Saatnya Bangkit dari Pemikiran Primitif

Oleh. Feni Nurjanah
(Majalaya, Bandung)

Seminggu yang lalu, tepatnya pada hari Senin tanggal 14 maret 2022, Presiden Jokowi berkemah di titik nol Ibu Kota Negara (IKN), Kalimantan Timur. Selain itu, para gubernur se-Indonesia juga dijadwalkan hadir di acara tersebut untuk melaksanakan ritual ‘Kendi Nusantara’ (Kumparan, 14/03/2022).

Di tengah penolakan dan proses gugatan oleh masyarakat terkait pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Kalimantan, pemerintah justru malah memamerkan politik klenik yang jelas-jelas bisa mengundang adzab Sang Khaliq. Bagaimana tidak, di dalamnya terdapat kesyirikan karena mengandung hal-hal yang mistis dan bertentangan dengan Islam.

Sungguh aneh negeri yang katanya mayoritas muslim, namun masih percaya dengan ritual semacam itu. Sebenarnya apa tujuan dari ritual ‘Kendi Nusantara’ tersebut, apakah ada hubungannya dengan sebuah pembangunan sehingga harus dilakukan sedemikian rupa?

Menurut pengamat politik dari Universitas Negeri Jakarta Ubedilah Badrun menyebutkan bahwa praktik ritual semacam itu dalam terminologi sosiologi politik bisa di kategorikan sebagai politik klenik, yakni praktik politik yang mengimplementasikan kemauan penguasa (IKN) berdasarkan imajinasi irasionalitasnya yang meyakini semacam adanya mistisme tertentu (Kompas.com, 14/03/2022).

Memang jelas, praktik tersebut mengandung hal mistis d idalamnya. Entah apa pun tujuannya, namun yang jelas hal tersebut bertentangan dengan keyakinan kita sebagai seorang muslim. Di negeri kita ini memang masih kental dengan hal-hal semacam ini, yaitu ritual-ritual dan praktik lainnya yang diyakini akan mendatangkan kebaikan, keberuntungan, dan sebagainya.

Seperti pada kasus kemarin dalam proses pelaksanaan MotoGP di Mandalika, ada seorang perempuan yang diyakini sebagai pawang hujan sedang mengatur cuaca dan arah mata angin dengan berbagai sesajennya. Namun, apa yang terjadi, tidak dimungkiri tidak ada yang bisa menyaingi ke-Mahabesaran Allah SWT, saat itu juga hujan turun dengan begitu derasnya. Seketika pawang tersebut diejek dan ditertawakan oleh peserta dan beberapa penonton di sana. Bukannya bisa bersaing secara mendunia, malah mendapatkan rasa malu yang tiada duanya.

Semestinya hal tersebut harus dijadikan sebuah pelajaran, mau sampai kapan negeri ini masih percaya dengan hal-hal primitif yang jelas-jelas mengundang murka Sang Pencipta. Semestinya kita sebagai negeri yang mayoritas muslim harus lebih berpikir secara logis, kritis, dan tentunya mengedepankan ketaqwaan dibanding dengan kemusyrikan. Allah Swt. berfirman:

اِنَّ اللّٰهَ لَا يَغْفِرُ اَنْ يُّشْرَكَ بِهٖ وَيَغْفِرُ مَا دُوْنَ ذٰلِكَ لِمَنْ يَّشَآءُ ۚ وَمَنْ يُّشْرِكْ بِا للّٰهِ فَقَدِ افْتَـرٰۤى اِثْمًا عَظِيْمًا

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) karena mempersekutukan-Nya (syirik), dan Dia mengampuni apa (dosa) yang selain (syirik) itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Barang siapa mempersekutukan Allah, maka sungguh, dia telah berbuat dosa yang besar.”
(QS An-Nisa’: 48)

Jelas sekali dalam Al-Qur’an pun disebutkan, Allah Swt. tidak akan mengampuni dosa-dosa orang yang berbuat kemusyrikan karena dosa ini termasuk dosa yang paling besar, disebabkan sudah mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang lain selain daripada-Nya. Maka dari itu, hentikan segala perbuatan kemusyrikan yang jelas-jelas menyengsarakan. Selain dosa besar, ianya juga akan mengundang murka dan adzab Allah terhadap seluruh penduduk bumi.

Negeri ini sedang tidak baik-baik saja, banyak bencana dimana-mana. Janganlah kita tambah-tambahi lagi dengan hal-hal yang akan semakin menambah murka-Nya. Cukupkan perbuatan ini dengan menjadikan diri lebih dekat kepada Sang Ilahi Rabbi. Lakukan apa yang diperintahkan dan jauhi segala yang dilarang. Jadikanlah Allah Swt. sebagai satu-satunya penolong dan pelindung bagi hamba-Nya. Cukup Islam sebagai pedoman yang akan menghantarkan kita kepada ketaqwaan. Sehingga, keberkahan itu datang tidak hanya dari bumi melainkan dari langit sekalipun.

Wallahu a’lam bishowwab.

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi