Rusaknya Generasi Akibat Sistem Kapitalisme

Oleh. Foni Sipala
(Mahasiswa)

Tak dielakkan lagi bahwa pemberitaan kasus kekerasan pada generasi muda masih menjadi trend topik media massa. Baru baru ini, terjadi penganiyaan secara brutal oleh anak pejabat terhadap putra petinggi GP Anshor yang terjadi di sebuah perumahan pasanggarahan, Jakarta Selatan (CNN Indonesia.com, 25/02/2023).

Di kasus yang berbeda, seorang siswi SMP di kabupaten Bone meninggal usai menjadi korban pemerkosaan beberapa rekannya (detik.com, 24/02/2023). Ada juga di daerah lain, polres Purwakarta mengamankan lima orang pemuda yang melakukan percobaan dengan kekerasan dan atau penganiayaan (JurnalPolri.com,lq22/02/2023).

Menelisik kasus di atas, kekerasan pada generasi kian hari kian merajalela. Pemuda yang diharapkan mampu membangun peradaban yang gemilang, kini hanya angan-angan belaka. Padahal, pemerintah telah menghadirkan sederet aturan dan badan hukum yang dirasa mampu mengatasi hal ini.

Adanya UU perlidungan anak, adanya Komnas perlindungan anak, juga sistem pendidikan merdeka belajar tak mampu mengatasi hal ini. Belum lagi swasta yang memberikan bimbingan parenting dan konseling semakin banyak. Namun sayang, kasus kekerasan pada generasi semakin tumbuh subur, seolah menjadi pupuk. Tidakkah ini menjadi pertanyaan bahwa ada yang salah dari sistem negara ini.

Kapitalis dengan sistem sekulernya juga berhasil membuat generasi menjadikan akal sebagai Tuhan dan sebagai hakim dalam menentukan sikap. Sistem kapitalisme dengan HAM-nya berhasil membuat generasi bertindak sesuai dengan nafsu dan pola gaya hidup bebas. Ditambah sistem pendidikan yang menjauhkan pemuda dari agama. Dalam tataran pendidikan keluarga, ibu yang tidak berhasil menjadi madrasah pertama peletak akidah Islam yang mampu menyelamatkan anak pada sistem yang rusak seperti sekarang.

Islam Menyelamatkan Anak
Islam adalah agama sekaligus mabda. Islam memiliki seperangkat aturan dari Al-Khaliq kepada umat manusia. Islam dapat menyelesaikan segala problem umat, tak terkecuali masalah generasi muda saat ini.

Di dalam daulah Islam, generasi muda sangat dijaga dan dilindungi karena mereka adalah investasi negara yang sangat berharga. Negara memiliki peran penting dalam menjaga moral generasi muda. Islam mendorong negara berkolaborasi bersama keluarga dan masyarakat agar tercipta lingkungan yang kondusif. Sehingga, para pemudanya tidak menjadi generasi yang latah, gampang mewek, dan membebek pada budaya kafir yang jelas-jelas merusak kepribadian pemuda.

Generasi muda pada sistem Islam memiliki iman yang kokoh, generasi yang jauh dari hiruk-pikuk dunia sekuler, juga generasi yang bertindak berlandaskan syariat Islam. Sehingga, ketika syariat Islam menjadi landasan hidup, para pemudanya memiliki adab yang sangat terpuji. Sebut saja Kisah Uwais al Qarni, seorang pemuda yang berasal dari Yaman yang membuat Rasulullah saw. terkesan karena ketaatan dan kesalehannya, terutama sikapnya yang sangat berbakti kepada ibunya.

Ada juga seorang ulama besar Imam As-Syafi’i yang hormat kepada gurunya. Setiap kali memegang lembaran kertas kitab, ia memegangnya dengan lembut dan hati-hati agar tidak menimbulkan suara, khawatir Imam Malik mendengarnya. Itulah dua nama dari sekian banyak para pemuda yang memiliki adab yang sangat terpuji.

Tentu saja generasi semacam ini tidak lahir dari orang tua dan sistem negara yang jauh dari aturan Allah. Generasi seperti Uwais dna Imam Syafi’i dibesarkan dari budaya Islam yang kental akan ajara-Nya. Islam terbukti dalam sejarah membentuk generasi yang berakhlak mulia dan menyelamatkan para pemuda dari krisis adab. Sehingga, tidak heran jika pemuda zaman kejayaan Islam merupakan generasi emas yang hanya takut dan tunduk pada Allah Swt. dan Rasulullah Muhammad saw.

Wallahu a’lam bissowab

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi