Mengharapkan Perubahan dari Demokrasi, Mungkinkah?

Oleh. Yulweri Vovi Safitria
(Freelance Writer)

Gaung perubahan terus menggema di tengah masyarakat. Mereka yang menyadari bahwa situasi hari ini penuh dengan berbagai masalah, tentu menginginkan perubahan dalam kehidupan. Mereka yang mengindera dengan cermat, tentu tidak bisa memungkiri bahwa kehidupan hari ini penuh dengan beragam persoalan, mulai dari ketimpangan ekonomi, hukum yang tajam ke bawah, tetapi tumpul ke atas, pendidikan dan kesehatan yang mahal, harga bahan pokok yang selalu naik, hingga merajalelanya kriminalitas.

Oleh karena itu, tidak heran, ketika ada sekelompok massa yang meneriakkan dan menjanjikan perubahan, segera disambut baik oleh masyarakat yang sudah lelah berada dalam kungkungan ketidakadilan, kezaliman, dan kesengsaraan. Akan tetapi, arus perubahan yang didengungkan sejak beberapa tahun terakhir seolah mengalami kegagalan. Masyarakat tetap dalam kondisi memprihatinkan, hidup dalam kemiskinan, sulitnya menjangkau fasilitas pendidikan dan kesehatan, bahkan hukum yang tidak berkeadilan dipertontonkan. Mengapa bisa demikian?

Gagap Memahami Akar Persoalan

Perubahan adalah keinginan alamiah manusia yang sedang merasakan ketidakadilan dan kesengsaraan. Akan tetapi, masyarakat perlu memahami, perubahan apa yang sejatinya mereka butuhkan.

Sebagian orang mungkin beranggapan bahwa persoalan yang menimpa umat hari ini karena adanya orang-orang yang tidak amanah dalam menjalankan roda pemerintahan. Oleh karenanya, wajar jika masyarakat menginginkan pemimpin yang amanah, tidak sewenang-wenang dalam menggunakan jabatannya, pendidikan murah, harga-harga yang terjangkau, mudah mendapatkan pekerjaan, dan sebagainya. Pertanyaannya, benarkah orang-orangnya yang bermasalah atau sistem hidup manusia yang bermasalah?

Jika masyarakat melihat menggunakan kacamata Islam, tentu akan tampak bahwa persoalan hari ini bukan hanya karena tidak amanahnya orang-orang yang menjalankan roda pemerintahan. Banyak orang cerdas secara akademik, beradab, dan berakhlak mulia, tetapi tidak mampu mengubah kondisi yang sudah porak poranda. Bahkan, berubah menjadi orang yang gila harta dan mengejar dunia ketika berada dalam ‘zona nyaman’. Mungkin ada benarnya ungkapan seorang tokoh pada 2012 lalu, “Malaikat bisa jadi iblis jika masuk di sistem pemerintahan Indonesia.” (tempo.com, 5/9/2020).

Oleh karena itu, kecerdasan seseorang tidak bisa menjadi jaminan kesejahteraan selama sistem yang dijalankan rusak dan merusak. Ibarat sebuah kendaraan, jika yang bermasalah adalah perangkat atau mesinnya, meskipun diganti dengan sopir yang hebat, memiliki pengalaman dan jam terbang segudang, tidak akan pernah mampu mengantar penumpangnya sampai ke tujuan, yakni kesejahteraan seperti yang diidamkan semua orang.

Aturan kehidupan yang bersumber dari sistem kapitalisme telah menimbulkan kesenjangan di tengah masyarakat. Sebagai contoh dari segi ekonomi, sistem ekonomi kapitalisme liberal telah memberikan ruang para korporasi dan pemodal menguasai sumber daya alam yang ada. Begitu pula di bidang kesehatan dan pendidikan. Seperangkat aturan yang lahir dari sistem kapitalisme sekuler telah mengkapitalisasi dunia kesehatan dan pendidikan sehingga kedua fasilitas tersebut berbiaya mahal dan sulit dijangkau oleh masyarakat kelas bawah.

Mencermati hal itu, orang-orang yang cerdas dan menggunakan akalnya dalam memikirkan alam semesta, manusia, dan kehidupan akan membuang perangkat yang rusak dan menggantinya dengan yang baru. Kesadaran ini perlu dipahamkan kepada umat sehingga terbentuk opini bahwa solusi untuk setiap persoalan hanya bisa diselesaikan dengan Islam, bukan yang lain.

Ketika masyarakat memahami bahwa yang rusak adalah sistem dan perangkatnya, maka arus perubahan yang digaungkan adalah mengganti sistem yang rusak, yakni kapitalisme dengan sistem terbaik, yaitu Islam. Kesadaran ini penting karena manusia adalah hamba Allah Swt. yang ketika mereka diciptakan sudah disertai dengan seperangkat aturan untuk mengatur kehidupan agar tidak tersesat di dunia dan selamat di akhirat.

Sistem Islam Telah Membuktikan

Secara fakta, sistem Islam telah terbukti memberikan perubahan pada peradaban manusia. Bagaimana Rasullullah saw. telah mengubah masyarakat jahiliah menjadi sebuah peradaban yang agung dan mulia dengan sistem Islam. Bahkan, kaum kafir Barat tidak mengingkari bahwa orang nomor satu di dunia, yakni Baginda Rasullullah saw. telah mampu menguasai 2/3 dunia karena sistem Islam yang diembannya.

Umat perlu mengetahui dan memahami bahwa Islam tidak hanya mengatur tata cara ibadah wajib, tetapi juga mengatur persoalan ekonomi, politik, sosial, pendidikan, kesehatan, hingga pergaulan. Oleh karena itu, perubahan yang seharusnya dilakukan adalah mengembalikan sistem Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan Sunah, serta hidup sesuai dengan tuntunan yang telah Rasulullah saw. teladankan.

Perubahan yang dilakukan sebagai bentuk ketundukkan seorang hamba kepada Sang Pencipta. Hal ini dimulai dari visi yang benar, yakni dari mana ia berasal, untuk apa diciptakan, dan akan ke mana setelah kematian. Ketika memahami bahwa dirinya berasal dari Allah Swt., hidup untuk beribadah kepada-Nya, dan setelah kematian akan ada pertanggungjawaban atas semua perbuatan di dunia, niscaya seseorang akan selalu tunduk kepada syariat Allah Azza wa Jalla.

Sementara itu, sistem ekonomi Islam mengamanahkan pengelolaan SDA kepada negara dan hasilnya diserahkan untuk kepentingan masyarakat, seperti membiayai pendidikan, kesehatan, dan lain sebagainya. Dengan perangkat aturan yang bersumber dari Allah Swt. tidak akan ditemukan lagi kesenjangan dalam kehidupan, sebagaimana pada masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz.

Imam Ibnu Khaldun dalam karyanya Muqaddimah menggambarkan bahwa Khalifah Umar bin Abdul Aziz menjadi penyelamat umatnya dari kesengsaraan dan memberi mereka kembali hak-hak yang terpinggirkan. Sang khalifah juga berhasil mengentaskan kemiskinan karena kebijakan yang pro rakyat, yakni menghapus pajak, membagikan kekayaan negara kepada orang-orang yang membutuhkan, termasuk fakir miskin, para janda, dan yatim piatu. Khalifah juga menghapus pajak jizyah untuk nonmuslim yang tinggal di wilayah Daulah Islam.

Penutup

Dengan demikian, perubahan menuju kesejahteraan dan keadilan hanya bisa didapatkan ketika sistem Islam diterapkan. Yuk, semangat menyongsong perubahan. Wallahu a’lam bisshawwab.

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi