Muhammad Ayyubi ( Mufakkirun Siyasiyyun Community )
Semangat perubahan itu sudah hilang ditelan pragmatisme. Tidak ada lagi jargon untuk merubah yang ada hanya jargon melanjutkan.
Ide ini mati sebelum berkembang. Karena pragmatisme telah menyelinap dalam celah celah perjuangan.
Partai partai yang digadang gadang mewakili umat untuk bisa mendobrak keadaan justru tercebur dalam kubangan sistem yang ada.
Alih alih konsisten berdiri di luar sistem, kenyataannya mereka menjadi bagian dari sistem yang ada.
Perubahan tidak bisa tidak kecuali harus digagas dari luar sistem. Karena sejatinya sistem itu memiliki imunitas terhadap ide dan pemikiran yang bertentangan dengan sistem.
Sistem akan menolak ide dan pemikiran yang berlainan sumber dengannya. Maka sistem yang dijalankan oleh rezim akan memaksa siapa saja dari partai atau perorangan untuk tunduk dan mengikuti ide ide yang diadopsi sistem.
Jika tidak bisa ditundukkan, maka sistem akan mengaborsi partai atau individu yang melawan.
Bagi partai hanya punya dua pilihan, yakni mengikuti sistem atau berdiri kokoh dan terus berjuang di luar sistem.
Tetapi sayangnya. Kesamaan ide pada partai partai yang ada menjadikan mereka hanya ada mengambil satu pilihan yakni tetap di dalam sistem. Kalaupun menjadi oposisi atau koalisi hanyalah opsi yang sebenarnya sama, yang beda hanya bajunya saja.
Jika koalisi maka dia mendukung rezim dan mendapat jatah mentri. Dan jika oposisi maka dia mengkritik rezim agar bisa mengganjal rezim bahkan menjungkirkan rezim agar dia bisa berkuasa dengan menjalankan sistem yang sama.
Perubahan yang hakiki adalah perubahan sistem. Dari sekularisme kepada Islam, dari republik kepada khilafah dan bukan sekedar perubahan personal.
Seseorang atau partai tidak akan terdorong melakukan perubahan kecuali dia merasakan dan melihat kerusakan. Selain itu, dia juga harus memahami fakta pengganti yang lebih baik.
Tanpa dua hal ini mustahil partai atau seseorang akan berjuang untuk perubahan. Kalau pun tampak sedang melakukan perubahan, itu tidak lebih hanyalah trik agar dia berkuasa tanpa merubah sistem yang ada.
Upaya perubahan hanya bisa dilakukan ketika dia berada di luar sistem, karena tidak mungkin melakukan perubahan jika dia masih masih di dalamnya.
Itu artinya dia masih meyakini bahwa sistem yang ada masih bagus, dia hanya akan berjuang merubah mengganti orang.
Ibarat seorang yang merobohkan rumah rusak tidak mungkin dia ada di dalamnya. Karena reruntuhan bangunan akan menimpa kepalanya. Tetapi harus dirobohkan dengan alat dari luar rumah.
Perjuangan perubahan hanya akan berhasil jika dilakukan diluar sistem, menggunakan kekuasaan umat untuk mengambilnya. Wallahu a’lam bi shawab[]