tiga perkara yaitu padang rumput, air dan api” (HR. Abu Dawud dan Ahmad)

Berdasarkan hadis tersebut, kaum muslim (manusia) berserikat dalam air, padang rumput, dan api. Oleh karena itu, ketiganya tidak boleh dimiliki oleh individu, apalagi pihak swasta dan asing seperti yang banyak terjadi di negeri kita. Adapun yang terjadi di tanah Papua dan menyengsarakan penduduk setempat hari ini adalah bukti abainya negara dalam mengatur urusan umat.

Padahal penguasa adalah pihak yang paling bertanggung jawab atas kondisi rakyatnya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam jelas menyebutkannya dalam sebuah hadis, “Imam/khalifah itu laksana penggembala, dan hanya dialah yang bertanggungjawab terhadap gembalaannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Yang menjadi nilai plus lagi adalah pengaturan yang berasal dari Sang Pencipta, Allah Subhanahu wa Ta’ala sudah pasti terjamin keadilannya. SDA yang semestinya hanya dimiliki oleh umat dan diatur dengan baik oleh negara, maka ketimpangan sosial seperti yang terjadi di Papua hari ini tidak mungkin terjadi. Adapun Islam memiliki sistem ekonomi dan politik yang mensejahterakan semua wilayah, tanpa melihat potensi wilayahnya, apakah berada di dekat maupun jauh dari ibu kota misalnya.

Kemudian, terkait keuangan, negara memiliki sumber pendapatan yang pasti dan sahih, yaitu baitul maal. Setiap individu, baik yang menjabat atau tidak pun akan berlaku adil dan taat untuk beribadah hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, sehingga tidak berani melakukan perbuatan maksiat seperti korupsi, mencuri dan lain sebagainya. Di sisi lain, sistem pendidikan dan kesehatan umat juga mendapat perhatian yang besar. Karena semua menjadi gratis, maka hak mereka terpenuhi dengan baik dan benar. Hanya dalam naungan sistem Islamlah, semua rakyat akan hidup sejahtera. Wallahu a’lam bishshowab.

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi