Petruk “Dadi” (Jadi) Ratu

Oleh. Nunik Umma Fayha
(Kontributor MazayaPost.com)

Petruk adalah satu dari empat punakawan (sahabat/pamong) Pandawa dalam mitologi Jawa. Tugas Punakawan selain menemani Pandawa juga memberi nasihat.
Alkisah, suatu hari Petruk dititipi jimat yang dinamakan “Jamus Kalimasada” milik Pandawa yang kemudian disalahgunakannya.

Lalu, Petruk pun berubah menjadi Ratu. Ratu jadi-jadian. Gelarnya Prabu Bhelgeduwel Beh, akronim dari “ratu sing sugih blegedhu tapi rakyate dhedel dhuwel” (ratu yang kaya raya tapi rakyatnya hancur-hancuran). Dari yang awalnya rakyat jelata, tiba-tiba naik kasta jadi pemimpin negeri. Tingkahnya “adigang adigung adiguna” alias “semau gue” karena merasa memiliki kekuatan, kekuasaan, dan kepandaian. Semua kebijakan dibuat tanpa memperhitungkan kemaslahatan rakyat (maarifnujateng.or.id, 05/10/2020).

Di dunia nyata, saat ini negeri berpenduduk mayoritas muslim, aturan tidak lagi digunakan dengan semestinya. Bisa diubah dan disesuaikan kebutuhan meski semua orang berteriak memaksa henti. Semua hal bisa diatur diam diam dan meledak mengotori kehidupan.
Tontonan kepongahan pemilik kuasa yang merasa mampu mewujudkan semua hasrat duniawi.
Bahkan saking mirisnya, seorang pengamat sampai menyebut, “Masa kita pemilik negeri ini dikalahkan oleh satu keluarga yang jumlahnya 5 orang itu?” (eramuslim.com, 12/03/2024).

Sebab, apa pun diteriakkan, sebanyak apapun manusia berdemo menuntut perubahan, mereka layaknya tak bertelinga bermata. Tetap melangkah bak ‘malaikat’ sembari tebar pesona. Terus menjalankan apa pun keputusan mereka meski dihujat rakyat sepenjuru negeri.

Ironisnya, banyak orang justru tanpa malu menjilat dan menyuap. Demi keamanan dan kesejahteraan, rela merendahkan diri demi persetujuan dan keamanan posisi di sekitar junjungan. Berbagai cara dilakukan bahkan berani menyebut dan membandingkan dengan salah satu sahabat terbaik Rasulullah. Astaghfirullah.

Negeri ini sedang sakit. Semua lini diatur dengan gaya santai, tetapi mematikan. Senyum dan “klemar-klemer,” tetapi layaknya ular yang tiba-tiba mematuk. Tak satu pun berani berdiri gagah di depan sebab akhirnya bakal seperti apa, sudah terindra.

“Ya Allah, sungguh kami berlindung kepada-Mu dari pemimpin yang kekanak-kanakan dan dari pemimpin yang bodoh.” (HR. Bukhari dalam Adabul Mufrad)

Itulah doa yang dipanjatkan Rasulullah shalallahu alaihi wassalam. Sebab pemimpin adalah pembuat keputusan bagi semua yang dipimpinnya. Bila pembuat keputusan penting dipegang orang bodoh maka kerusakanlah yang terjadi, banyak fitnah dan kesewenang-wenangan

Bagi kita rakyat kebanyakan sudah waktunya bagi kita mawas diri, sebab keberadaan pemimpin zalim adakalanya merupakan azab dari Allah. Kenapa? Sebab Allah murka dengan kelakuan umatNya yang sudah berbuat zalim. Dalam QS. Al An’am: 129, bahwa Allah menjadikan orang zalim penguasa atas sebagian orang zalim lainnya akibat dosa yang mereka perbuat. Astaghfirullah. Naudzubillah min dzalik.

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi