Racun Berbalut Madu Kapitalisme, Inikah Petaka bagi Perempuan?

Oleh. Afiyah Rasyad
(Tim Redaksi MazayaPost.com)

Syahdan, perempuan dewasa ini layaknya komoditas yang diperjualbelikan. Dari ujung rambut hingga ujung kaki seakan barang konsumsi yang bisa dinilai dengan uang. Kehidupannya jauh dari kemuliaan dan kesejahteraan. Para perempuan banyak berjibaku dengan keadaan yang begitu memprihatinkan.

Dalam atmosfer kehidupan saat ini, menjadi perempuan salihah rasanya hanya sebatas angan. Jati diri mereka mengalami salah asuh yang berkepanjangan dari sebuah peradaban. Para perempuan berlomba memisahkan norma dan agama dari sendi-sendi kehidupan. Sebuah pandangan akan kebahagiaan hanya terfokus pada harta melimpah, kerennya jabatan, dan ketenaran.

Nahas memang, racun kapitalisme sekuler telah mengalihkan pandangan kaum muslim, wabil khusus perempuan dari kebahagiaan akhirat menjadi kebahagiaan semu di dunia. Para perempuan pun berpandangan bahwa kesuksesan mereka dengan standar materi dan label predikat duniawi semata. Oleh karena itu, motivasi eksistensi para perempuan di kehidupan umum, baik di jenjang pendidikan rendah sampai tinggi maupun di jenjang karir hanya untuk mendapatkan materi, ketenaran, dan pujian manusia.

Racun kapitalisme terus membelenggu mendatangkan petaka. Para perempuan brlomba-lomba berkiprah di kehidupan umum demi pengakuan dunia. Sebagian besar mereka tak peduli meski harus menanggalkan dan meninggalkan tugas utama nan mulia. Kerelaan mereka melebur dengan racun kapitalisme tak pernah lepas dari peran besar negara.

Racun Berbalut Madu Kapitalisme bagi Perempuan

“Tak ada asap jika tak ada api,” peribahasa ini tentu sangat cocok bersanding dengan petaka yang menghampiri perempuan. Kemuliaan yang menghilang, kesejahteraan yang tak kunjung datang, gaya hidup yang dihantui kebebebasan merupakan petaka yang berkelindan. Hal itu bukan tak sebab, ada racun kapitalisme yang merasuki tiap sudut pemikiran. Berikut racun kapitalisme yang berbalut madu dan terus mencemgkeram perempuan:

1. Sekularisme
Racun mematikan pertama adalah akidah kapitalisme itu sendiri, yakni sekularisme yang memiliki makna pemisahan agama dari kehidupan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, sekularisme adalah paham yang berpendirian bahwa paham agama tidak dimasukkan dalam politik, negara, atau institusi publik. Artinya, sekularisme membuang aturan agama dari segala aspek kehidupan. Hal ini pun sangat berpengaruh besar bagi para perempuan. Kebanyakan mereka berbuat sesuatu tak peduli lagi dengan halal haram.

2. Feminisme
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, feminisme memiliki makna gerakan perempuan yang menuntut persamaan hak sepenuhnya antara kaum perempuan dan laki-laki. Demikianlah adanya, banyak perempuan yang ingin setara dalam kehidupan khusus (rumah tangga) dan kehidupan umum dengan laki-laki. Bahkan, sebagian perempuan pun tak ingin ingin memiliki perbedaan dari sisi kodrat Ilahi.

Feminisme mendorong perempuan berkiprah di luar rumah dengan anggapan mereka akan berdaya saat mandiri. Persamaan hak perempuan dengan laki-laki tak jauh dari motif ekonomi. Sebagian besar perempuan menggilai jenjang karir dan berbagai profesi demi sebuah kepalsuan eksistensi diri. Di samping itu, feminisme alias ide kesetaraan gender mendorong perempuan bisa membebaskan diri dari penindasan dan kekerasan yang menghampiri. Anggapan tidak adanya keadilan karena hak perempuan dibedakan dengan laki-laki.

