Pemuda Kian Bengis dalam Sistem Kapitalisme

Oleh. Ummu Almahyra (Pemerhati Remaja)

Kebengisan pemuda yang makin menjadi-jadi merupakan salah satu bukti kegagalan sistem kapitalisme dalam mencetak generasi ideal. Bukan lagi sekadar saling mengolok-olok antarkelompok pemuda, tetapi mereka sudah akrab dengan kekerasan fisik yang mereka lakukan dalam tawuran. Seperti data yang ditunjukkan dalam Focus Group Discussion yang diikuti TNI, Polri, Pemkot Semarang, hingga para ketua RT dan RW melalui Zoom yang digelar di lobi Mapolrestabes Semarang, yakni kejadian tawuran yang ditangani sejak Januari hingga September 2024, yaitu ada 21 kejadian dengan 117 pelaku yang ditangkap (detik.com, 24/09/24).

Kriminalitas Pemuda Kian Mengerikan

Data di atas menunjukkan bahwa kriminalitas termasuk tawuran yang dilakukan oleh pemuda terus berulang dan bahkan kian brutal. Hal tersebut tidaklah dilatarbelakangi oleh sebab tunggal, melainkan ada banyak faktor penyebab sehingga menjadikan pemuda bisa melakukan perbuatan mengerikan seperti itu. Beberapa faktor pemicu kebengisan pemuda, di antaranya adalah lemahnya kontrol diri, krisis identitas, disfungsi keluarga, tekanan ekonomi/hidup, lingkungan rusak (termasuk pengaruh media, kegagalan pendidikan), lemahnya hukum dan penegakan oleh negara sebagai pihak berwenang dan penanggung jawab.

Faktor-faktor tersebut saling berkaitan sehingga tak akan berhasil jika upaya perbaikan hanya dari salah satu sisi. Misal saja, dari segi pendidikan yang telah melakukan berbagai upaya perbaikan. Namun, perbaikan yang diharapkan masihlah jauh dari harapan. Justru generasi kian brutal akibat kegagalan berbagai solusi yang ditawarkan oleh sistem kapitalisme.

Itulah paradigma hidup sekuler-kapitalis yang terbukti merusak pemikiran dan gagal membentuk generasi berperadaban mulia. Sungguh nyata bahwa sistem kapitalisme sekularisme telah membajak potensi pemuda menjadi generasi yang hanya memburu kebahagiaan semu, yakni berupa kepuasan materi.

Islam Solusi Hakiki Membentuk Generasi Ideal

Pemimpin negara Islam (khalifah) berasaskan akidah Islam dalam menjalankan pemerintahannya, sehingga akan serius dan optimal dalam mengurus seluruh urusan rakyat. Sebab, khalifah paham bahwa kepemimpinannya akan dimintai pertanggungjawaban kelak di hadapan Allah Swt. Oleh karena itu, khalifah akan berupaya menegakkan 3 pilar, yakni:

Pertama, ketakwaan individu.
Ketakwaan tersebut dapat diraih dengan menerapkan sistem pendidikan Islam yang akan membentuk generasi berkepribadian Islam serta memahami ilmu pengetahuan dan teknologi. Generasi yang terbentuk akan mampu membedakan benar dan salah sesuai aturan syariat, yakni halal dan haram dalam setiap perbuatannya. Maka, generasi akan memahami bahwa tawuran merupakan perbuatan haram yang harus dijauhi dan ditinggalkan.

Negara juga akan mendorong produktivitas pemuda
dan dengan dukungan sistem yang lain, maka akan lahir generasi hebat, yang mengarahkan potensinya untuk berkarya dalam kebaikan, mengkaji Islam, dan mendakwahkannya, serta terlibat dalam perjuangan Islam demi menegakkan Islam sebagai rahmatan lil alamin.

Kedua, kontrol masyarakat.
Ketika ketakwaan individu telah terwujud. Maka, setiap individu yang merupakan bagian dari masyarakat akan memahami kewajibannya menegakkan amar makruf nahi munkar. Tak heran, masyarakat tidak akan tinggal diam ketika terjadi kemaksiatan dan kejahatan di tengah mereka. Mereka akan berupaya mewujudkan lingkungan yang bernuansa islami.

Negara juga menyiapkan kurikulum pendidikan dalam keluarga, sehingga terwujud keluarga harmonis yang senantiasa memberikan lingkungan kondusif bagi anak-anak yang tumbuh di dalam keluarga dan memberikan pengaruh positif kepada lingkungan sekitar. Selain itu, negara menerapkan aturan yang menjamin kesejahteraan dan menerapkan sistem lain yang akan menguatkan fungsi kontrol masyarakat.

Ketiga, peran optimal negara.
Kepemimpinan yang tegak di atas keimanan akan membawa negara mewujudkan tiga pilar tersebut dan menjalankan fungsinya dengan optimal dalam meriayah rakyat. Negara akan mengoptimalkan penerapan seluruh aturan Islam. Misal saja menerapkan sistem pendidikan, sistem pergaulan, sistem ekonomi, sistem keamanan, sistem sanksi, dsb.

Ketika aturan-aturan Islam yang saling berkaitan tersebut diterapkan, maka kesejahteraan, keamanan, dan ketakwaan rakyat akan terwujud. Begitulah kesempurnaan Islam yang merupakan aturan dari Sang Pencipta dan telah terbukti pernah diterapkan selama sekitar 14 abad lamanya. Kini, saatnya umat Islam mengembalikan diterapkannya aturan tersebut agar kehidupan penuh berkah.

Allah Swt. berfirman yang artinya, “Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al-A’raf: 96)

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi