Oleh. Japti Ardiani
Presiden Joko Widodo menyampaikan belasungkawa atas tragedi Halloween yang menewaskan 149 orang di Itaewon, Korea Selatan, Sabtu (29/10/2022) malam waktu setempat. Hal itu disampaikan Kepala Negara dalam bahasa Inggris melalui akun Twitter-nya, Minggu (30/10/2022). Jokowi menyatakan bahwa Indonesia bersama rakyat Korea Selatan sangat berduka. Ia pun berharap korban yang terluka bisa segera pulih (kompas.com, 30/10/2022).
Dari berita di atas, sebenarnya kita harus menelisik apa itu Halloween? Kenapa ada perayaan Halloween tersebut? Sebenarnya, Perayaan Halloween berasal dari festival bangsa Celtic kuno, yaitu festival Samhain. Bangsa Celtic yang hidup sekitar 2.000 tahun yang lalu tersebut merayakan tahun baru mereka pada 1 November. Hari tersebut menandai akhir musim panas dan awal musim dingin yang gelap dan dingin. Waktu musim dingin sering dikaitkan dengan kematian manusia. Bangsa Celtic percaya bahwa pada malam sebelum tahun baru, batas antara dunia yang hidup dan yang mati menjadi kabur. Pada malam 31 Oktober mereka merayakan Samhain, yakni peringatan hantu orang mati kembali ke bumi.
Mendengar cerita asal usul Halloween tersebut, bisa disimpulkan bahwa perayaannya sangat jelas bertentangan dengan Islam. Namun, hal tersebut tidak dipandang sebagai perbuatan halal atau haram untuk saat ini. Sebab, ternyata perayaan Halloween juga sedang menggema di negara yang konon sebagai negeri muslim juga.
Diberitakan merdeka.com (30/10/2022), warga Arab Saudi ikut merayakan Halloween, pesta yang identik dengan budaya Barat. Warga berkumpul di Boulevard Riyadh yang disulap menjadi tempat penyelenggaran “Pekan Menyeramkan/Scary Event.” Mereka memakai berbagai kostum sesuai tema acara yang berlangsung pada Kamis dan Jumat.
Mengenai kostum khas, salah seorang warga bernama Abdulrahman, datang dengan kostum makhluk mitologi Amerika Utara, Wendigo. Abdulrahman baru pertama kalinya merayakan Halloween di negaranya (ArabNews, 30/10/2022).
Miris, melihat negeri yang mayoritas muslim dan magnet kaum muslim seluruh dunia, kini berada dalam pengaruh liberalisme. Pemikiran Barat kian subur dan menyebar ke suluruh jiwa warga Arab Saudi. Betapa tidak, liberalisme perlahan tapi pasti menjadikan Arab Saudi budak gaya hidup bebas yang diusung Barat.
Padahal, sudah jelas di dalam Islam bahwasanya ikut serta dalam perayaan sekelompok umat, apalagi bertentangan dengan Islam, sama dengan meniru kebiasaan mereka. Hal itu ditegaskan oleh Baginda Nabi Muhammad saw. dalam sabdanya:
من تشبه بقوم فهو منهم
“Siapa yang meniru kebiasaan satu kaum maka dia termasuk bagian dari kaum tersebut.” (HR. Abu Daud)
Dan didalam Islam juga sudah jelas, perayaan hari raya besar itu cuma dua, tidak ada yang lainnya, yaitu perayaan hari raya Idul Fitri (1 Syawal) dan Idul Adha (10 Dzulhijjah). Sebab, dua hari raya ini bahkan dianjurkan untuk dirayakan dengan ketundukan dan ketaatan totalitas pada Allah dan Rasul-Nya. Sabda Rasulullah saw.:
قدمت عليكم ولكم يومان تلعبون فيهما إن الله عز و جل أبدلكم بهما خيرا منهما يوم الفطر ويوم النحر
“Saya mendatangi kalian dan kalian memiliki dua hari raya, yang kalian jadikan sebagai waktu untuk bermain. Padahal Allah telah menggantikan dua hari raya terbaik untuk kalian; idul fitri dan idul adha.” (HR. Ahmad, Abu Daud, dan Nasa’i)
Menjadi kesalahan besar ketika kita, anak-anak, dan keluarga kita merayakan sesuatu tanpa tahu latar-belakang dan tujuannya, hanya karena di antara teman-teman kita sudah biasa melakukan. “Ah, kan sudah tradisi!” begitu sering kita dengar. Atau ada lagi yang melakukan karena ketidak mengertian mereka yang sangat parah. “Just for fun aja.”
Untuk itu sangatlah urgen bagi kita untuk senantiasa belajar dan mendalami agama kita, yaitu Islam. Agar kita lebih paham mana perbuatan yang diperbolehkan dan mana perbuatan yang dilarang dalam Islam. Dan dengan sistem Islamlah yang nantinya akan memutus kegiatan yang tidak bermanfaat apalagi menimbulkan korban jiwa untuk generasi. Terlebih lagi, sistem Islam akan melarang mengikuti perayaan yang menyerupai orang kafir. Begitulah jika sistem Islam ini diterapkan dalam institusi maka segala permasalahan umat akan terselersaikan, dan sudah saatnya kita putar haluan menuju kebenaran dari Ilahi.
Wallahu a’lam bisshowab.