3. Liberalisme
Siapa yang tidak tahu paham yang satu ini. Liberalisme atau kebebasan dalam KBBI memiliki dua arti. Pertama berkaitan dengan ekonomi sementara kedua memiliki arti sebuah perjuangan menuju kebebasan diri. Liberalisme dengan pengertian kedua mengantar para perempuan bebas melangkah sesuka hati dengan dalih hak asasi.

Gaya hidup bebas tak lepas dari pandangan kebebasan yang termaktub dalam hak asasi manusia, di antaranya kebebasan berkepemilikan, kebebasan berperilaku, kebebasan berbicara, dan kebebasan beragama. Racun kapitalisme yang satu ini sukses mendorong perempuan berbicara, bekerja, berperilaku, bahkan berpindah-pindah agama suka-suka. Liberalisme menggiring perempuan memiliki kehendak dan menentukan pilihan hidup sebebas-bebasnya.

4. Individualisme
Banyak sekali kaum muslim, termasuk perempuan yang begitu nyaman dengan racun keempat ini. Anggapan bahwa diri sendiri lebih penting dari orang lain telah dijiwai dengan sempurna oleh sebagian besar muslim dan perempuan. Mementingkan hak perorangan dibanding masyarakat atau negara tampaknya sudah menjadi hal yang sangat biasa. “Nafsi-nafsi” seakan sudah menyatu dalam jiwa. Sehingga, kepedulian akan keadaan sekitar dan problematika kehidupan yang tampak di depan mata dibiarkan saja sebelum menimpa diri sendiri. Egois dan cuek akan menempel dengan kuat pada para perempuan yang teracuni pemikirannya oleh individualisme ini.

Itulah beberapa racun kapitalisme yang bisa menghadirkan petaka bagi perempuan. Cepat dan pasti, racun kapitalisme itu hanya menyuguhkan derita bagi perempuan. Kalaupun mereka merasa meraih kebahagiaan, sejatinya itu hanya kebahagiaan semu saja.

Dampak Racun Berbalut Madu Kapitalisme bagi Perempuan

Racun kapitalisme yang berbalut madu secara langsung menghancurkan kemurnian pemikiran para perempuan. Racun-racun itu bisa menghadirkan berbagai petaka. Hilangnya fitrah keibuan merupakan petaka krusia yang menimpa perempuan. Bisa dikatakan, racun kapitalisme ini bisa membuat perempuan lupa daratan.

Kodrat perempuan juga tercabik tatkala kesetaraan gender bertahta di relung hati para perempuan. Mereka akan meninggalkan rumah dengan rasa ringan. Mereka kadang beralih peran dengan suami karena sulitnya para laki-laki mendapatkan pekerjaan. Bahkan, ada saja perempuan yang merasa gagah bisa menghidupi kehidupan keluarganya, membiarkan suami dengan kemalasan dan berganti menjadi bapak rumah tangga.

Fitrah keibuan tergadaikan hanya karena sekelumit karier dan pentingnya pengakuan publik akan jati diri mereka. Ada sebagian mereka yang terpaksa meninggalkan tugas utama sebagai ummun warobbatul bayt dan madrosatul ula, tetapi sering kali mereka tinggalkan dengan sukarela. Baby siter atau bapak rumah tangga menjadi pilihan yang bisa menjadi penyempurna semua keinginan perempuan untuk tampil di kehidupan publik dan menyejajarkan haknya dengan laki-laki. Mereka seakan tak peduli dengan masa depan generasi.

Selain hilangnya fitrah keibuan, kemuliaan perempuan juga lenyap tatkala mereka terus berkiprah di kehidupan umum tanpa sandaran agama. Dari penampilan hingga perilaku mereka tidaklah bersandar pada titah Tuhannya. Para perempuan itu dengan gampang berbusana sesuai tuntutan pekerjaan dan gaya fashion kekinian tanpa takut dosa.

Mereka pun segan ketinggalan zaman. Mereka senantiasa up date dengan gaya hidup bebas yang sudah dianggap nyaman. Wajar jika kemudian di kehidupan umum ataupun rumah tangga sering terjadi pelecehan dan kekerasan pada perempuan. Para perempuan kerap mendapat perlakuan yang menjijikkan dan menyakitkan dalam ruang publik.

Isu kemandirian finansial kerap membuat mereka buta akan peran domestiknya. Terkadang mereka gelap mata, mereka terus mengejar kebahagiaan semu meski dengan menelantarkan suami dan anak-anaknya dalam urusan rumah tangga. Bertetangga atau bersosial pun sebatas asas manfaat. Tak ada lagi peduli dan empati yang murni.

Parahnya, petaka-petaka tersebut seakan tersaji dalam bingkai negara. Racun-racun kapitalisme yang mendatangkan petakan tampaknya memang dirawat dna dipelihara dalam kebijakan yang nyata. Demikian terus, petaka itu tak akan habis jika perempuan masih meneguk racun berbalut madu yang disuguhkan kapitalisme. Sehingga kondisi perempuan dalam jeratan racun kapitalisme akan terus membawa petaka yang berkepanjangan.

Upaya Menyelamatkan Perempuan dari Petaka Racun Kapitalisme

Petaka besar yang menimpa perempuan dan manusia pada umumnya karena kehidupan yang jauh dari aturan Allah, jauh dari keberkahan hidup. Sebagaimana firman Allah Swt. QS Thaha: 124,

“Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.”

Sejatinya, kapitalisme adalah akar masalah petaka yang menimpa manusia, termasuk perempuan. Oleh karena itu, untuk menyelamatkan perempuan dari petaka tersebut, harus keluar dari kapitalisme dan masuk dalam sistem yang benar. Tentu saja sistem kehidupan yang benar hanya berasal dari Zat Yang Maha Benar, sistem Islam.

Islam adalah satu-satunya agama dan ideoleogi dengan arah pandang kehidupan yang benar sesuai pandangan Ilahi. Islam dengan kesempurnaan ajarannya selalu siap menuntun semua manusia, termasuk perempuan untuk menjadi insan yang bertakwa. Dengan demikian, mereka akan meraih predikat mulia di dunia dan akhirat langsung dari Zat Yang Maha Mulia.

Oleh karena itu, memahami Islam secara kaffah menjadi kewajiban setiap muslim, termasuk perempuan. Tidak ada cara lain agar perempuan memahami Islam secara kaffah, kecuali harus menyiapkan dan melibatkan diri secara langsung dan intens dalam pembinaan Islam kaffah. Dengan demikian, mereka bisa terlepas dari racun kapitalisme yang tidak akan pernah memberikan kebahagiaan, apalagi kemuliaan.

Kesimpulan

Dengan pembinaan Islam kaffah, perempuan akan paham fitrah dan kodratnya. Akan terbentuk pula kepribadian (pola pikir dan pola sikap) Islam, serta menjadi jelas visi misi hidupnya di dunia sesuai dengan visi misi penciptaan. Setelah memahami Islam secara kaffah, penting bagi kaum muslim dan juga perempuan untuk menegakkan sistem Islam dalam bingkai negara. Perempuan di dalam sistem Islam Kaffah itu sangat dilindungi. Kedudukannya sangat terhormat dan dimuliakan. Ini berlaku baik dalam hubungan perempuan itu dengan dirinya sendiri, perempuan dengan keluarga, perempuan dengan masyarakat umum, serta perempuan dalam lingkungan negara. Dengan demikian, rantai petaka itu akan sirna dengan adanya sistem Islam. Wallahu a’lam.

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi