Pengajian, Wadah Mencerdaskan Umat

Oleh. Nirwana Sadili

Baru-baru ini, penyataan tokoh nasional Presiden RI ke-5, Ketua Umum PDIP, viral di media sosial ketika menjadi pembicara pada acara Kick Off Pancasila dalam Tindakan ‘Gerakan Semesta Berencana Mencegah Stunting’ yang di gelar BKKBN. Ia heran melihat banyak ibu yang senang pergi pengajian tapi lupa mengurus anaknya. Bahkan beliau melontarkan pertanyaan, “Kenapa toh senang banget ngikut pengajian dan pengajian ini sampai kapan tho yo ?” katanya (Jatimviva,co.id, 17/2/2023).

Tanggapan Tokoh Umat

Pernyataan tersebut langsung mendapatkan tanggapan dari Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat Bidang Dakwah dan Ukhuwah. KH Cholil Nafis merespon pernyataan Megawati Soekarno Putri yang menyindir ibu-ibu pengajian. Beliau mengatakan memaafkan penyataan Megawati tersebut. Beliau menulis di akun Twitter pribadinya, bahwa tidak ada ceritanya ibu-ibu rajin ngaji itu jadi bodoh dan tidak kreatif. Ngaji itu melatih hati dan mengkaji, melatih pikir (Sindonews.com. Sabtu,18/2/2023).

Tanggapan datang juga dari Ketua Umum Badan Kontak Majelis Taklim (KMKT) Pusat Fauzia. Beliau menyayangkan pernyataan Megawati Soekarno Putri yang menanyakan mengapa ibu-ibu suka ke pengajian. Pengajian adalah wadah bagi para ibu menimba ilmu dan menambah iman. Pengajian adalah sarana informal untuk menuntut ilmu. Beliau menyesalkan atas pernyataan Megawati yang mempertanyakan mengapa-ibu-ibu suka sekali datang ke pengajian (Republika, 19/2/2023).

Wakil Ketua MPR RI, Asrul Sani memberi tanggapan mengenai pernyataan Megawati yang mempertanyakan tanggung jawab ibu dalam mengurus anak ketika ikut pengajian. Asrul Sani menulis dalam akun Twitternya bahwa, ibunya yang berusia 80 tahun, masih ikut pengajian 2-4 kali seminggu, mempunyai sembilan anak dan bisa mengurus anaknya dengan baik, bahkan enam putranya sudah lulus S1. Ia juga menyebut kekhawatiran Mega tidak akan terjadi karena jutaan ibu di Indonesia bisa mengurus anaknya dengan sebaik-baiknya (Radaraktual.com, 20/2/2023).

Pentingnya Menghadiri Pengajian

Majelis taklim atau pengajian adalah sarana untuk belajar, meningkatkan pemahaman Islam, dan keimanan. Banyak hal yang dipelajari dari pengajian seperti parenting, menjadi istri yang baik, menjadi ibu yang baik yang bisa mendidik anak-anaknya juga akhlak dan ilmu-ilmu yang lain. Dengan menghadiri pengajian semakin menambah wawasaan yang dapat bermanfaat untuk kehidupan baik di dunia maupun di akhirat.

Bagaimana bisa, menjalani kehidupan dengan baik bila tidak memiliki ilmu Agama. Sebab apapun yang dilakukan seorang muslim harus terikat dengan perintah dan larangan Allah. Tidak boleh melakukan suatu perbuatan sebelum ada pengetahuan tentangnya, karena setiap perbuatan akan dimintai tanggung jawab oleh Allah Swt. Sebagaimana Firman-Nya dalam surah Al-Isra ayat 3:

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawaban.”

Untuk itu, sebelum melakukan perbuatan harus mengetahui hukumnya terlebih dahulu. Salah satu tempat mencari ilmu agama adalah dengan menghadiri pengajian atau majelis ta’lim. Jadi wajar para ibu rumah tangga menambah wawasan dan ilmu keagamaan dengan jalan menghadiri kajian-kajian ilmu atau pegajian. Pengajian bagi seorang muslim bisa diibaratkan seperti ikan dan air. Bisa dibayangkan kalau ikan tidak ada airnya maka ikan itu akan mati. Artinya, seorang muslim kalau tidak mengikuti pengajian dia hidup tetapi seperti mayat

Akar Masalahnya adalah Sistem Kapitalisme

Pernyataan Megawati sesuatu yang wajar dalam pandangan kapitalis sekuler, sebab sistem kapitalisme tegak atas asas manfaat, bila suatu perbuatan tidak mendatangkan manfaat maka dianggap sia-sia. Kapitalisme memandang materi menjadi tujuan utama setiap kali melakukan perbuatan. Maka tidak heran bila ibu-ibu yang mendatangi pengajian mereka dianggap buang-buang waktu dan sia-sia karena tidak mendatangkan manfaat.

Dalam sistem kapitalis wanita atau ibu-ibu harus diberdayakan untuk membantu perekonomian keluarga, Maka dari itu ibu-ibu didorong mempergunakan waktunya untuk berkarier di luar rumah demi meringankan beban keluarga, membantu tanggung jawab suami dalam menafkahi keluarga. Kalau ibu-ibu meninggalkan rumah untuk berkarir dan mendapatkan penghasilan sesuatu yang lumrah dan tidak apa-apa dilakukan bagi penganut kapitalis yang mengagung-agungkan materi.

Harusnya sebagai seorang muslim yang dikritisi adalah ibu-ibu yang meninggalkan anaknya dengan hal-hal yang tidak bermanfaat dengan alasan untuk senang-senang ke café, club malam, diskotik, atau menjadi wanita karir yang meninggalkan anaknya untuk mengumpulkan pundi-pundin uang. Bukan malah menyoroti emak-emak yang menghadiri pengajian.

Kedudukan Menuntut Ilmu Dalam Islam

Pandangan kapitalis dan pandangan Islam sangat berbeda dalam melihat kehidupan. Dalam Islam Allah menciptakan manusia sebagai hamba dengan tujuan hanya untuk beribadah kepada Allah dengan menjalankan ketaatan kepada-Nya dalam mengarungi kehidupan. Dia akan mengikatkan dirinya dengan hukumNya. Allah Berfirman:

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”(QS. Az-Zariyat: 56)

Beribadah kepada Allah membutuhkan ilmu, agar perbuatan yang dilakukan diterima sebagai amal shaleh. Untuk itu seorang muslim dituntut untuk mencari ilmu, yang merupakan kewajiban di hadapan Allah Swt. Rasulullah Saw. bersabda,

“Mencari ilmu adalah kewajiban setiap muslim.”

Saking pentingnya menuntut ilmu, orang yang beribadah tanpa ilmu akan merusak, sebagaimana ungkapan Umar Bin Abdil Aziz rahimahullah dalam kitab Majmu’ Fatawa IbnTaimiyyah : 2/383 “Barangsiapa yang beribadah kepada Allah tanpa ilmu, maka ia lebih banyak merusak dibandingkan memperbaiki.”

Selain itu, Rasulullah saw. sangat menganjurkan bila menemui taman surga segera mampir dan masuk ke dalamnya. Sabda beliau:

“Jika Anda melewati taman-taman surga maka singgahlah dengan senang di dalamnya. Mereka bertanya, apa Taman-taman surga itu ya Rasulullah ? Beliau menjawab, “Halaqoh- halaqoh dzikir, karena sesungguhnya Allah Ta’ala mempunyai malaikat yang berkeliling mencari halaqoh-halaqoh dzikir, apabila mereka mendatangi orang-orang yang berdzikir tersebut (akan berhenti) dan melingkari mereka.” (HR. Tirmidzi)

Dari hadits tersebut, di atas jelas bahwa menghadiri majelis ilmu adalah perintah Allah melalui lisan Rasul-Nya. Jadi, aneh kalau ada seorang muslim mempertanyakan kenapa orang-orang suka ke pengajian, bahkan lebih miris lagi kalau mempertanyakan, kapan pengajian berhenti. Tentu saja tidak akan pernah berhenti sampai akhir zaman. Manusia belajar dari buaian sampai ke liang lahat.

Islam akan mendorong manusia untuk terus belajar. Bagi ibu-ibu, tempat belajarnya adalah di kajian-kajian Islam atau menghadiri pengajian karena tempat-tempat pengajian adalah wadah untuk mencerdaskan umat.

Waallaahu a’lam bis shawab

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi