Moderasi Islam, Tidak Perlu Belajar Agama Secara Mendalam?

Oleh. Anita Ummu Taqillah
(Pegiat Literasi)

Diriwayatkan dari Anas bin Malik ra. bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wassalam bersabda:

“Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim dan muslimah sejak dari ayunan hingga liang lahat.” (HR Ibnu Majah)

Hadis di atas menunjukkan bahwa setiap Muslim wajib menuntut ilmu. Yaitu, ilmu agama agar mampu beramal di dunia dengan baik sesuai tuntunan Allah subhanahu wata’ala, sehingga bisa menjadi bekal untuk di akhirat kelak. Maka, belajar agama harus dengan serius, bukan asal-asalan. Jika belajar agama hany asal, justru akan menjerumuskan kepada kesesatan.

Namun sangat disayangkan, ketika ada pernyataan yang menyebutkan bahwa belajar agama tidak perlu mendalam. Sebagaimana dilansir dari tirto.id (6/12/2021), beberapa waktu lalu Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Dudung Abdurachman melontarkan pernyataan yang kontroversial tentang “jangan terlalu dalam mempelajari agama”. Pernyataan tersebut dilontarkan oleh Dudung yang ditayangkan di akun YouTube Dispenad pada saat memberi kultum usai salat Subuh bersama prajurit XVIII/Cenderawasih.

Kontrovesi pun bermunculan hingga beberapa pihak ingin mencoba meluruskan pernyataan tersebut. Salah satunya dari Kadispenad Brigjen TNI Tatang menjelaskan bahwa maksud Dudung bukan untuk melarang seseorang memahami ilmu agama dengan serius, tapi saat mendalaminya harus dengan guru atau ustad pembimbing yang ahli dalam ilmunya (liputan6.com, 6/12/2021).

Sayangnya, penjelasan yang meluruskan pernyataan Dudung juga tidak mudah diterima masyarakat. Sebab, hal itu menjurus pada justifikasi labelisasi ustad ala mereka.

Sekularisme Mencetak Moderasi Beragama

Pernyataan Dudung sontak membuat Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Muhammad Cholil Nafis pun bersuara. Ia menyindir dan menawari melakukan standarisasi dai MUI bila ingin berganti menjadi pendakwah. Selain itu, dia juga meminta Dudung fokus pada tugas pokonya, yaitu pertahanan negara dan menumpas perusuh dan pembangkang NKRI (tirto.id, 6/12/2021).

Namun, adanya pernyataan untuk tidak mempelajari agama secara mendalam tersebut muncul akibat pemahaman sekularisme. Pemahaman yang menganggap bahwa agama tidak ada hubungannya dengan seluruh aktifitas kehidupan. Selain itu, pemahaman itu juga menganggap bahwa agama hanya mengurusi masalah ritual semata.

Hal itulah yang ingin mereka tegaskan dan seakan ingin menyampaikan supaya beragamalah biasa-biasa saja, tidak perlu semuanya diatur oleh agama. Maka bagi mereka, beragama itu harus moderat atau di tengah-tengah saja. Inilah bukti bahwa sekularisme telah mencetak moderasi dalam beragama. Padahal sungguh, itu adalah bentuk penyesatan yang sesungguhnya.

Islam Secara Keseluruhan, Bukan Setengah-setengah

Allah subhanahu wata’ala telah memerintahkan kepada kita untuk totalitas dalam beragama. Yaitu untuk memeluk Islam secara keseluruhan, bukan sebagian-sebagian. Sebagaimana firman-Nya dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 208 yang artinya:

“Wahai orang yang beriman, masuklah kamu semua ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagi kalian.”

Nyatanya Islam memang agama yang sempurna. Islam tidak hanya mengatur masalah ibadah mahdhoh saja, tidak mengatur masalah salat, puasa, zakat saja, tetapi juga seluruh aspek kehidupan. Sebab, nyatanya jika kita melakukan aktifitas apa pun sesuai dengan aturan Allah subhanahu wata’ala maka juga akan bernilai ibadah, yaitu akan bernilai pahala. Sedangkan apabila kita melakukan apa pun tidak sesuai dengan aturan Allah subhanahu wata’ala, maka akan terhitung dosa pula.

Inilah Islam yang juga mengatur masalah ekonomi, interaksi dengan sesama manusia, politik (bagaimana mengatur urusan rakyat) dan lain sebagianya. Maka, ketika mempelajari dan memgamalkan Islam pun harus serius dan menyeluruh. Meskipun demikian, ada hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menuntut ilmu dan mengamalkannya.

Di antaranya adalah harus ikhlas karena Allah subhanahu wata’ala, bukan karena hal-hal lain. Allah berfirman yang artinya:

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali agar beribadah hanya kepada Allah dengan memurnikan ketaatan hanya kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan memurnikan zakat, dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (QS Al-Bayyinah: 5)

Selain itu, kaum Muslim juga harus sungguh-sungguh memahami serta mengamalkan apa yang sudah dipelajarinya. Sebagaimana dalam sebuah hadis Rasulullah Saw. bersabda:

“Semoga Allah memberikan cahaya kepada wajah orang yang mendengar perkataanku, kemudian ia memahaminya, menghafalkannya, dan menyampaikannya. Banyak orang yang membawa fiqih kepada orang yang lebih paham daripadanya…” (HR At-Tirmidzi)

Maka, menuntut ilmu harus mendalam agar Allah memberikan pemahaman dan keberkahan. Selain itu, juga akan menghindarkan kita dari sifat moderat dalam beragama. Sebab, jika kita setengah-setengah dalam menjalankan perintah Allah subhanahu wata’ala, maka kita belum masuk Islam secara sempurna.

Wallahua’lam bishowab.

Dibaca

 121 total views,  2 views today

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi