Oleh. Marsa Qalbina
(Santri Ideologis)
Kumparan.com (09/11/2024), Kurikulum Merdeka akan diganti menjadi Kurikulum Deep Learning seiring usulan Menteri Pendidikan yang baru. Kurikulum Deep Learning adalah sistem pembelajaran yang didesain untuk menguatkan pemahaman siswa melalui pendekatan lebih dalam. Pergantian kurikulum kerap diubah beberapa kali, mulai dari kurikulum 2013 atau KURTILAS, berubah menjadi Kurikulum merdeka atau KUMER, dan yang terbaru saat ini akan diubah kembali menjadi Deep Learning (pembelajaran mendalam).
Program kurikulum terbaru yang diajukan menteri baru ini diharapkan dapat menguatkan siswa agar tidak monoton dengan materi pembelajaran sebelunya. Sehingga, guru tak hanya sekadar menyampaikan materi saja tanpa menghiraukan anak muridnya itu benar-benar paham atau tidak. Tetapi, metode kurikulum terbaru ini mengedepankan metode diskusi, sehingga antara guru dan murid keduanya sama-sama aktif dalam pembelajaran.
Selain itu, harapan lain dari lahirnya kurikulum ini, supaya dapat mencetak generasi lebih unggul dari pada sebelumnya. Yang mampu meningkatkan pemahaman siswa melalui pendekatan yang lebih mendalam. Selain itu, beberapa program prioritas yang diambilnya adalah mengedepankan penguatan pendidikan karakter, dan masih banyak program lainnya yang terkandung dalam program Kurikulum Deep Learning ini. Dikatakan makna Deep Learning sendiri adalah metode dalam kecerdasan buatan (AI) yang dirancang untuk meningkatkan pemahaman siswa melalui pendekatan yang lebih mendalam.
Terbukti! Apa pun kurikulum yang diterapkan, jika asas yang menjadi pijakannya masih berdiri di sistem bathil, yakni kapitalisme-sekularisme. Maka, hasilnya pun akan tetap rusak, meski tujuan yang dibuat dari kurikulum tersebut ingin menghasilkan hasil yang lebih baik dari pada sebelumnya. Seperti pada Kurikulum Merdeka, sejatinya yang merdeka hanya namanya saja, tidak untuk para siswanya, meski di dalamnya terdapat nilai “pendidikan Anti-Korupsi.” Namun, tetap saja generasi yang dihasilkan darinya tak menimbulkan perubahan secara revolusioner, tetap saja masih mengakibatkan Indonesia terpuruk. Tak ada aksi menyeluruh yang dilakukan para remajanya untuk menyelesaikan problematika di Indonesia.
Terlebih setelah Kurikulum Merdeka diubah menjadi Kurikulum Deep Learning, yang metodenya menggunakan kecerdasan buatan (AI) untuk meningkatkan pemahaman siswa. Hal ini tak menutup kemungkinan para siswa bisa bersifat pragmatis (instan), sehingga mereka justru tak mengeuarkan pemikiran yang mendalam, melainkan pemikiran yang instan, yang hanya mengandalkan teknologi untuk membantu proses pembelajaran mereka. Maka dari sini, jelas jauh sekali potret generasi unggul, karena tak mungkin generasi unggul dilahirkan dari sistem yang masih dikekalkan saat ini yakni sekularisme-kapitalisme.
Solusi Islam
Untuk mewujudkan generasi yang tak hanya unggul tapi juga generasi yang mengedepankan akhlak atau karakter terpuji, sebagaimana tujuan pendidikan yang sebenarnya. Semua itu hanya bisa terwujud dalam Daulah Islam. Sistem pendidikan dalam Islam dibuat berdasarkan asas akidah Islam, sehingga visi dan misi pendidikan yang dihasilkan sesuai dengan nilai-nilai Islam, dapat memberi arah yang jelas dalam tujuan pendidikan yang sebenarnya, yakni mewujudkan generasi emas dan dapat menerapkan ilmunya untuk umat sekaligus dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Bukti nyata! Tokoh-tokoh hebat yang dihasilkan dari sistem pendidikan Islam, seperti Al-Khawarizmi sebagai penemu angka 0, Ibnu Sina sebagai bapaknya ilmu kedokteran, dan masih banyak lagi generasi-generasi unggul dari sistem pendidikan yang menjadikan Islam sebagai asas berdirinya. Wallahualam.