Oleh. Rery Kurniawati Danu Iswanto
(Praktisi Pendidikan)
Fenomena L613T semakin marak, bahkan keberadaan kaum ini di area publik sudah tidak malu-malu dan tertutup lagi. Betapa banyak pasangan L613T yang show up di media, dengan percaya diri menunjukkan eksistensi mereka. Seakan kita disuguhkan cerita kebahagiaan yang meliputi kehidupan mereka sebagaimana pasangan pada umumnya. Masyarakat pun dipersuasi oleh tayangan-tayangan itu, bahwa mereka juga layak bahagia dan dapat diterima secara wajar di lingkungan kita.
Tidak sedikit aktivis HAM yang gencar menyuarakan dukungan pada kaum L613T. Dengan dalih menyuarakan hak asasi manusia, mereka masif mempropagandakan penerimaan atas kaum L613T.
Lembaga internasional yaitu United State Agency Internasional Development (USAID) dan United Nation Development Program (UNDP) dalam laporannya bahkan menuliskan beberapa rekomendasi bagi pemerintah Indonesia terkait kebijakan L613T di Indonesia. Di antaranya, rekomendasi untuk mengakui secara resmi keberadaan kaum L613T dan menghentikan segala bentuk diskriminasi dan kekerasan yang didasarkan atas orientasi seksual mereka. Alhasil, bukan tidak mungkin Indonesia akan menyusul negara-negara di Asia Tenggara seperti Thailand dan Vietnam yang telah lebih dahulu melegalkan keberadaan L613T, disusul Singapura yang juga sudah bersiap melakukannnya. Sebagaimana diberitakan di republika.co.id pada 22/08/22.
Sejatinya, di balik aksi propaganda tersebut, terselip agenda negara Barat untuk merusak dan melemahkan kaum muslim dari ajaran agamanya. Ya, karena kekuatan kaum muslim terjadi ketika syariat Islam menjadi dasar dan diterapkan dalam kehidupannya.
Fenomena L613T ini bukan hal yang baru. Jauh sebelum diutusnya Nabi Muhammad saw., yaitu ketika masa kenabian Luth as., fenomena ini telah ada. Kaum Nabi Luth yaitu kaum Sodom, senang melakukan hubungan sesama jenis antara laki-laki dengan laki-laki. Bahkan, istri Nabi Luth termasuk yang berpihak pada kaum tersebut. Allah Swt. pun melaknat dan menimpakan azab pada kaum Sodom. Dalam hadis Rasulullah saw. yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Ibnu Abbas ra. disebutkan bahwa, ” Allah melaknat siapa saja yang berbuat seperti perbuatan kaum Nabi Luth. Allah melaknat siapa saja yang berbuat seperti perbuatan kaum Nabi Luth, beliau sampaikan sampai tiga kali.”
Sungguh ancaman berupa laknat ini datangnya dari Allah. Siapa saja yang dilaknat-Nya berarti dimurkai dan dijauhkan dari rahmat-Nya. Jika para pelaku L613T saat ini belum ditimpa azab, ini hanya masalah waktu saja. Di akhirat kelak, balasan atasu perbuatannya adalah kepedihan yang kekal di neraka jahanam. Nauzubillah summa nauzubillah.
Begitu ngerinya laknat Allah bahkan hingga tiga kali diucapkan. Perbuatan kaum Sodom ini dilaknat karena hubungan sesama jenis merupakan perbuatan yang hina lagi menjijikkan. Sebagaimana tersurat dalam firman Allah Swt. dalam surah Al-A’raf ayat 80:
“Dan (kami juga telah mengutus Nabi) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia berkata kepada mereka: “Mengapa kalian mengerjakan perbuatan yang sangat hina itu, yang belum pernah dilakukan oleh seorangpun (di dunia ini) sebelum kalian.”
Demikianlah begitu hinanya perbuatan ini. Akan tetapi, kaum Sodom dibuai kesenangan dalam melakukan perbuatannya. Mereka tanpa malu menunjukkan perbuatan hina tersebut. Hingga Allah pun menimpakan azab yang besar pada mereka.
Sungguh, banyak pelajaran yang bisa diambil dari peristiwa sejarah yang diceritakan dalam Al-Qur’an, bagi manusia yang berpikir. Bagi kaum L613T saat ini, sebelum azab menimpa dan sebelum nyawa kembali pada Rabbnya, satu-satunya pilihan adalah bertobat dengan tobatan nasuha. Tidak hanya bagi pelaku L613T, bahkan para aktivis yang menyuarakan keberpihakan pada mereka, lembaga-lembaga baik pemerintah maupun swasta yang memfasilitasi eksistensi mereka, hingga kaum muslim yang membiarkan dan mendiamkan saja aktivitas L613T, sungguh mereka pun harus tobatan nasuha. Tobat adalah pilihan satu-satunya jika tidak ingin terseret dalam azab Allah sebagaimana istri Nabi Luth as. yang berpihak pada kaum Sodom.
Telah banyak peringatan dan pelajaran baik dalam Al-Qur’an dan As-Sunah maupun berbagai seruan melalui kajian-kajian yang disampaikan para pemuka agama, tidakkah mereka berpikir? Sungguh laknat, laknat, dan laknat Allah yang akan terjadi atas perbuatan hina mereka. Mahasuci Allah dari hinanya perbuatan manusia.