Politik Pembunuh Sains


Oleh. Wafi Mu’tashimah
(Siswi SMAIT Al-Amri)

Dilansir dari Republika.co.id, LBM Eijkman dinyatakan resmi melebur bersama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Kini, Nama LBM Eijkman telah berubah menjadi Pusat Riset Biologi Molekuler (PRBM) Eijkman. Peleburan tersebut akan diikuti oleh 38 lembaga lainnya.

Peleburan ini pun disesali oleh banyak politisi dan ilmuwan. Salah satunya adalah sebuah petisi kepada Presiden Jokowi yang dibuat oleh Narasi Institute bersama sejumlah akademisi yang tergabung dalam Aliansi Anak Bangsa Peduli Riset dan Kemajuan Bangsa. Di dalam petisi tersebut mereka mendesak Presiden Joko Widodo untuk mengoreksi Perpres Nomor 78 tahun 2021, mengembalikan lembaga yang dileburkan tersebut ke asal kelembagaannya dan menjadikan BRIN hanya sebagai koordinator riset di Indonesia.

Penolakan ini, menurut mereka, disebabkan peleburan tersebut dapat menghambat masa depan penelitian lndonesia, tidak terekrutnya peneliti terbaik di lembaga tersebut dan hilangnya peneliti yang diprediksi sekitar 1500-1600 peneliti non PNS. Padahal, mereka sedang diharapkan akan mendapatkan penghargaan riset dunia dari lembaga risetnya.

Terkesan Mengerdilkan

Jika kita mau meneliti, tampaknya peleburan lembaga ini dan lembaga-lembaga yang lain ke dalam BRIN adalah salah satu corong untuk mengerdilkan dunia sains di lndonesia. Selain karena sempitnya ruang gerak, lembaga-lembaga ini pun kehilangan peneliti-peneliti terbaiknya bersebab mereka termasuk Pegawai Pemerintah non-Pegawai Negeri (PPNPN) BPPT. Opsi yang tidak diterima oleh BRIN.

Saat kehilangan peneliti-peneliti terbaiknya, tentu kinerja lembaga tersebut tidak akan sebagus sebelumnya. Ditambah, kinerja mereka sangat bergantung kepada persetujuaan dari BRIN. Dengan begitu, hasil real yang ditargetkan akan sangat lambat tercapai. Ini akan sangat mengecewakan dunia, sains, dan penelitian.

Pihak pemerintah pasti sangat menyadari akan hal ini. Namun, memang mereka sangat menginginkan kelemahan tersebut menimpa negeri ini. Mereka bukan lagi tidak peduli, tapi mengamini setiap keputusan. Dimana keputusan tersebut membuat bodoh dan lemah rakyat negeri ini yang mayoritas kaum Muslim.

Mengapa demikian? Sebab, para pemimpin negeri ini adalah seorang kapitalis yang notabene memusuhi lslam. Tak heran, saat ada negeri dengan cap mayoritas Muslim seperti negeri ini, dilakukan pembodohan, pelemahan, dan pemunduran masyarakatnya. Sebab para kapitalis tidak ingin kaum Muslim menjadi bangsa yang bangkit, maju, dan cerdas. Yang karenanya dapat menggusur kedudukan kapitalis dari negeri tersebut dan dunia.

Lalu bagaimana dengan masa depan nseluruh egeri itu? Bagi mereka itu tidaklah penting. Bagi mereka, selama kepentingan mereka dan orang-orang yang mengelilingi mereka terpenuhi, kesengsaraan orang lain tak mengapa.

Oleh karena itu, tak heran jika harus terjadi kasus ini, seperti peleburan lembaga Eijkman. Dimana pihak-pihak yang sebenarnya sangat membantu, bukan diberi ruang, malah diusir. Menurut mereka, pihak-pihak tersebut merugikan kepentingan mereka, meskipun memberikan manfaat bagi masyarakat luas.

Percuma apabila hanya dilakukan usaha untuk mengubah upaya peleburan ini dengan seruan-seruan saja. Pasalnya, selama pemerintahan masih bercorak kapitalis-materialis, mereka pasti mengabaikannya. Sebab, hal itu tidak memberikan keuntungan sama sekali. Lembaga penelitian dan seluruh aspek lainnya akan terus menjadi objek permainan mereka, tidak akan pernah diperhatikan.

Berbeda dengan musuh mereka, yakni lslam yang sangat mendukung dan memfasilitasi upaya-upaya untuk mencerdaskan bangsa. Bagi Negara lslam, kesejahteraan umat lslam adalah nomor satu. Hal ini tampak dalam kebijakan-kebijakan Rasulullah Saw. dan pemimpin-pemimpin lslam lainnya di masa silam.

Kepedulian Negara lslam dalam hal pendidikan dan penelitian tampak pada banyak laboratorium yang tersebar di seluruh negeri Muslim. Semangat kaum Muslim dalam ilmu dan penelitian juga terlihat dengan fakta kaum Muslimlah yang menemukan vaksin penyakit cacar yang mewabah saat itu.

Selain itu, berbagai ayat dalam Al-Qur’an maupun As-Sunnah mendorong ummat lslam agar memiliki semangat yang tinggi dalam mencari ilmu. Di antaranya dua buah Hadits terkenal yang artinya:

“Tuntutlah ilmu hingga ke negeri Cina.”

Hadits lain berbunyi:

“Tuntutlah ilmu dari buaian (bayi) hingga ke liang lahat.”

Allah SWT. juga berfirman dalam surat Al-Mujadalah ayat 11 yang artinya:

“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, “Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, “Berdirilah kamu,” maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan.”

Kesimpulannya, hanya dalam lslamlah ilmu itu ditinggikan. Hanya dalam Islam, lembaga pendidikan, termasuk di dalamnya penelitian tidak akan dijadikan bulan-bulanan politik. Hanya dengan lslam, kaum Muslim bisa maju, cerdas, dan sejahtera, bukan dalam kungkungan sistem kapitalisme seperti hari ini. Maka, sistem kapitalisme yang menyengsarakan ini perlu diganti dengan sistem lslam yang menyejahterakan agar ummat segera menikmati kesejahteraannya.

Wallahu a’lam bishowab

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi