Perubahan Akan Terwujud dalam Bingkai Islam kaffah


Oleh. Rika Rizana, S.E.
(Aktivis Dakwah Islam)

Hampir di sepanjang jalan, terutama jalan utama dibanjiri spanduk dan baleho bakal calon presiden dan para calon legislatif. Pemilu yang merupakan pesta demokrasi pestanya rakyat akan segera di gelar. Namun, tak sedikit yang apatis akan ada perubahan bagi negeri ini. Karena tiap kali pesta rakyat ini di gelar, wacana perubahan dan transformasi bagi negeri ini di umbar, tak menyisakan sedikit perubahan dan harapan. Semuanya hanya sebatas slogan, janji janji manis bahkan mitos mitos kosong.

Nyatanya, ketika pesta demokrasi yang diharapkan membawa perubahan, belum mampu merealisasikan keinginan rakyat, seperti pendidikan gratis, kesehatan gratis, kemudahan kemudahan birokrasi juga pembangunan yang berkeadilan. Apalagi keamanan dan kesejahteraan. Rakyat tetap dalam kondisi yang sama. Demos tanpa kratos yaitu rakyat tanpa kekuasaan, faktanya itu lah yang terjadi.

Perubahan Semu
Negeri ini sudah berulang kali mengalami perubahan pemimpin. Pada saat Orde Baru dijatuhkan, rakyat berharap pada Orde Reformasi. Maraknya kasus korupsi, kolusi, dan nepotisme di orde sebelumnya telah memunculkan keinginan rakyat untuk membuat perubahan.

Namun pasca-Reformasi, kasus korupsi dan sejenisnya, ternyata kian menggila. Tidak jauh berbeda, tidak ada yang berubah. Bahkan,banyak yang membandingkan Orde Baru dengan Orde Reformasi. Era keterbukaan pasca-Reformasi disebut menjadi celah bagi banyaknya kasus baik di tataran pejabat hingga akar rumput.

Pencitraan sosok bakal calon presidan contohnya, masih menjadi tren politik masyarakat hari ini, termasuk di Indonesia. Rasa suka dan tidak sukanya rakyat pun standarnya adalah sosok. Hal Ini menyebabkan tim sukses para kontestan politik bekerja keras memoles citra positif pada politisi yang mereka usung.

Termasuk media social juga menjadi medium untuk memoles citra positif. Perang opini dan tanding komentar muncul dari buzzer masing-masing politisi. Apa yang terjadi di jagat maya sedikit banyak berimbas juga di dunia nyata.

Rakyat belum cerdas memilih, masih terpaku pada figur. Bahkan Indikator untuk mengukur elektabilitas kontestan pun tidak jauh dari karismatik, gestur, sistematika berbicara, ataupun kedekatan dengan rakyat meski hal ini tidak lebih dari polesan./basa basi saja.

Perubahana Sistem?

Banyak individu rakyat yang mendiskusikan gagasan para kontestan mengenai arah perubahan. Termasuk aspek ketatanegaraan muncul dan menjadi pembahasan. namun, absennya edukasi politik pada rakyat membuat kultur politik negeri ini berpusat pada segelintir orang saja. Segilintir orang ini lah yang memiliki kekuasaan reel.

Rakyat hanya pemain minor dalam industri politik. Kecenderungan politik mereka hanya berdasarkan pada perasaan, bukan pemikiran. Partisipasi politik hanya sebatas menyumbangkan suara. Di sisi lain, politik uang yang dipraktikkan dalam sistem hari ini telah mengerdilkan hak politik rakyat.

Negeri ini sedang tidak baik-baik saja ini. Rakyat negeri ini juga tidak boleh pasrah dalam mengikuti dinamika politik. Harus ada sikap kritik jika benar-benar menginginkan perubahan. Keinginan untuk melakukan perubahan harus dirawal dari memahami makna politik itu sendiri.

Sistem sekuler kapitalisme merupakan pijakan dalam praktik politik di negeri ini. Sistem ini melahirkan parpol pragmatis dan politisi yang oportunistis. Tak heran jika kepentingan individu dan lingkaran oligarki nantinya yang dikedepankan.

Jika bingkainya masih siistem sekuler kapitalisme maka rakyat harus siap siap kecewa Perubahan lima tahunan dalam kontestasi politik hanya berkutat pada sosok-sosok oportunis. Janji-janji muluk perubahan akan sulit terealisasi. Perlu adanya perubahan sistem tidak hanya sebatas sosok individu.

Perubahan hakiki hanya dengan Sistem Islam

Sistem sosialisme bukanlah sistem yang tepat bagi negeri ini.bahkan sistem ini telah terbukti rusak dan tidak sesuai dengan fitrah manusia. Oleh karenanya, satu-satunya alternatif sistem pengganti kapitalisme hanyalah Islam.

Politik dalam Islam sejatinya bermakna pengurusan urusan umat. Politik (siyasa) berasal dari kata saasa-yasuusu-siyaasatan yang bermakna “mengurus.” Politik Islam tegak atas dasar akidah Islam. Maka politik Islam hakikatnya adalah pengurusan urusan rakyat berdasarkan prinsip syariat.

Sementara negara adalah institusi pelaksana yang mengurusi urusan rakyat. Sedangkan partai politik adalah institusi pemikiran (qiyan fikr) yang bertugas melakukan pembinaan dengan tujuan mendidik dan membina kader, serta menghasilkan SDM unggul politisi negarawan.
Peran parpol menciptakan atmosfer politik di tengah-tengah masyarakat. Tujuannya agar masyarakat memiliki pemahaman, standarisasi dan keyakinan yang sama dalam kehidupan bernegara.

Oleh karena itu, perubahan harus mencakup pemikiran mendasar mengenai politik itu sendiri. Pemikiran ini pula yang akan menjadi landasan dalam merumuskan kebijakan negara di bidang politik, ekonomi, militer, dan lain-lain.

Persepsi politik ala kapitalisme telah membajak niat baik tersebut jangankan berpihak kepada rakyat, sistem ini justru menitahkan kebijakan yang berpihak pada pemilik modal. Maka tidak bisa berharap pada sosok. Juga harus ada sistem yang benar agar rakyat dapat merasakan pelayanan dari politisi yang amanah.

Dari sistem kapitalisme ini melahirkan orang-orang yang tidak kapabel dalam mengurus rakyat. Bahkan, tidak sedikit deal-deal politik yang menabrak etika ketatanegaraan. Para politisi mengumbar janji tetapi minus dalam realisasi.

Kondisi ini seakan mengonfirmasi kebenaran sabda Rasulullah saw., “Akan datang tahun-tahun penuh dengan kedustaan yang menimpa manusia. Pendusta dipercaya, orang yang jujur didustakan. Amanah diberikan kepada pengkhianat. Orang yang jujur dikhianati, dan ruwaibidhah turut berbicara.” Lalu beliau ditanya, “Apakah al-ruwaibidhah itu?” Beliau menjawab,“Orang-orang bodoh yang mengurusi urusan perkara umum.” (HR Ibnu Majah)

Perubahan sistem dengan sistem Islam adalah suatu keniscayaan. Sebabnya, system Islam berasal dari Allah yang dibawa dan dipraktikkan oleh Rasulullah saw., aturan dan pemecahan masalah tertuang dalam risalah yang dibawa Rasulullah saw.

Perubahan yang mendasar dan sempurna tidak hanya perubahan orang namun juga sistemnya. Bukan sebatas slogan atau menebar janji janji manis. Telah di contohkan oleh Rasulullah, dari masyarakat kufur di Makkah kepada masyarakat Islam di Madinah. Dari aturan kufur buatan Abu Sofyan dan pengikutnya kepada aturan Islam yang dibawa Rasulullah saw.

Ketika sistem Islam ditegakkan, maka jawaban atas setiap permasalahan selalu tuntas. Keadilan dan kesejahteraan dirasakan oleh setiap warga Negara Daulah Islam. Dari masa Rasulullah hingga runtuhnya Daulah Khilafah Islamiyah di Turki. Tidak ada jalan lain menuju perubahan, selain dengan ditegakkan Islam kaffah. Itulah perubahan yang hakiki. Wallahu a’lam.

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi