Nasabah Tekor Akibat BSI Eror

Oleh. Bunda Hanif

Beberapa waktu lalu di media sosial, ramai diberitakan erornya aplikasi BSI mobile. Sejumlah nasabah BSI Mobile mengeluh sulitnya mengakses dan bertransaksi melalui aplikasi tersebut. Ada juga yang tidak dapat menggunakan fasilitas ATM dan layanan teller di BSI (Muslimahnews.com, 12/5/2023).

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menyampaikan bahwa penyebab erornya sistem digital aplikasi BSI akibat serangan siber. Sayangnya Erick tidak bersedia mengungkapkan jenis serangan yang menyebabkan layanan BSI eror. Beliau hanya menyampaikan bahwa dirinya akan terus memantau perkembangan terkait gangguan layanan BSI. Adapun Direktur Utama BSI Hery Gunardi sudah turun tangan langsung untuk mengatasi permasalahan tersebut.

Terkait permasalahan tersebut, pihak manajemen BSI di akun Instagram resminya @banksyariahindonesia pada Selasa (9/5/2023) menjelaskan bahwa eror terjadi karena BSI tengah melakukan perawatan (maintenance) sistem. BSI pun menyampaikan permohonan maaf kepada seluruh nasabah atas ketidaknyamanan yang terjadi.

Pihak manajemen BSI memastikan bahwa dana nasabah tetap aman, Selain itu, pihak manajemen juga mengimbau semua nasabah agar tetap waspada dan berhati-hati terhadap segala modus penipuan yang mengatasnamakan BSI.

Bagaimana dengan kondisi di lapangan? Jelas, erornya BSI mengakibatkan nasabah tekor. Bahkan, sejak merger, BSI yang sebelumnya terdiri dari beberapa bank syariah, malah menyulitkan nasabah karena tidak punya alternatif rekening lain untuk transaksi ekonomi.

Di media sosial, bisa kita lihat begitu banyak keluhan dari pebisnis dan pemilik toko daring (online shop) akibat erornya BSI. Pemasukan mereka terhambat karena tidak bisa menerima transfer pembayaran dari pelanggannya yang hanya bisa melalui BSI. Kondisi ini mengakibatkan barang dagangan yang seharusnya bisa segera dikirim, akhirnya menumpuk di penjual.

Sebenarnya, alasan nasabah menggunakan rekening BSI merupakan alasan yang sangat baik. BSI adalah bank yang berlabel syariah, tidak ada tambahan bunga (riba). Ini merupakan iklim positif mengingat kesadaran masyarakat terhadap ekonomi tanpa riba mulai tumbuh.

Peristiwa erornya BSI membuat animo masyarakat terhadap bank syariah menjadi menurun. Padahal di saat yang sama, iklim ekonomi digital dan identitas Indonesia sebagai salah satu basis ekonomi syariah dunia tengah digencarkan oleh pemerintah. Bahkan, pada akhir Maret 2023 lalu, Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh menobatkan Wakil Presiden K.H Ma’ruf Amin sebagai Bapak Ekonomi Syariah Indonesia.

Dari peristiwa tersebut, kiranya penting bagi kita untuk lebih memahami hakikat kelembagaan BSI maupun bank lainnya. Walaupun berlabel syariah, BSI tetap saja tumbuh dan bernaung di bawah sistem ekonomi kapitalisme. Dalam sistem ekonomi kapitalisme, perbankan adalah salah satu mesin penyedot uang , selain pasar modal.

Lembaga perbankan yang disebut sebagai jantung ekonomi kapitalisme merupakan lembaga yang paling cepat mengakumulasi dana-dana dari rumah tangga masyarakat dengan jumlah yang sangat fantastis. Dana-dana tersebut digunakan untuk menggelembungkan perusahaan-perusahaan kapitalis agar makin besar. Jika tidak ada dana dari masyarakat, mustahil mereka bisa memperbesar perusahaannya. Oleh karena itu, untuk menarik masyarakat menyimpan dananya di bank adalah dengan memberikan bunga (riba).

Perusahaan kapitalis sejatinya bertumpu pada utang dan penjualan kertas saham untuk terus tumbuh dan berkembang. Selama ini kita menyebutnya sebagai “pertumbuhan ekonomi.” Pertumbuhan ekonomi kapitalisme juga dikenal sebagai “bubble economy” (ekonomi balon). Ini karena dari penampakannya seolah-olah ekonominya tumbuh, padahal sebenarnya hanya membesar karena utang, bukan pertumbuhan ekonomi sektor riil.

Layanan ekonomi digital yang kian pesat merupakan wujud teknologi yang boleh kita ambil. Namun, ketika kapitalisme menggunakan teknologi itu sebagai mesin pengungkit roda ekonominya, sebagai muslim kita harus jeli mencermati titik-titik yang masih boleh kita ambil, karena sebagai muslim seluruh hidup kita terikat dengan hukum syarak.

Riba sebagai sesuatu yang haram tidak layak kita perdebatkan. Jika kita memang harus memiliki rekening di bank hendaklah kita memilih jenis rekening yang tidak ada ribanya atau 0% bunga. Walaupun demi motif promosi atau pemasaran (marketing) bank, istilah riba saat ini makin banyak jenisnya. Hal ini tentu saja menuntut kita untuk lebih cermat dan berhati-hati.

Solusi bagi sistem ekonomi saat ini harus sistemis. Kita tidak bisa menggunakan sistem ekonomi berlabel syariah, tetapi tubuhnya tetap ekonomi pasar bebas, darahnya tetap uang kertas, jantungnya tetap lembaga penbankan dan pasar modal, serta pompa jantungnya adalah suku bunga. Untuk mengganti sistem ekonomi kapitalisme yang rusak, hanya sistem ekonomi Islamlah solusi satu-satunya.

Di dalam Islam, sistem ekonomi hanya dapat berjalan di bawah naungan sistem pemerintahan yang menjadikan ideologi Islam sebagai dasar negara, yakni Kh1l4f4h. Sistem ekonomi Islam meniadakan riba dan menutup pertumbuhan pasar modal.

Pertumbuhan ekonomi yang berjalan hanya dari sektor riil. Distribusi kekayaan bukan berdasarkan mekanisme harga dan pasar bebas melainkan dengan mendudukkan jenis-jenis kepemilikan beserta pengelolaannya menurut jenisnya yakni kepemilikan individu, umum dan negara.

Wallahu a’lam bisshowab.

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi