Muharram: Istikamah Hijrah Menuju Islam Kaffah

Oleh: Afiyah Rasyad
(Aktivis Peduli Ummat)

Duhai, begitu cepat waktu berlali. Euforia umat Islam menyambut tahun baru Hijriyah (muharram) begitu gegap gempita. Kirab, pawai obor, tablig Akbar, kembang api, petasan, bersih desa, dan lainnya menghiasi awal tahun baru Islam ini. Santunan anak yatim, santunan dhuafa, dan lainnya juga dirancang sedemikian rupa di bulan ini. Bahkan, di sebagian wilayah Jatim, ada jrnang Asyuro sebagai pertanda rasa syukur diberi dikmat tambahan usia pada tahun baru Islam.

Sayang berjuta sayang, Muharram sekadar dirayakan oleh kaum muslim tanpa memedulikan apa makna di balik bulan ini. Padahal, momentum hijrah Nabi Muhammad saw. diperingati di bulan Muharram ini, hijrah Nabi saw. dari Makkah ke Madinah.

Amboi, setelah 13 tahun Rasulullah dan para sahabat berdakwah di Makkah mendapat dengan segala halangannya, berupa takdzib, penolakan, dan pemboikotan. Beliau akhirnya mencari pertolongan dari para suku di tanah Hijaz. Namun, beliau belum menjumpai titik terang dalam aktivitas tholabun nushroh. Akhirnya, Rasulullah mendekati setiap kepala suku yang datang berhaji dan beliau berjumpa dengan beberapa suku khajraz (kabilah Arab di madinah). Rasulullah mendakwahkan dan menawarkan Islam pada mereka. Dengan izkn Allah, mereka menerima dakwah Rasulullah. Saat mereka pulang ke Madina, mereka menyampaikan Islam kepada kaumnya sehingga tidak ada satu rumah pun di antara rumah-rumah kaum Anshor melainkan diwarnai sebutan Rasulullah saw.

Rasulullah pun mengutus Mush’ab bin Umair sebagai duta pertama untuk mendakwahkan Islam kepada pemuka kabilah-kabilah di Madinah setelah peeristiwa Baiat Aqobah I. Mush’ab berhasil mendakwahkan Islam di Madinah, maka terjadilah baiat Aqobah kedua sebagai baiat ketaatan pada penerapan Islam dan perlindungan terhadap orang-orang yang beriman. Ketika perlindungan telah didapatkan dari penduduk Madinah, terjadilah peristiwa baiat aqobah ketiga sebagai bentuk perlindungan hijrahnya Rasulullah dan para sahabat.

Rasulullah memulai hijrah, sahabat diutus secara berkala untuk hijrah ke Madinah. Sedangkan Rasulullah dan Abu Bakar hijrah terakhit. Rasulullah hijrah dari Makkah ke Madinah bukan untuk menyelamatkan diri, akan tetapi beliau hendak mwndirikan institusi negara yang menerpakan Islam secara kaffah dengan membentuk masyarakat islami di negwri yang aman dengan kontrol dan kendali beliau secara langsung.

Dengan demikian, hijrah tidak berarti hanya berpjndah atau berubah. Namun, hijrah adalah sebuah perpindahan dari darul kufr menuju darul Islam. Pindah dari suasana kufur menuju susana taat dan iman dengan menerapkan Islam kaffah. Sebagaimana firman Allah:

“Hai orang-orang yang beriman masuklah kalian kedalam Islam secara Kaffah (menyeluruh) dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al-Baqarah: 208)

Saat ini kondisi kaum muslim kembali di arena yang bernapaskan kekufuran, Islam tak lagi diterapkan dalam tiap sendi kehidupan oleh negara. Hanya perkara ibadah saja yang marak dilakukan. Euforia peringatan hari besar Islam saja yang semarak dilakukan tanpa memahami makna perayaan itu sebenarnya. Oleh sebab itu, wajib bagi kaum muslim untuk mengembalikan kehiduoan Islam dengan istikamah hijrah agar bisa menerapkan Islam kaffah di tengah masyarakag, level individu, masyarakat, dan juga negara. Sebagaimana dicontohkan Rasulullah dalam peristiwa hijrah dengan menerapkan aturan Islam secara kaffah dalam segala aspek kehidupan dalam naungan institusi Daulah Islam.

Wallahu a’lam bishowwab.

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi