Nasib Tragis Perempuan, Bukti Nyata Tiadanya Jaminan Keamanan dalam Sistem Kapitalisme

Oleh. Ir. Sri Rahayu Lesmanawaty, M.A.
(Aktivis Muslimah Peduli Generasi, Lamongan-Jawa Timur)

Rentetan peristiwa pembunuhan keji terhadap perempuan saat ini begitu menggemparkan jagat nyata dan maya. Hampir setiap waktu media masa dihiasi dengan berita kekerasan bahkan penghilangan nyawa perempuan. Hal ini seakan menjadi biasa, terulang dan terulang lagi.

Pembunuhan keji yang dilakukan Nando (24), suami yang membunuh istrinya, Mega Sriyani Dewi (24) di rumah kontrakan, Desa Sukadanau, Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi, Kamis (7/9/2023). Ada juga pembunuhan keji Riko Arizka (23) terhadap mantan kekasihnya dengan cara dihantam menggunakan kloset di Pandeglang, Banten pada Februari 2023, pembakaran sampai penghilangan nyawa oleh MR (43) terhadap mantan istrinya, DW (38) dan SB (39) di Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara pada bulan Januari 2023, dan tak kalah heboh mengutip dari tirto.id, Gregorius Ronald Tannur (31) dengan keji menganiaya kekasihnya, Dini Sera Afrianti (28), hingga menyebabkan korban kehilangan nyawa. Ronald yang merupakan anak dari Edward Tannur, salah satu anggota Fraksi PKB di DPR RI dari Dapil Nusa Tenggara Timur (NTT) menganiaya korban di tempat karaoke Blackhole KTV Surabaya pada Selasa, 4 Oktober 2023 malam.

Serentetan peristiwa keji di atas hanyalah sedikit yang terekspos media. Femisida menjadi bentuk klasifikasi pembunuhan yang dinyatakan oleh Komisi Nasional Anti-Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) sebagai pembunuhan atau percobaan pembunuhan terhadap perempuan yang dilakukan secara sengaja karena jenis kelamin atau gendernya, hingga berkorelasilah dengan pendapat terkait ketidaksetaraan gender di mana budaya patriarki di keluarga, komunitas, dan masyarakat menempatkan perempuan lebih rendah dari laki-laki (mengutip pendapat Mike Verawati, Sekjen Koalisi Perempuan Indonesia, 10/9/2023).

Cukupkah klasifikasi femisida menyelesaikan permasalahan terkait keamanan kaum perempuan dengan mengaitkan pada kesetaraan gender? Sepertinya tidak. Akar permasalahannya tidak cukup mengarahkan pada kesetaraan gender, namun lebih pada mereposisi perempuan pada tempat yang seharusnya hingga jaminan keamanan terhadapnya dirasakan secara nyata, dan ini telah terbukti di era sekuler kapitalis radikal, jaminan keamanan sangatlah minus bahkan tiada.

Perempuan Kehormatan yang Harus Dijaga

Saat panggung dunia direkayasa dengan skenario manusia, dirilis dengan single beraransemen genre sekuleris kapitalis radikal, seluruh kebahagiaan menjadi semu. Perempuan yang seharusnya bersenandung bahagia, seluruh nyanyiannya menjadi tangisan yang menyayat hati, melemahkan jiwa, hingga menurunkan martabat seluruh jenis manusia yang seharusnya bergelar khairu ummah, bukan manusia pembunuh kejam yang tak layak bergelar manusia.

Perempuan adalah kehormatan yang harus dipelihara dan dijaga. Oleh karena itu, Allah menurunkan Islam sebagai aturan yang menjaga dan melindungi kaum perempuan. Memberikan rambu-rambu agar kaum hawa tidak terhina dan dihinakan oleh orang-orang yang suka menghina Islam secara paripurna memberikan penjagaan sempurna sesuai aturan Allah melalui sistem Islam yang menyeluruh.

Islam menempatkan perempuan dalam posisi terhormat hingga tercegah dari bahaya yang akan menyakiti dirinya. Islam datang mengakhiri penindasan terhadap kaum perempuan, memberinya kesempatan mendapatkan kehormatan dan kemuliaan. Perempuan berkesempatan membangun rumah tangga serta memiliki suami dan anak-anak dalam naungan keluarga yang utuh dan membahagiakan, bukan untuk mendapatkan penyiksaan.

Perempuan diberikan derajat yang sama dengan pria dalam hal takwa. Perempuan diberikan pula kebolehan mengapresiasi diri tanpa keluar dari fithrah kehormatannya. Seluruhnya telah diberikan Islam dengan penghargaan setinggi-tingginya. Hal itu tidak didapatkan dalam sistem sekuler kapitalisme radikal seperti saat ini.

Butuh Peran Negara

Untuk memutuskan rantai kekejian bagi kaum perempuan di era saat ini, tentunya ada yang harus dicampakkan, dibuang, dikubur sedalam-dalamnya. Racun dan penyakit sekuler kapitalisme radikal harus dihancurkan sehancur-hancurnya, kemudian dilanjutkan dengan mengadopsi Islam sebagai aturan hidup bersama. Peradaban gelap Barat dengan gaya sekuler kapitalis radikal nya telah gagal memuliakan kaum perempuan, dan peradaban Islam telah terbukti berhasil menjaga kehormatan kaum perempuan, di mana saat itu perempuan benar-benar terjaga.

Terjaga bagai istri-istri nabi dan kaum muslim yang termuliakan, terjaga dari penghinaan kehormatan muslimah (seruan seorang Muslimah pada amirul mu’minin saat diganggu yahudi), terjaga jiwa raganya secara nyata. Namun, semua itu butuh kekuatan dan kekuasaan. Butuh peran negara yang jelas, yang akan selalu menjamin terselanggaranya keamanan bagi kaum perempuan. Dan tentunya negaranya pun adalah negara yang jelas. Yaitu negara yang benar-benar menerapkan syariat Islam sebagaimana yang Rasulullah Muhammad saw. contohkan dalam bangunan Khilafah Islamiyyah.

Wallahu a’lam bisshawab.

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi