Moderasi Beragama Mampukah Mengatasi Degradasi Moral Remaja?

Oleh. Nayla Shofy Arina
(Pegiat Literasi)

Program moderasi beragama kian masif menyasar para pelajar dan mahasiswa, melalui sosialisasi dan penanaman nilai-nilai moderasi beragama. Kegiatan tersebut difokuskan untuk mengembangkan dan mempraktikkan sikap toleransi, menghargai perbedaan dan pendapat, serta menghormati keberagaman. Tetapi fakta yang terjadi, moderasi beragama justru membuat kaum muslim jauh dari ajaran agamanya, bahkan menganggap semua agama benar.

Dilansir dari detik.com (11/9/2024), Iriana Joko Widodo (Jokowi), Ibu Wury Ma’ruf Amin dan sejumlah istri menteri Kabinet Indonesia Maju (KIM) menggaungkan moderasi beragama kepada ratusan pelajar lintas agama di Kota Balikpapan, Kalimantan Timur. Ini ditujukan untuk menanamkan nilai moderasi beragama sejak dini.

Sebanyak 500 pelajar di Balikpapan berkontribusi dalam kegiatan bertajuk ‘Sosialisasi Moderat Sejak Dini’ yang mengangkat tema “Cinta Tuhan dengan Mencintai Indonesia” pada Rabu (11/9/2024). Kegiatan ini turut dihadiri para istri menteri yang tergabung dalam Organisasi Aksi Solidaritas Era (OASE) KIM.

Di tengah gencarnya moderasi beragama, justru masih terjadi kriminalitas dan kenakalan remaja. Data UNICEF tahun 2016, kenakalan remaja di Indonesia mencapai sekitar 50 persen. Angka kriminalitas di Indonesia semakin melonjak dari tahun ke tahun contohnya pada tahun 2022, yang pada saat itu angka kriminalitas naik menjadi 7,13 persen dari tahun lalu. Ada 31,6 kejahatan setiap jamnya.

Menurut Kapolri, Listyo Sigit Prabowo, tingkat kejahatan pada tahun 2021 meningkat 18,764 kasus menjadi 276,507 kasus dari sebelumnya 257,743 kasus pada 2021. Tingkat kriminalitas paling tinggi ada di Papua Barat sebesar 289 per 100.000 penduduk diikuti Jakarta dengan tingkat kriminalitas sebesar 277 per 100.000 penduduk. Sedangkan tingkat kriminalitas paling kecil ada di Jawa Barat yakni 15 per 100.000 penduduk.

Terjadi Ketimpangan

Fakta yang terjadi, para remaja kian mengalami krisis moral, terlibat dalam kasus perjudian, perundungan, pelecehan, pembunuhan, penggunaan narkoba, seks bebas, pesta pora mabuk-mabukan, pembegalan, tawuran dan masih banyak lagi. Miris, remaja yang seharusnya tumbuh menjadi harapan penerus bangsa dan tonggak peradaban justru berkelakuan seperti demikian. Lantas apa yang bisa diharapkan dari remaja yang sudah terbentuk seperti ini? Apakah program moderasi beragama lebih urgent untuk digencarkan dan akan mampu menuntaskan problem remaja yang kiat akut atau justru sebaliknya para remaja akan makin jauh dari hakikat jati diri remaja yang sesungguhnya?

Jika ditelisik, permasalahan terbesar dari para remaja bukanlah pertikaian mengenai SARA (suku, agama, ras dan golongan), kasus semacam ini pun jarang terlihat dan terpublis. Sejatinya yang menjadi permasalahan adalah dekradasi moral para remaja yang sampai detik ini solusinya tidak kunjung ditemukan, seolah ini bukan ancaman besar bagi peradaban suatu bangsa.

Ada banyak faktor yang menyebabkan remaja mengalami dekradasi moral, yang mana salah satu penyebab terbesarnya adalah jauhnya mereka dari pemahaman Islam. Pemahaman ini yang seharusnya menjadi pelindung mereka ketika hendak melakukan suatu perbuatan. Namun sayangnya, program moderasi beragama tengah berusaha untuk membentuk pribadi remaja yang sekuler-liberal, jauh dari pemahaman agama dan bebas dalam bertingkah laku, menjauhkan remaja dari mengenal pemikiran Islam. Mereka diarahkan agar memiliki pandangan moderat yang berdasarkan pemikiran manusia semata, menyamarkan kebenaran dari Islam dengan kebathilan yang berujung pada sinkretisme dan pluralisme.

Sinkretisme adalah mencampuradukkan ajaran Islam dengan ajaran agama lain sedangkan pluralisme adalah paham yang mengajarkan semua agama adalah sama. Padahal Allah swt berfirman dalam surah Ali Imran ayat 19 yang artinya, “Sesungguhnya agama disisi Allah ialah Islam” dan Q.S Al-An’am ayat 162 yang artinya “Katakanlah: sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.”

Pandangan Islam*

Mengatasi kerusakan remaja saat ini, tentu hanya bisa dilakukan melalui penerapan sistem Islam. Islam adalah agama yang sempurna, aturannya mencakup seluruh aspek kehidupan, bukan hanya dalam masalah ibadah ritual saja seperti salat, puasa, zakat, dan haji, melainkan sampai pada ranah mengatur dunia politik, sosial, pendidikan, kesehatan, keamanan, dan lain sebagainya.

Selain itu, Islam juga mengatur bagaimana hidup rukun bersama non muslim. Sebagaimana sejarah dari negara yang menerapkan sistem Islam yakni khilafah yang memberikan contoh toleransi antarumat beragama yakni dengan cara membiarkan agama lain menjalankan ibadahnya masing-masing, tidak diperbolehkan melakukan tindakan diskriminasi apalagi intoleran kepada pemeluk agama lain, hak dan kewajiban mereka sebagai warga negara sama dengan kaum muslim, harta dan jiwa mereka akan dilindungi.

Adapun bagi remaja akan dibekali ilmu Islam sedari dini dengan dukungan dari lingkungan keluarga, masyarakat dan negara Islam. Dengan begitu, mereka akan tumbuh menjadi remaja yang beriman dan bertakwa, memfokuskan diri beramal shaleh dan menimba ilmu untuk kemaslahatan umat. Dengan berbekal akidah Islam yang menancap kuat, remaja muslim akan menjadi muslimin dan muslimah tangguh serta tidak mudah putus asa dalam menghadapi persoalan hidup.

Terlebih lagi, mereka akan berhati-hati dalam bersikap sebab ilmu yang dimiliki akan membantu menentukan perbuatan sebelum dilakukan. Standarnya adalah halal- haram, perintah dan larangan Allah serta keridhaan dari Allah, karena mereka meyakini adanya konsekuensi dari perbuatan tersebut. Alhasil, para remaja yang memiliki kepribadian Islam mampu mengimplementasikan ajaran Islam, termasuk konsep toleransi yang sebenarnya tanpa menambah atau mengurangi apa yang telah ditetapkan syariat. Wallahualam bisawab.

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi