Penculikan Anak Semakin Marak, Siapa yang Harus Bertanggungjawab?

Oleh. Ummu Alfarizqi (Komunitas Menulis Setajam Pena)

Kini, penculikan anak kembali meresahkan para orang tua. Banyak pemicunya, salah satunya adalah masalah ekonomi. Siapa yang harus bertanggung jawab dalam masalah ini?

Dilansir dari tirto.id (3/2/2023), penculikan anak semakin masif di berbagai daerah. Anak yang diculik dipaksa mengemis, korban hasrat seksual dan dijual organ tubuhnya. Hingga sejumlah pemerintahan daerah seperti Semarang, Blora, Mojokerto mengeluarkan surat soal isu pencegahan penculikan anak. Anehnya, aparat yang ada di sejumlah daerah itu mengatakan kasus penculikan anak adalah hoaks.

Wakil ketua komisi perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Yasra Putra mengatakan walaupun sudah dinyatakan hoaks oleh polisi, diharapkan orang tua tetap waspada serta memastikan lingkungan yang aman dan nyaman.

Pasalnya, KPAI menghimpun data penculikan anak semakin meningkat dari tahun ke tahun. Di tahun 2022, sebanyak 30 kasus, di tahun 2020 sebanyak 20 dan di tahun 2021 sebanyak 15 anak.

Faktor yang mempengaruhi maraknya penculikan anak adalah dari faktor ekonomi, lemahnya pengawasan orang tua sampai abainya negara dalam menjamin keamanan. Dari faktor ekonomi para pelaku penculikan tergiur dengan nominal yang didapat. Ketika mereka dapat menculik anak kemudian membunuhnya dan mengambil organ dalamnya untuk diperjual belikan.

Hasil dari penjualan organ dalam itu mulai dari puluhan juta sampai ratusan juta. Hal yang sangat fantastis seperti ini siapa yang tak tergiur. Dengan himpitan ekonomi seperti sekarang ini semua serba sulit. Untuk mendapat pekerjaan saja sulit. Banyak orang di-PHK, tetapi memberi peluang orang-orang asing untuk bekerja.

Jika dari pengawasan orang tua, sekarang ini banyak orang tua terutama ibu untuk bekerja membantu suami dalam mencari nafkah, sehingga otomatis perhatian terhadap anak-anaknya berkurang bahkan tidak sempat. Mereka lebih nyaman menitipkan anak-anak di jasa penitipan dan itu pun rentan dengan penculikan anak.

Sedangkan dari negara pun seakan-akan tidak ada andil dalam memberikan keamanan kepada warganya. Faktanya banyak kasus yang terjadi bahkan berulang setiap tahunnya. Itu pertanda bahwa negara gagal dalam memberikan keamanan kepada warganya. Itulah watak sistem saat ini kapitalisme. Sistem buatan manusia yang pastinya tidak dapat menyelesaikan permasalahan yang ada, dan justru memperkeruh permasalahan. Penyelesaiannya hanya tambal sulam.

Lain lagi dengan sistem Islam. Sistem yang sempurna dan paripurna yang bersumber langsung dari Sang Pencipta yaitu Allah Swt. Dalam Islam, pastinya semua permasalahan dapat diselesaikan secara tuntas termasuk permasalahan tentang penculikan anak.

Dari segi ekonomi, negara akan memberi lapangan pekerjaan kepada laki-laki yang sudah baligh. Tanpa pandang bulu, apakah seorang muslim atau non muslim selama mereka tinggal didalam wilayah negara. Mereka akan diperlakukan sama. Bagi yang tidak mempunyai wali dalam menanggung nafkah, maka negara akan turun lansung memberi bantuan. Apakah Muslim atau non-Muslim pasti akan diriayah.

Pun dengan seorang perempuan khususnya seorang ibu akan dimuliakan tanpa harus bekerja. Seorang ibu hanya fokus dalam mendidik putra putrinya agar menjadi seorang yang sholih dan sholihah, bersyakhsyiah Islam yang kokoh sehingga tidak mudah untuk terpengaruh dunia luar seperti saat ini.

Dari sisi hukuman, negara akan memberi hukuman qishos bagi pelaku kejahatan terutama bagi sang pembunuh seperti sekarang ini, agar tidak terulang. Di dalam Islam, hukuman sejatinya adalah untuk memberi rasa jera dan penebus dosa.

Jadi, keamanan adalah kewajiban negara dalam memberi perlindungan kepada warganya, terlebih kepada anak-anak yang termasuk usia rentan, lemah dan mudah untuk dipengaruhi.Anak-anak adalah aset negara yang harus dijaga dengan semaksimal mungkin. Anak juga sebagai agen perubahan dimasa depan yang akan membawa Islam menuju kegemilangan kembali. Tapi sayang, saat ini belum terwujud. Negara masih setengah hati dalam memberi perlindungan kepada anak-anak.

Padahal Nabi saw. bersabda, “Sesungguhnya seorang imam ( kepala negara) laksana perisai, rakyat dibelakangnya dan dia menjadi pelindung bagi rakyatnya.” (HR Bukhari dan Muslim)

Jadi di dalam Islam, sangat diutamakan kemaslahatan umat. Nyawa rakyat adalah harga mati. Seorang pemimpin akan benar- benar amanah dan bertanggung jawab untuk melindungi rakyatnya dengan memberi rasa aman dan nyaman sesuai tuntunan syariat.

Allahu a’lam bishowab.

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi