Pemuda Semakin Sadis, Buah Sistem Sekuler Kapitalis

Oleh: Nur Itsnaini Maulidia (Aktivis Dakwah)

Kasus pembunuhan dan kekerasan yang dilakukan oleh generasi muda termasuk pelajar, semakin hari semakin banyak, bahkan kekerasan yang dilakukan semakin beragam.

Melansir dari detiknews.com, Polisi menangkap tiga remaja berusia 14 tahun, ketiganya diduga pelaku pembacokan siswa SMP berinisial ARSS (14) hingga tewas di Sukabumi, Jawa Barat. Peristiwa ini membuat geger karena korban merupakan target kedua dan pembacokannya ditayangkan secara langsung via Instagram. (detiknews.com, 24/03/2023)

Kasus kekerasan berikutnya mengutip dari bbc.com, polisi telah menangkap pelaku pembunuhan yang memutilasi seorang perempuan menjadi puluhan bagian di Kaliurang, Yogyakarta. Ini merupakan kasus mutilasi yang ketiga dalam beberapa bulan terakhir. (bbc.com, 23/03/2023)

Adapun bentuk kekerasan lainnya berupa tawuran menggunakan senjata tajam, perang sarung antargeng, dan lain-lain.

Kasus-kasus di atas membuktikan bahwa kondisi generasi masa kini semakin rusak, tak bermoral dan jauh dari perilaku baik. Mirisnya, negara juga masyarakat memilih abai dan semakin tidak peduli dengan kondisi generasi yang rusak ini. Sifat individualisme memang telah menggerogoti pribadi masyakarat.

Di sisi lain, sistem pendidikan yang diterapkan terbukti gagal mencetak generasi berakhlak mulia, saling menyayangi, mengasihi dan menghormati. Hal ini karena kurangnya penanaman pemahaman Islam di sekolah-sekolah maupun madrasah, sehingga generasi berakhlakul karimah juga minim.

Rusaknya generasi juga dipengaruhi oleh tontonan-tontonan yang tidak layak dan tidak mendidik. Tontonan yang memberi contoh berperilaku buruk dan merugikan orang lain seperti prank, dan lain-lain. Hal ini juga dikarenakan negara tidak mengontrol penuh agar tontonan layak tayang dan siap menjadi tontonan generasi.

Berbagai kasus kekerasan pemuda sebagaimana di atas merupakan buah dari paham liberal yang memberikan kebebasan penuh kepada siapapun dalam bertingkah laku, tanpa memperhatikan apakah perbuatannya sesuai dengan syariat atau tidak. Hawa nafsu menjadi alasan utama dalam menyikapi segala hal dan menyelesaikan persoalan. Maka tak heran paham ini telah melahirkan pemuda yang suka tawuran, suka mem-bully, tega melakukan pembunuhan, dan tabiat buruk lainnya.

Tentu semua ini juga lahir dari sistem sekuler, yang tidak menjadikan aturan agama sebagai lendasan beraktivitas. Padahal aturan agama memastikan agar semua hamba berperilaku baik dan menjauhi perilaku buruk apalagi sadis. Sistem sekuler telah berhasil mengikis ketakwaan individu, masyarakat hingga negara.

Menyikapi persoalan kekerasan oleh para pemuda yang semakin banyak dan beragam sebagaimana yang dijelaskan di atas, maka butuh penyelesaian yang solutif agar kasus kekerasan tidak terus menerus meningkat. Adapun solusi yang harus dilakukan adalah:

Pertama, penerapan sistem pendidikan yang menanamkan pemahaman Islam dan menguatkan akidah generasi muslim, dengan ini akan terwujud generasi yang bertakwa, faqih fiddin, taat syariat, dan berakhlakul karimah.

Kedua, membentuk masyarakat yang peduli sesama, tidak mementingkan diri sendiri, dan senantiasa melakukan amar makruf nahi mungkar.

Ketiga, memberikan tontonan yang mengedukasi dan mengokohkan kepribadian Islami pada generasi. Hal ini butuh pengontrolan yang tegas dan ketat agar tontonan yang merusak tidak tayang di media, akses-akses atau link-link tontonan yang tidak layak juga harus dihapuskan.

Ketiga hal diatas, harus ada peran negara untuk memaksimalkan penerapannya. Negara wajib menerapkan sistem kehidupan Islam di tengah-tengah masyarakat secara menyeluruh, karena dengan penerapan sistem Islam, tiga solusi di atas akan terjamin pelaksanaannya dengan sempurna.

Sejarah telah membuktikan ketika sistem Islam diterapkan selama kurang lebih 13 abad, sejak masa kepemimpinan Rasulullah Saw. hingga kekhilafan Ustmani, kerusakan pemuda sangat minim, bahkan pada saat itu yang terwujud adalah generasi yang berlomba-lomba melakukan kebaikan, generasi yang cinta agama dan siap membela agama, generasi yang rajin belajar, dan sibuk mendalami ilmu agama.

Maka, tak heran pada masa kejayaan Islam terlahir pemuda cerdik sekaligus prajurit perang seperti Ali bin Abi Thalib, ahli hadits seperti Imam Bukhari dan Imam Muslim, ahli fiqih seperti Imam Malik dan Imam Syafi’i, serta ilmuwan-ilmuwan yang temuannya bisa dirasakan manfaatnya hingga sekarang.

Oleh karena itu, sudah seharusnya negara menerapkan sistem Islam ditengah-tengah umat agar terwujud generasi yang sibuk melakukan amal salih, sehingga tidak ada waktu untuk melakukan kekerasan atau kenakalan lainnya. Dengan ini maka kekerasan bisa teratasi bukan justru semakin banyak dan beragam.

Wallahu a’lam

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi