Rakyat Lapar Ditengah SDA Melimpah, Pantaskah?

Oleh : Ummu Alkhalifi (Anggota Komunitas Setajam Pena)

Dilansir dari KOMPAS.com (30/7/2023), sebanyak enam orang warga meninggal dunia akibat bencana kekeringan yang melanda Distrik Lambewi dan Distrik Agandugume, Kabupaten Puncak, Papua Tengah.

Diketahui, korban terdiri dari lima orang dewasa dan satu anak-anak. Gejala awalnya mereka lemas, diare, panas dalam, dan sakit kepala hingga meninggal dunia. Menurut data Kementerian Sosial, bahwa sebanyak 7500 jiwa, tengah mengalami kekeringan, sehingga mereka gagal panen. Walhasil enam orang meregang nyawa karena kelaparan.

Sungguh ironis, penduduk negeri yang kaya meninggal dunia karena kelaparan. Padahal, tanah mereka penuh sumber daya alam (SDA). Dari hutan hingga tambang, tidak diragukan lagi kekayaan alamnya. Dengan PT Freeport yang gagah berdiri disana. Namun nyatanya, tidak memberikan kesejahteraan bagi penduduk pribumi Papua.

Hampir setengah abad, PT Freeport berada di Papua, dan sudah meraup keuntungan sangat besar. Namun fakta mengejutkan, bahwa selama itu pula tidak secuil pun gemerlap emas yang mensejahterakan masyarakat disana. Dengan leluasa mereka menguasai dan mengeruk keuntungan,

Namun ironis, di antara berlimpahnya emas Papua, angka kemiskinan naik, kelaparan yang menyebabkan kematian justru terjadi. Andai, emas itu dikelola untuk rakyat, akan mencukupi dan mensejahterakan. Bukan saja untuk rakyat Papua, namun mensejahterakan seluruh rakyat Indonesia.

Bukan tanpa sebab, inilah buah dari penerapan sistem ekonomi kapitalisme. Karena, sistem ini meniscayakan penguasaan, pengolahan dan pendistribusian kekayaannya diserahkan kepada pemilik modal besar (kapital) baik domestik maupun luar negeri.

Akibatnya, kekayaan SDA tidak dirasakan manfaatnya oleh rakyat, tapi hanya berputar antar kapital saja. Maka, sebesar apapun SDA yang dimiliki, tidak akan membawa kesejahteraan bagi rakyat. Malah imbasnya, harga barang terus melambung, berbagai subsidi ditarik, melengkapi kesengsaraan rakyat.

Berbeda dengan sistem IsIam. Di dalamnya ada tiga konsep kepemilikan barang yakni, barang milik individu, milik umum dan milik negara. Termasuk milik umum adalah tambang emas. Mekanisme pengolahan tambang ini harus oleh negara, dan manfaatnya diperuntukkan sebanyak-banyaknya untuk rakyat.

Dengan demikian, tidak ada rakyat miskin, apalagi meninggal sebab kelaparan. Kesejahteraan meliputi seluruh negeri, rahmat serta berjah-Nya, Allah limpahkan sebab, pemimpin yang amanah. Sebagaimana firman Allah Swt. Dalam surat Al-A’raf/7: 96:

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.”

Untuk itu, sudah saatnya mengganti sistem kufur ini dengan sistem sahih yang menerapkan syariat-Nya secara paripurna yaitu sistem IsIam kaffah dengan institusi negara Khilafah.

Dalam Islam, seorang pemimpin harus tahu persediaan pangan di negaranya dan musim yang akan terjadi, berdasarkan prediksi ilmiah. Sehingga, bisa jauh hari menyiapkan kebutuhan dan solusi komprehensif untuk mengatasi kemungkinan terburuk, semisal kemarau panjang. Negara bertanggung jawab penuh,mengatasinya.

Pemimpin (Khalifah) akan melakukan distribusi barang dengan maksimal, terutama di daerah-daerah yang rawan bencana. Termasuk juga penyediaan air bagi daerah yang rawan kekeringan. Sehingga, kekeringan hingga kelaparan tidak akan pernah terjadi. IsIam juga melarang, kekayaan berpusat pada individu saja.
Allah Taala berfirman,

“… supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu…” (QS Al-Hasyr/59: 7).

Dengan mekanisme sistem ekonomi IsIam, kemarau panjang, yang menyebabkan kelaparan hingga kematian bisa di antisipasi sejak dini, dengan menyiapkan beragam solusinya.

Wallahua’lam bis shawab.

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi