Menyoal Lemahnya Ketahanan Pangan, Islam Solusinya

Oleh. Ummu Irfan S.Pd.I.

Kebutuhan pangan merupakan sesuatu yang sangat urgen dalam masalah hidup dan matinya manusia. Karena itulah, pangan menjadi kebutuhan primer yang harus segera terpenuhi demi kelangsungan hidup.

Sebagaimana yang dilansir oleh Katadata.co.id, Kepala Badan Pangan Nasional, Arief Prasetyo Adi mengatakan swasembada pangan merupakan tantangan besar. Negara hanya mengucurkan 0,6 persen dari total anggaran negara untuk bidang pangan. Menurutnya, ketimpangan pangan sangat lazim terjadi antar daerah karena tidak semua lahan bisa digunakan untuk lahan pertanian.

“Pangan merupakan hidup matinya suatu bangsa. Kebutuhan pangan rakyat harus dipenuhi dengan cara besar-besaran dan revolusi, sehingga tidak menimbulkan malapetaka,” kata Arief dalam keterangan resmi dari Arifin Panigoro Dialog, Jumat (2/6).

Berdasarkan Global Food Security Index, indeks ketahanan pangan Indonesia berada di level 60,2 pada 2022,
Sebagai informasi, indeks ketahanan pangan GFSI diukur berdasarkan keterjangkauan harga pangan; ketersediaan pasokan; kualitas nutrisi; dan keberlanjutan dan adaptasi.

Pada tahun lalu, GFSI menilai harga pangan di Indonesia cukup terjangkau dibanding negara-negara lain. Hal ini terlihat dari skor affordability Indonesia yang mencapai 81,4, angka itu cukup jauh di atas rata-rata Asia Pasifik yang skornya 73,4.

Namun, ketersediaan pasokan pangan Indonesia dinilai kurang baik dengan skor 50,9. Kualitas nutrisi juga hanya mendapat skor 56,2, sedangkan keberlanjutan dan adaptasi skornya 46,3. Di tiga indikator ini ketahanan Indonesia dinilai lebih buruk dibanding rata-rata negara Asia Pasifik. Jadi, Indonesia masih harus memperhatikan serius masalah pangan ini karena keberadaannya sangat mempengaruhi kualitas SDM juga.

Terwujudnya ketahanan pangan membutuhkan anggaran yang cukup dan tehnologi yang memadai agar dapat memanfaatkan lahan dengan sebaik-baiknya untuk pertanian. Negara harus membatasi adanya lahan-lahan pertanian yang berubah menjadi perumahan atau pabrik-pabrik, yang keberadaannya akan mengurangi lahan pertanian.

Solusi Islam agar mencapai ketahanan pangan

Di antara strategi Islam agar tercapai ketahanan pangan adalah dengan memperbanyak lahan pertanian dan mendorong seorang muslim untuk mengembangkan pertanian dan perkebunan, seperti yang di riwayatkan oleh Imam Muslim:

عن جابر أن النبي صلى الله عليه وسلم دخل على أم معبد حائطا، فقال يا أم معبد من غرس هذا النخل؟ أمسلم أم كافر؟ فقالت بل مسلم. قال فلايغرس المسلم غرسا فيأكل منه إنسان ولا دابة ولاطئر إلا كان له صدقة إلى يوم القيامة

“Dari Sahabat Jabir, sesungguhnya Nabi Muhammad Saw memasuki pekarangan Ummu Ma’bad, kemudian beliau berkata, “Wahai Ummu Ma’bad siapakah yang menanam kurma ini? Muslim atau kafir?”

“Ummu Ma’bad menjawab, “Muslim.” Lalu Nabi Bersabda, “Tidaklah seorang muslim menanam tanaman lalu memakannya baik manusia atau keledai atau burung kecuali itu akan menjadi sedekah baginya hingga hari kiamat.” (HR. Muslim)

Subhanallah, demikian Islam mendorong seorang muslim agar senantiasa memanfaatkan lahannya untuk menghasilkan suatu makanan yang itu menjadi sedekah ketika dimakan oleh siapa pun.

Kedua, negara harus memberikan support anggaran dana kepada siapapun yang akan mengolah lahannya, seperti menyediakan bibit dan pupuk secara gratis dan menyediakan tehnologi yang memadai untuk mengelola pertanian dan perkebunannya, baik untuk penanaman, pemupukan, perawatan, pengobatan, sampai memanen hingga menghasilkan bahan pangan yang berkualitas tinggi.

Ketiga, pemimpin memberi contoh bagaimana pola hidup sederhana yang sudah dicontohkan oleh Rasulullah saw. dan para khalifah sesudahnya, misal beliau tidak makan roti yang lezat sebelum semua rakyatnya memakannya.

Keempat, negara memastikan semua kebutuhan pangan tercukupi, seperti disebutkan dalam hadis berikut ini,

عن المستورد بن شداد رضي الله عنهما أنه قال: سمعت النبي صلى الله عليه وآله وسلم يقول: من كان لنا عاملاً فليكتسب زوجة، فإن لم يكن له خادم فليكتسب خادماً، فإن لم يكن له مسكن فليكتسب مسكناً، قال: قال أبو بكر: أخبرت أن النبي صلى الله عليه وآله وسلم قال: من اتخذ غير ذلك فهو غال أو سارق

“Dari Al-Mustawrid Ibn Syadad meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad ﷺ bersabda, Barangsiapa yang menjadi pekerja untuk kami, maka boleh ia memperoleh (sekadar nafkah) untuk istri. Jika tidak mempunyai sahaya, boleh dia memperoleh (sedekah untuk) sahaya). Jika dia tidak punya tempat tinggal, boleh dia memperoleh “(sekadar untuk) tempat tinggal. “Sahabat Abu Bakar berkomentar, “Barangsiapa berlaku selain itu, maka dia seorang koruptor atau mencuri.” (HR Abu Dawud)

Tentunya masih banyak hal-hal yang dilakukan oleh seorang pemimpin kaum muslim dalam rangka memastikan ketahanan pangan ini tercukupi, seperti peninggalan waduk sekarang di kenal tehnologi bio embung membran yang sangat berguna untuk irigasi, kemudian kincir air, dan masih banyak lagi hal yang akan mendukung tercapainya tingkat ketahanan pangan yang tinggi, karena kesejahteraan rakyat adalah lebih utama, sehingga menghasilkan SDM yang hebat dan sehat yang akan menyumbangkan ilmunya untuk bangsa bahkan dunia.

Wallahu’alam bi ash-showab.

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi