Nasib Tragis Anak Indonesia di Bawah Naungan Sistem Kapitalisme

Oleh. Wida Nusaibah (Pemerhati Masalah Sosial)

Lingkungan aman bagi anak Indonesia tampak masih jauh dari harapan. Sebab, ada banyak fakta yang menunjukkan bahwa kondisi anak negeri ini berada dalam ketidakamanan. Seperti dilansir dari republika.co.id, bahwa Polda Metro Jaya menangkap seorang perempuan berinisial FEA (24 tahun) yang diduga sebagai muncikari pada kasus prostitusi anak di bawah umur atau perdagangan orang melalui media sosial (24/9/23).

Tak hanya itu, Ketua Forum Panti Kota Medan Besri Ritonga mengatakan sebanyak 41 anak menjadi korban eksploitasi oleh pengelola dua panti asuhan di Kota Medan. Kini, polisi masih mendalami persoalan tersebut (Detik.com, 23/9/23).

Eksploitasi anak terus terjadi dengan berbagai mekanisme, termasuk cara haram dan melanggar aturan negara demi mendapatkan keuntungan materi. Realita ini sangat jelas membuktikan bahwa lingkungan yang aman belum terwujud bagi anak-anak di negeri ini. Sekaligus menunjukkan kegagalan negara dalam menjamin keamanan bagi anak.

Kegagalan tersebut akibat penerapan sistem kapitalisme sekuler. Di mana sekularisme telah mewujudkan individu-individu yang jauh dari aturan agama, sehingga dengan mudahnya mengabaikan halal haram. Kemudian Kapitalisme telah mewujudkan individu-individu yang hidupnya lebih berorientasi pada kepuasan materi, sehingga rela menempuh berbagai jalan demi mendapatkan keuntungan bagi dirinya meskipun harus dengan merugikan dan mengorbankan orang lain termasuk anak-anak. Padahal, sejatinya anak haruslah dilindungi.

Dalam kehidupan bernegara pun, paradigma negara Kapitalis mengadopsi sistem ekonomi Kapitalis Liberal. Di mana dalam Liberalisme diberikan kebebasan bagi semua pihak dalam kepemilikan meskipun itu berupa aset publik yang seharusnya hanya dikelola oleh negara. Akibatnya, negara tak mampu dengan optimal memenuhi kebutuhan rakyat, sehingga kesejahteraan rakyat tak mampu terwujud secara merata. Tak heran, banyak rakyat yang menempuh bermacam cara tak peduli salah atau benar demi memenuhi kebutuhan hidup mereka meskipun harus merenggut rasa aman pihak lain.

Semua potret buram penerapan kapitalisme sangat bertentangan dengan sistem Islam yang pernah diterapkan selama berabad-abad lamanya dan mampu mewujudkan kesejahteraan dan perlindungan keamanan bagi seluruh rakyat baik muslim maupun non-muslim. Sebab, paradigma Islam tegak di atas landasan iman terhadap Allah Swt, sehingga segala perbuatan baik oleh individu, masyarakat, maupun pemimpin akan terikat dengan hukum syarak.

Dalam Islam, ditetapkan bahwa negara sebagai pengurus urusan rakyat. Setiap urusan rakyat mulai dari pemenuhan kebutuhan hingga penjaminan keamanan pada seluruh rakyat termasuk pada anak merupakan kewajiban bagi negara. Oleh karena itu, Islam memiliki berbagai mekanisme untuk mewujudkan perlindungan anak dengan menjamin kesejahteraan, memberikan pendidikan untuk membentuk kepribadian Islam, dan pemberian sanksi tegas dan menjerakan bagi setiap pelaku kejahatan siapa pun korbannya.

Ketika semua itu terwujud maka akan dapat meminimalisasi tindak kejahatan maupun tindak eksploitasi pada anak demi mendapatkan keuntungan materi. Sebab, peran semua pihak terlaksana maksimal mulai dari terbentuknya keimanan individu, kontrol masyarakat, dan peran negara. Sungguh, masalah keamanan anak tidak luput dari seperangkat aturan yang diterapkan. Semua aturan dari segala bidang saling berkaitan. Maka, sudah saatnya menerapkan seperangkat aturan yang sempurna yakni yang berasal dari Allah Swt. berupa sistem Islam. Wallahu a’lam!

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi