Pendidikan Vokasi, Benarkah untuk Kemajuan Bangsa dan Negeri?

Oleh. Ummu Syanum (Komunitas Menulis Setajam Pena)

Berbicara tentang pendidikan tak lepas dari kurikulum yang setiap saat silih berganti sesuai dengan siapa yang menjabat. Dewasa ini pendidikan vokasi telah menjelma menjadi primadona dalam dunia pendidikan, dimana pendidikan vokasi itu sendiri berorientasi pada menyiapkan SDM yang siap memenuhi kehidupan pasar kerja. Pendidikan vokasi ini ditargetkan untuk membangun kualitas sumber daya manusia yang mampu menghadapi industri.

Pendidikan vokasi yang telah dirancang sedemikian rupa oleh pemerintah memang terkesan sangat menjanjikan, karena setelah lulus SMK atau perguruan tinggi langsung bisa bekerja. Itulah sebabnya semakin menjamur sekolah vokasi atau sekolah kejuruan yang menjanjikan lulusannya langsung disalurkan ke perusahaan bonafit. Hal itulah yang mampu menyakinkan orang tua dari peserta didik lebih tertarik memilih SMK daripada SMA.

Sekilas, memang jelas target pendidikan vokasi adalah menyiapkan siswa masuk dunia kerja dan dunia industri yang sekilas memang tampak bisa menjadi solusi untuk mengurangi angka pengangguran dalam negeri. Tetapi nyatanya apa yang terjadi berbanding terbalik dengan kenyataan yang ada. Masih banyak buruh tidak sejahtera dan pengangguran di mana-mana.

Meskipun, Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fauziah memberi sinyal positif soal upah minimum provinsi (UMP) 2023. Pada acara Festival Pelatihan Vokasi, Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta Pusat, Minggu (30/10), Ida menyebut akan ada kenaikan UMP, namun ia masih merahasiakan besaran kenaikan tersebut. Ida juga mengatakan Kemenaker tengah mempertimbangkan aspirasi parah buruh yang menuntut upah buruh 2023 naik usai tak mengalami kenaikan hingga tiga tahun terakhir (CNNIndonesia, 30/1/22).

Adanya rencana kenaikkan UMP, mampukah memberi solusi? Karena nyatanya selama ini tidak membuat kehidupan para tenaga kerja terjamin. Bahkan justru banyak terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK) yang tidak terselesaikan.

Bahkan, baru-baru ini tersiar kabar, bahwa Philips akan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK), menyusul anjloknya penjualan akibat penarikan ventilator dan peralatan medis dari pasar. Sedangkan jumlah pekerja yang akan terkena PHK mencapai 4000 ribu orang (KumparanBisnis, 24/10/22).

Tentu saja sangat disayangkan, alih-alih memutus rantai pengangguran, justru sebaliknya. Kurikulum pendidikan vokasi yang digemborkan menjamin langsung kerja, nyatanya justru mengebiri potensi generasi muda. Generasi yang seharusnya diarahkan dan dibentuk menjadi generasi yang berkepribadian mulia dan ahli dalam berbagai bidang kehidupan, yang digaji dengan nilai besar. Namun, malah hanya diarahkan menjadi tenaga terampil yang siap kerja, dengan gaji jauh lebih rendah dari para ahli.

Inilah nyata adanya cengkeraman sistem kapitalisme di negeri ini. Di mana dalam sistem ini, para pemodal atau kapitalis lah yang lebih kuasa. Sebab, penguasa hanya sebagai regulator antara kepentingan kapitalis dan rakyat. Sehingga setiap kebijakan sangat dipengaruhi oleh pesanan kapitalis semata. Agar mendapat untung besar dengan modal kecil, mereka hanya mengambil tenaga teterampil agar pengeluaran minim. Sedangkan ahli diambil dari negerinya sendiri, sebab notabenenya para kapitalis adalah para investor asing.

Maka, hal ini sangat jauh dengan pengaturan pendidikan dalam Islam. Dimana Islam sebagai sistem kehidupan yang sempurna, yang juga memiliki sistem pendidikan vokasi yang sangat andal. Dalam Islam, adanya sistem pendidikan vokasi Islam, peserta didik tidak hanya diberikan skill untuk menjadi tenaga ahli dan ilmuwan, tetapi juga dibentuk untuk berkepribadian Islam. Yang kelak akan menjadi pemimpin yang memimpin negeri ini sesuai dengan hukum syariat, salah satunya dengan mengelola sumber daya alam secara mandiri.

Negara dalam sistem Islam juga akan menyediakan lapangan pekerjaan bagi pemuda dan laki-laki yang menanggung nafkah keluarga. Sehingga, kehidupan masyarakat terjamin. Apalagi biaya pendidikan termasuk dalam kebutuhan pokok masyarakat yang akan diberikan secara gratis, dengan pembiayaan diambil dari baitul mal.

Semua itu akan tercapai jika penerapan sistem Islam secara menyeluruh diterapkan, maka sistem pendidikan vokasi islam bisa diterapkan secara maksimal.

Waallahu a’lam bishowab.

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi