Penemuan Nikuba: Harusnya Diapresiasi


Oleh. Nining Septia Ningsi

Seorang anak bangsa, Aryo Musel menemukan bahan bakar kendaraan Nikuba. Nikuba sendiri merupakan alat yang mengubah air menjadi bahan bakar kendaraan. Namun, sungguh mengagetkan, khayalak media dengan tanggapan dari Aryo Misel penemu Nikuba bahwa dirinya tak butuh bantuan pemerintah terkait pengembangan atas inovasinya. Pernyataan tersebut ia tuturkan dalam sebuah wawancara televisi nasional yang kemudian diunggah ke media sosial pada akun instagram bernama Underover.

Aryo Musel mengungkapkam kekecewaannya kepada pemerintah yang dianggap telah mengucilkannya selama ini. Beliau berucap, “Saya tidak butuh mereka, saya sudah dibantai habis, tidak mau.” Dikutip pada Minggu (09/07).

Namun, ketika penolakan yang dilayangkan pemerintah Indonesia. Aryo Musel kembali mengagetkan media karena alat Nikuba temuannya kembali viral setelah ‘Go Internasional, tepatnnya di Italia. Bahkan, dengan adanya penemuan ini, Arya Musel mendapatkan kesempatan bekerja sama dengan sejumlah pabrik tekhnologi asal Italia. Alat Nikuba kini melakukan perjanjian kontrak dengan Ferrari dan Lamborghini “Perjanjian kerja sama dengan perusahaan penyedia sumber energi bagi Ferarri dan Lamborgini,” kata Adhe, Selasa (4/7).

Masih banyak lagi penemuan-penemuan anak bangsa yang seharusnya menjadi kebanggaan negeri ini. Seharusnya yang menjadi suporting system pertama adalah negeri tempat asal penemu. Seperti penemuan bibit unggul dan penemuan obat kanker mulut oleh mahasiswa Kedokteran Gigi. Namun sayang, negeri ini mencampakan potensi besar yang dimiliki anak bangsa sehingga temuan berharga itu terlempar jauh di negeri seberang dan diterima baik dengan harga yang baik pula.

Negara Mengembangkan Riset Pengusaha dan Menolak Riset Anak Bangsa

Penolakan temuan dan riset anak bangsa sebagai bukti bahwa negeri ini tidak mendukung perkembangan potensi, tetapi mendukung perkembangan materialisme. Negara seringkali menolak berbagai temuan anak bangsa. Namun, di sisi lain, negara sering melontarkan slogan “Cintai Produk Lokal.”

Masyarakat terkadang merasa heran dengan pola pikir orang-orang yang berwenang di negeri ini. Mereka membombardir anak bangsa dengan terus berjuang menjadikan negara ini negara berkembang dan tidak diremehkan. Namun, di sisi lain, mereka pula yang meremehkan temuan anak bangsa yang justru berpotensi menjadikan negara ini mempunyai daya saing dengan negara lain.

Sungguh disayangkan, bagaimana banyaknya anak bangsa yang telah bersusah payah menciptakan sesuatu yang seharusnya diapresiasi oleh negara hingga berkembang, tetapi berujung hanya angan belaka. Sebuah sajak pantun yang dijadikan lagu oleh Bung Rhoma Irama dengan judul “Lain Orang Lain Kepala,” mungkin tepat dibidikkan pada fenomena saat ini. Negeri ini membedakan penemuan anak bangsa dirasa merugikan sehingga perlu dana banyak yang digelontorkan. Namun, negara seperrinya menerima dengan terbuka pengusaha yang dirasa menguntungkan.

Bisa dibayangkan, bila penemuan anak bangsa diangkat dan dijadikan prioritas maka pengusaha asing dan aseng di negeri ini akan merasa dirugikan. Negeri ini seakan bukan lagi milik orang lokal, tetapi dikendalikan bangsa asing dan aseng. Nasib ekonomi tampaknya ada di tangan mereka.

Seperti yang dipaparkan di atas, ekonomi negeri ini tidak lagi sehat karena telah dikendalikan oleh kaum kapitalisme. Riset anak bangsa tidak akan berguna jika kaum pemakan keringat rakyat masih bertengger. Negara cenderung berpihak pada pengusaha karena justru lebih menguntungkan bagi mereka sebab merupakan pemasok dana terbesar.

Banyak sekali ditemui bahwa masyarakat sebagian besar telah terdoktrin dengan brand-brand luar negeri. Mereka merasa bangga jika di tangan mereka dihiasi produk yang berasal dari mancanegara. Entah apa yang saat ini menjadi tujuan masyarakat sehingga produk lokal tidak memiliki daya saing.

Hal ini sungguh kerugian bagi kemajuan potensi anak bangsa, penolakan demi penolakan yang dilakukan oleh pemerintah berefek pada ketidakpercayaan masyarakat bahwa negara berpihak pada mereka. Sehingga, anak bangsa melalang buana mencari siapa gerangan yang menghargai riset mereka. Tidak dimungkiri lagi yang sering kali yang menerima temuan anak bangsa adalah negara-negara adidaya yang justru semakin berkembang atas temuan riset baru.

Beginilah jadinya jika hidup dikuasai oleh sistem demokrasi yang berasas kapitalisme. Mereka hanya mencari keuntungan perut kaum mereka saja bahkan dengan cara paling menjijikan sekalipun. Derajat anak bangsa tiada berarti bagi mereka jika berpotensi merugikan. Karena, sistem negeri ini hanya untuk kaum investor dan pengusaha-pengusaha besar bukan untuk kaum yang merintis kesuksesan.

Islam Menghargai, Mengapresiasi dan Mendukung Karya Anak Bangsa

Kondisi ini berbeda dengan sistem yang berasal dari Allah Subhanahu wa Ta’ala yaitu sistem Khilafah Islamiyah yang berasas hukum Allah semata bukan berasal dari hukum manusia yang lemah. Sistem Islam bukanlah sistem yang hanya identik dengan unta dan gurun saja melainkan telah nyata membawa kemajuan ilmu pengetahuan pada zaman Islam berkuasa, memiliki daya saing tersendiri dengan negara besar seperti Persia dan Romawi.

Mungkin para ilmuwan dengan temuan-temuan mereka yang luar biasa tidak asing lagi di telinga kita seperti Ibnu Sina dijuluki bapak kedokteran. Begitu juga ada Al Khowarizmi penemu angka nol dan aljabar, dan yang paling fenomenal ialah Abbas Bin Firnas yaitu penemu standar ukuran pesawat terbang dan masih banyak lagi.

Nama-nama penemu yang luar biasa ini masyhur sampai saat ini. Sistem Islam membantu ilmuwannya untuk meningkatkan risetnya hingga bisa digunakan untuk umat.

Dalam negara Khilafah, para inovator mendapat perhatian dari negara untuk pengembangan hasil inovasinya. Khilafah adalah negara yang memperhatikan dan menghargai setiap inovasi yang akan membawa kemudahan dan kebermanfaatan untuk umat manusia, Hal ini bukan hanya keuntungan sepihak saja melainkan semua kalangan yang merasakan kemudahan dari temuan para inovator dalam negeri.

Banyak sekali stigma masyarakat yang tidak mengetahui tentang Islam lebih dalam beranggapan bahwa jika Islam bangkit, maka akan kembali pada zaman kemunduran, dengan standar manusia tanpa kemajuan padahal pada kenyataannya Islam bukanlah seperti itu.

Sejarah yang sudah secara gamblang menampilkan bahwa Islam adalah induk pertama keilmuwan dunia. Dengan persembahan ulama Islam untuk peradaban dunia sebagai contoh bahwa dengan sistem Islamlah umat Islam akan bangkit. Islam sangat menjujung tinggi ilmu pengetahuan, umat Islam dahulu menghabiskan waktunya untuk beribadah, jihad, dan menuntut ilmu pengetahuan. Kemudian dengan adanya naungan Khilafah sebagai pendukung dan mengangkat hasil dari ilmu pengetahuan anak bangsa yang sangat di banggakan.

قُلِ انْظُرُوۡا مَاذَا فِى السَّمٰوٰتِ وَالۡاَرۡضِ ‌ؕ وَمَا تُغۡنِى الۡاٰيٰتُ وَالنُّذُرُ عَنۡ قَوۡمٍ لَّا يُؤۡمِنُوۡنَ

“Katakanlah, “Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di Bumi!” Tidaklah bermanfaat tanda-tanda (kebesaran Allah) dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang yang tidak beriman.” (QS. Yunus: 101)

Wallahu a’lam bish shawaab.

Dibaca

 1 total views,  1 views today

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi