Narasi Terorisme dan Radikalisasi Semakin Menjadi

Oleh. Tri S, S.Si.

Wakil Presiden Ma’ruf Amin meminta Majelis Ulama Indonesia kembali mengefektifkan Tim Penanggulangan Terorisme (TPT) yang sebelumnya dibentuk untuk mengurangi benih-benih terorisme. Ini disampaikan Kiai Ma’ruf karena terorisme kembali muncul setelah terjadinya bom bunuh diri di Astanaanyar, Bandung.

“Terorisme ini mulai lagi, dulu MUI di awal-awal membangun tim penanggulangan terorisme, dan kita melakukan beberapa langkah, saya kira lembaganya masih ada ya, karena itu ternyata ini masih perlu diefektifkan lagi,” ujar Ma’ruf dalam sambutannya saat membuka Mukernas Kedua Majelis Ulama Indonesia (MUI) 2022 di Grand Sahid Jaya, Jakarta (IRHAM.co.id, 8/12/2022).

Ma’ruf mengatakan, MUI melalui TPT ini melakukan beberapa langkah dalam mengurangi benih-benih terorisme dari hulu dengan pendekatan keagamaan khas MUI. Di antaranya, MUI mengeluarkan fatwa jika terorisme bukan jihad, meluruskan paham-paham radikal dan membuat buku-buku tentang pelurusan jihad.

Ketua Dewan Pertimbangan MUI ini menilai, kejadian bom bunuh diri Bandung menunjukkan masih ada pemahaman keliru tentang jihad. Karena itu, dia meminta agar MUI membantu dalam meluruskan paham-paham radikal tersebut.

Isu perang melawan terorisme seakan tidak pernah surut. Bahkan, tetap aktual hingga sekarang. Isu ini sengaja di-update terus-menerus oleh negara imperialis dan antek-anteknya ke seluruh penjuru dunia, tak terkecuali Indonesia.
Indonesia sebagai negara berpenduduk mayoritas muslim dianggap perlu untuk turut mengampanyekan gagasan antiterorisme tersebut.

Sebab, mindset teroris yang selama ini dibangun selalu diidentikkan pada kaum Muslim. Mereka yang berjuang ingin menerapkan aturan Islam kaffah bahkan sering disebut radikal, teroris, jihadis, ataupun fundamentalis.

Berbagai program pun dirilis oleh pemangku kebijakan negeri ini demi mewujudkan penanggulangan aksi terorisme. War on terrorism (WoT) atau perang melawan terorisme merupakan salah satu main programnya yang tidah pernah terlewatkan. Berbagai bentuk pengintaian, penyelidikan, hingga penangkapan pun konsisten mereka lakukan dari tahun ke tahun.

Dalam menyikapi permasalahan ini, masyarakat membutuhkan kejelian dan kehati-hatian ekstra agar tidak terjebak dalam perangkap busuk yang menggunakan isu terorisme sebagai alat untuk memojokkan Islam. Bagai memancing di air keruh, para pembenci Islam melihat kesempatan ini sebagai peluang untuk membungkam ulama kritis dan lurus. Entah kebetulan atau tidak, pasca ijtimak ulama MUI yang menyatakan jihad dan Kh1l4f4h adalah ajaran Islam, terorisme kembali menggoyahkan umat. Sebagaimana kita ketahui, jihad, dan Kh1l4f4h selalu terstigma sebagai ajaran radikal yang memicu terorisme.

Padahal, ajaran Islam sebagai agama yang diturunkan Allah Swt. tentu tidak pantas diidentikkan dengan hal-hal yang berbau keji. Adapun jihad dan Kh1l4f4h nyatanya sudah jelas ada dalam ajaran Islam. Tak seperti aksi teror, jihad dan Kh1l4f4h memiliki mekanisme tersendiri yang penerapannya harus berlandaskan pada ketentuan syara’. Oleh karena itu, kaum muslim penting memahami Islam secara utuh agar dapat menangkal isu terorisme ini yang semata-mata menjauhkan Islam dari pemeluknya. Serta, kaum muslim harus membersihkan cap teroris dari dirinya dengan meluruskan pemahaman yang salah tentang Islam menjadi pemaham yang benar sesuai syariat Islam.

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi