Pemuda Harapan Tumbangkan Kezaliman

Oleh. Kaisa

Pada tanggal 10 Ramadhan tahun ke-8 Hijriyah, terjadi suatu peristiwa penting dalam sejarah Islam. Dengan 10.000 pasukan muslimin, Nabi saw. berangkat menuju Makkah. Pasukan itu tak terkalahkan. Dari empat penjuru, kaum muslim berhasil menguasai Makkah tanpa terkecuali.

Memang, terjadi perlawanan dari Ikrimah bin Abu Jahal yang berhasil menggalang sekutu di sebuah daerah bernama Khandalah. Namun, kekuatan mereka tak bisa menandingi keperkasaan Khalid bin Walid. Akhirnya, musuh pun berhasil dipukul mundur dan lari tunggang langgang. Rasulullah saw. sampai di Makkah dengan penuh tawadhu’. Ketika itu, beliau membacakan firman Allah Swt:
“Sesungguhnya kebenaran telah datang dan yang bathil telah lenyap. Sesungguhnya yang bathil itu pasti lenyap.” (QS Al-Isra’ :81)

Sejarah mengajarkan kita betapa pentingnya pengorbanan dalam sebuah perjuangan. Tak hanya berkoar, “Akulah sang pejuang,” tetapi tak ada pengorbanan. Bukan hanya sibuk mencari gelar agar diakui sebagai pahlawan, tetapi dilihat dari seberapa tulus ia dalam berkorban.

Duhai Sahabat, bisa kita lihat bahwa umat saat ini masih dalam kekelaman, jauh dari cahaya kemuliaan. Umat melolong di gelap kelam. Tiada pelita penyinar terang. Tiada lagi kesatria pemberani sebagaimana Khalid bin Walid. Tiada lagi sosok yang tegas sebagaimana Umar bin Khatthab. Tiada lagi sosok yang cerdas sebagaimana Mus’ab bin Umair. Lalu kapankah fajar itu ‘kan datang? Apabila kita para pemudanya masih saja bermental pengecut. Tak berani berkorban, tak mau berjuang. Malas untuk berubah dan enggan peduli dengan kondisi umat saat ini.

Tiada rindukah kau masa-masa itu, wahai Sahabat? Ataukah kau lupa? Bahwa kaum muslim pernah berkuasa lebih dari 2/3 dunia. Nama Islam begitu membahana di seluruh pelosok negeri. Islam berhasil menggetarkan hati musuh-musuh Allah, membuat ciut bagi siapa saja yang mendengar nama Islam disebut.

Namun, bagaimanakah kita melihat kondisi umat saat ini? Maka, di manakah dicari pasukan badar berani yang berhasil menoreh nama kemuliaan abadi? Di manakah lagi dicari pemuda perkasa abadi yang rela terasing demi kebenaran hakiki?

Wahai Pemuda, mengapa kaulalai dengan tanggung jawabmu sebagai ‘agent of change?’ Hingga musuh mampu membobol bentengmu, menjarah pemikiran para pemuda. Lalu musuh mengubahnya dengan pemikiran-pemikiran sampah yang membuat para pemuda berpikiran dangkal, berjiwa individualis-kapitalis. Sementara kita hanya diam terpana.

Ada apa, wahai Pemuda? Apakah kecintaan dunia telah merasukimu? Hingga jannah tak lagi indah dalam pandangan matamu? Atau kematian telah menjadi sesuatu yang begitu menakutkan bagimu? Tak ingatkah kau pada sabda baginda besar kita Nabi Muhammad saw?

Ketika suatu hari beliau berkata di depan sahabatnya yang tercinta, “Wahai Abu Bakar, aku begitu rindu hendak bertemu saudara-saudaraku.” Abu Bakar pun bertanya, “Apakah maksudmu berkata demikian, wahai Rasulullah? Bukankah kami saudara-saudaramu?” Rasulullah menjawab, “Tidak, wahai Abu Bakar. Kamu semua adalah sahabat-sahabatku, tetapi bukan saudara-saudaraku. Mereka adalah orang-orang yang beriman (berjuang membela agamaku), padahal mereka belum pernah melihatku.” (HR. Muslim)

Duhai, telah jauh-jauh hari Baginda merindukan kita. Para pejuang agama yang tak pernah bersua dengan beliau, tetapi tetap membela meski dicaci, dimaki, dihina dan dijauhkan. Maka, tak inginkah kau menjadi salah satu di antaranya? Menjadi saudara yang dirindukan oleh Baginda Nabi? Maka, bangkitlah, wahai Pemuda. Tak pernah ada alasan benar untuk berkata, “Aku menyerah.” Tak pernah ada alasan benar untuk berkata, “Aku tak mampu.”

Maka, pejamkan matamu, katakanlah dengan lantang bahwa, “Akulah seorang muslim!” dan “Akulah penolong agama Allah!” Jangan ciut dengan makar para penjajah. Karena, kita adalah umat terbaik yang dijanjikan oleh-Nya kemenangan. Kemuliaan yang akan kita dapatkan di dunia dan di akhirat.

Bukakah seharusnya kita menjadikan sejarah Fathul Makkah ini sebagai pelajaran yang paling berharga? Sebagaimana Nabi saw. menjadikannya sebagai peristiwa paling berharga? Kita tak bisa berhenti di sini. Ayunkan keimanan itu untuk terus menyertaimu. Jangan biarkan ia lepas tak bertuan. Hingga akhirnya hanya akan menjadi debu yang bertebaran.

Kau tahu, Kawan? Tugas kita masih panjang. Perjalanan kita baru saja dimulai, seinci, dua inci, jangan pernah melemahkan langkah kita. Karena, kau harus tahu pasti bahwa jalan inilah yang diridai. Kemenangan yang telah dijanjikan. Dan janji-Nya tak pernah ada yang ingkar. Maka, apa yang menjadikan kita bungkam, membisu, tuli bagai tak berkehidupan?

Maka, jadilah kau pemuda generasi penumbang kezaliman. Dengan keimanan, ketaqwaan, dan tekad yang kuat, akan menjadikan kita jiwa-jiwa pemuda tak terkalahkan. Sebagaimana Nabi saw. juga dulu mengalaminya

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi