Oleh. Nining Septia Ningsi
Lagi-lagi, terjadi penistaan terlontar dari para pembenci terhadap agama yang mulia dinul Islam. Agama yang benar dan penuh perdamaian, kini menjadi bulan-bulanan kaum kafir laknatullah. Betapa teriris hati tatkala agama yang diperjuangkan baginda Rasulullah dan para sahabat dengan darah dan keringat dalam medan perjungan, kini terinjak-injak di hadapan umat Islam. Benarlah ucapan Rasulullah bahwa umat Islam kini layaknya buih di lautan, berjumlah banyak, tak terhitung jari akan tetapi tidak berdaya bahkan bisu dan buta di hadapan para pembenci Islam.
Aksi kebencian terhadap Islam kembali dipertontonkan melalui aksi seorang pria asal Irak, warga negara Swedia yang bernama Salwa Momika. Dia menginjak-injak Al-Qur’an, kitab umat Islam. Kalamullah yang tidak ada seorangpun mampu membantah kebenarannya, dirobek dan dibakar. Bahkan dia melakukan kekejian tersebut di halaman masjid terbesar Stockholm. Tidak hanya itu pria ini pun dengan keji menaruh daging babi di atas Al-Qur’an yang terbuka sebagai bentuk hinaan di hari Raya Qurban, Iduladha.
Pelaku melakukan aksi ini atas tujuan mengenalkan diri sebagai atheis sekuler di media sosial. Dia juga memuji politisi sayap kanan Swedia Rasmus Paludan, yang sebelumnya juga melakukan aksi pembakaran kitab suci umat Islam tersebut. Menurut pelaku, Islam adalah ancaman terhadap nilai-nilai Swedia.
Hal itu tidak akan mungkin terjadi tanpa izin dari pihak yang berwenang. Polisi telah memberi izin untuk melancarkan protes itu sesuai dengan perlindungan kebebasan berbicara. Di sisi lain, mereka juga mengatakan membuka penyelidikan atas pembakaran Al-Qur’an yang sampai saat ini sangat memicu kemarahan umat Islam. Peristiwa ini pula tejadi ketika umat Islam sedang memperingati Hari Raya Iduladha.
Presiden Rusia, Vladimir Putin, menegur negara-negara Barat atas apa yang disebutnya sebagai “tidak menghormati perasaan religius orang-orang.” Merujuk pada pembakaran Al-Qur’an di swedia, Putin mengatakan, “Kita tahu negara-negara lain, mereka mengambil tindakan berbeda (atas Al-Qur’an) dan tidak menghormati perasaan religius orang-orang.” (28/06/2023).
Lain hal dengan Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerjasama Internasional (HLKNI), Sudarnoto Abdul Hakim mengatakan, pemerintah Swedia harus segera merespons kecaman dunia soal aksi pembakaran Al-Qur’an yang dilakukan oleh warga negaranya (tempo.co).
“Apabila pemerintah Swedia tidak merespon kecaman dari bebagai negara, termasuk Indonesia, maka dengan sendirinya kepercayaan internasional akan merosot”, kata Sudartono diilansir dari situs resmi MUI pada Jumat (30/6/2023).
Kabar terbaru juga terdengar dari berita Irak, yang merupakan pelaku berasal dari negara tersebut. Pada hari Kamis, Irak meminta kepada Swedia untuk mengekstradisi seorang pria yang dilaporkan membakar Al-Qur’an di luar masjid Stockholm.
“Ktua Dewan peradilan Tertinggi, Faiq Zidan, memerintahkan kembalinya Salwan Momika yang dikatakan berasal dari Irak, agar dia dapat diadili sesuai dengan hukum Irak.” Demikian laporan media setempat seperti dikutip dari New Arab, Sabtu (1/7/2023).
Kementerian Luar Negeri Irak telah memanggil duta besar Swedia atas pembakaran itu. Menurut pernyataan yang dibagikan di twitter. Kementerian itu mengutuk izin pemerintah Swedia bagi para ekstremis untuk membakar salinan Al-Qur’an.
Pemimpin gerakan Sadr Irak, Muqtaa Al-Sadr, meminta para pendukungnya pada hari Rabu untuk berpartisipasi dalam demonstrasi kemarahan besar-besaran terhadap kedutaan Swedia di ibu kota, Baghdad. Dia menuntut agar pemerintah federal mengusir kuasa hukum Swedia sebagai protes. Hal ini menurut pernyataan yang dibagikan di halaman twitter resminya.
Sadr juga menyerukan pengusiran duta besar Swedia yang mewakili negara yang memusuhi Islam dan kesucianya serta mendukung ketidaksenonohan. Para pengunjuk rasa Irak menerobos kedutaan Swedia di Baghdad pada Kamis (29/06/23).
Nista Berulang, Bentuk Doktrin Sejarah yang Salah di Barat.
Nista acapkali terjadi di negara Barat. Ada anggapan Islam sebagai budaya Arab yang datang menjajah negara Eropa. Bangsa Barat menjadikan agama sebagai candu dan perusak kehidupan. Mereka menyikapi dengan sepihak bahwa setiap yang beragama layaknya seperti seorang bocah yang jika berbeda mindset berfikir maka pertumpahan darah adalah solusi.
Mereka memisahkan nilai agama dan nilai sosial dengan asas bahwa kehidupan di luar tak lagi boleh digabungkan dengan agama, melainkan terpisah dengan sekat tempat. Misalnya, urusan agama tempatnya di gereja dan kehidupan sosial bukan urusan agama. Islam dicitrakan sebagai sesuatu yang buruk di mata orang-orang Barat. Bahwa setiap tingkah, perbuatan, pakaian, bahasa tubuh dan lainnya adalah bahaya yang mengancam kemurnian bangsa barat, maka solusi bagi meraka adalah memusnahkan Islam.
Tidak hanya itu, jika kita flasback kembali sejarah-sejarah Barat, kekalahan mereka dalam berbagai perang dengan kaum muslim tentang menjadikan kebencian telah mendarah daging. Mereka meyakini bahwa islam datang menghancurkan nilai-nilai Barat. Pada peristiwa saat Islam mampu menundukan orang-orang Eropa dan menjadikan mereka tak berdaya adalah peristiwa yang sampai sekarang menjadi titik kebencian mereka terhadap umat Islam.
Belum lagi dengan berbagai fitnah dilontarkan oleh literasi-literasi Barat yang menulis sejarah, bahwa Islam datang dengan keji membantai dan meluluhlantakkan kejayaan negara adidaya pada masa itu. Kekuasaan mereka ditundukan dan diambil alih oleh negara Islam yang awalnya hanya sebuah kota kecil di padang pasir mampu menguasai seperempat dunia hanya dalam beberapa tahun saja.
Pemikiran-pemikiran liberal sekuler mencetak generasi yang sekuler juga. Mereka menjadikan generasi mereka adalah orang-orang yang anti terhadap agama bahkan tidak mempercayai tuhan dalam kehidupan mereka. Namun, tak jarang dari mereka yang percaya tuhan, tetapi membenci agama selain mereka terkhusus Islam.
Di tengah goncangan pemikiran Atheisme Sekuler yang digencarkan oleh orang-orang Barat, sesungguhnya mereka telah mengetahui bahwa Islam itu adalah kebenaran. Agama yang datang dengan kelembutan lisan dan sikap bukan seperti yang mereka lontarkan. Tetapi, kerasnya hati dan rasa benci menutupi kebenaran bahwa Islam agama yang benar. Mereka pun menyadari bahwa kebangkitan yang akan mampu menguasai dunia adalah Islam. Akan tetapi, mereka menolak dengan berbagai dalih dan berupaya keras untuk mengagalkan kebangkitan umat Islam.
Orang-orang Barat saat ini membenci Islam karena berbagai sebab. Pertama, opini mereka yang menjadikan sejarah kehancuran disebabkan oleh pembebasan umat Isam. Kedua, informasi yang mereka dapatkan tentang Islam adalah Islam dengan kekerasan dan kekejiannya kemudian tulisan sejarawan mereka, selalu menyudutkan Islam sebagai agama yang tidak ramah bahkan cenderung agama yang merusak tatanan nilai liberal Barat.
Kita mengingat sejarah antara umat Islam dan Kristen sehingga terjadi peperangan yang sangat dahsyat yaitu perang salib yang masih terngiang dalam benak manusia meski telah ribuan tahun terlewati. Kepingan dendam dan permusuhan terhadap umat Islam telah bercokol dalam benak mereka mengingat bagaimana umat Islam dahulu berjaya dalam menguasa wilayah Timur dan Barat. Barat serius merancang permusuhan terhadap umat Islam. Peristiwa 9/11 Word Trade Center (WTC) di New York City jadi momentum sehingga terciptalah agenda global dalam memerangi terosisme yang dimotori Amerika Serikat.
Demikian itu, Islamofobia sendiri telah mendarah daging dikalangan negara minoritas Islam dan bahkan kini bermunculan meski pada negara yang bermayoritas penduduk muslim sekalipun. Seperti menjadi hal lumrah di dunia internasional dalam pembantaian dan pemusnahan umat islam yang terjadi diberbagai penjuru negeri. Serta pembatasan hak-hak umat islam yang seharus-nya didapatkan oleh seluruh masyarakat dalam bernegara tanpa memandang SARA (agama, budaya, etnis, suku, ras dll).
Mereka tidak pernah terjun langsung melihat bagaimana islam yang sesungguhnya, melainkan menelan mentah-mentah informasi awal yang di dapatkan dari pendahulu mereka sehingga menyimpulkan sebuah opini bahwa “Kami Takut kepada Islam.”
Tidak Ramahkah Islam terhadap Manusia atau Manusia Tidak Ramah Terhadap Islam?
Aksi kebencian terhadap agama islam seakan menjadi kabar yang klise terdengar di setiap harinya. Bahkan umat islam sendiri menganggap itu bukan hal besar yang harus dipermasalahkan. Tidak sedikit umat Islam yang menutup mata dan bersikap biasa saja ketika agama yang mulia dinodai maruahnya.
Jika kita memahami bahwa islamofobia adalah istilah yang digunakan untuk orang yang mengidap penyakit kejiwaan yang takut terhadap ajaran agama islam. Jika pun dunia barat membeci Islam merupakan hal biasa. Akan tetapi, sungguh ngencewakan jika umat Islam sendiri anti dan takut terhadap agamanya. Islamkah yang tidak ramah atau justru manusia yang tidak ramah terhadap Islam?
Kita perlu jujur bahwa pancaran sinar Islam dalam diri umat tak lagi indah tidak lain sebab kita diracuni dengan pemikirah selain Islam. Pemuda-pemudi Islam yang seharusnya menjadi yang terdepan dalam membangkitkan kejayaan dan membawa Islam pada kemenangan. Nyatanya kini malah berbalik menghinakan Islam dengan gurauan memalukan di dunia maya.
Sedikit menyinggung fenomena yang terjadi saat ini, bagaimana segerombolan pemuda muslim penggiat media sosial secara gamblang mengejek dan menjadikan guyonan tentang peristiwa sejarah Islam. Hal ini ditonton oleh jutaan pemuda dan tentu ini menginjak kemulian Islam yang sesungguhnya .
Klimaks yang terjadi dari guyonan receh tersebut menjadikan pandangan pemuda tentang Islam hanya sebuah agama yang biasa saja, tanpa perlu menggaungkan harkat dan martabatnya. Saya cukup kecewa dengan fenomena ini dimana internal seakan penyebab pertama kemunduran Islam.
Seharusnya, sejarah Islam yang kita selami kisahnya bukan hanya sekedar bacaan harian, atau aktivitas dikala kegabutan saja, melainkan sebagai ilmu yang perlu kita jejaki dan kita aplikasikan di masa Islam mengalami kemunduran saat ini. Bukan malah ikut mencerca Islam seperti yang dilakukan orang-orang Barat.
Sebenarnya bukan Islam yang menjadi penyebab kemunduran, melainkan umatnyalah yang menjadikan Islam mundur. Umat Islam kebanyakan mengekor pada ide Barat sehingga berasumsi bahwa intelektual Barat lebih maju dibandingkan intelektual Islam. Tidak jarang pemuda Islam dengan bangga menuntut ilmu ke negeri-negeri Barat lalu mengambil ide-ide mereka, kemudian dibawa ke negeri-negeri Islam. Ide yang mereka konsumsi adalah ide liberal sekuler lalu disebar luaskan kedalam tatanan lingkungan umat islam. Kemunduran umat Islam justru terjadi saat umat meninggalkan ajaran Islam.
Umat Islam seharusnya bangkit sehingga memiliki kekuatan dalam menandingi negara-negara Barat dengan cara menerapkan islam secara kaffah. Sebab, apabila Islam masih terpecah layaknya anak ayam yang kehilangan induknya takkan mampu menghalau serangan dari pembenci Islam.
Kebangkitan Islam bukan hal utopis, melainkan fakta sejarah yang pernah terjadi, bahwa pada masa Islam berkuasa dibawah kepemimpinan Rasulullah saw. lalu dilanjutkan oleh para khilafah. Islam justru membawa kebaikan bagi seluruh dunia, termasuk negeri-negeri Barat yang mayoritas nonmuslim.
Islam sesungguhnnya agama yang benar datang dari Sang Pencipta yaitu Allah ﷻ Yang Maha Sempurna. Tiada keraguan di dalamnya. Islam tidak hanya mengatur masalah ibadah saja, melainkan mengatur semua urusan mulai dari bangun tidur hingga bangun negara. Semua jalan dan solusi hidup telah diatur rapi dalam syariah Islam yang sesuai dengan fitrah manusia.
Akan tetapi, kejayaaan Islam tak kan terealisasikan tanpa penerapan Islam secara menyeluruh dalam daulah Islam. Dengan adanya daulah Islam inilah penistaan terhadap agama mampu ditumbangkan oleh khalifah.
Solusi terbaik yang seharusnya digencarkan oleh umat Islam adalah dengan melawan ide-ide merusak Islam berupa berbagai stigma yang digencarkan Barat. Dengan mengubah pola pikir dan kecenderungan umat kembali berkiblat kepada Al-Qur’an dan Sunnah. Karena ketika kaum muslimin telah berpegang teguh pada syariat islam maka Allah akan memberikan kemenangan. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
وَمَنْ يُّطِعِ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ وَيَخْشَ اللّٰهَ وَيَتَّقْهِ فَاُ ولٰٓئِكَ هُمُ الْفَآئِزُوْنَ
“Dan barang siapa taat kepada Allah dan Rasul-nya serta takut kepada Allah dan bertakwa kepada-nya, mereka itulah orang-orang yang mendapat kemenangan.” (QS. An-Nur: 52)
Pemimpin-pemimpin Islam hendaknya tidak hanya sebatas mengecam tindakan-tindakan Islamofobia saja, akan tetapi bertindak nyata dengan bersatu dalam membangun kekuatan Islam agar umat kembali memiliki sandaran dan naungan dibawah kepemimpinan sistem Khilafah yang terbukti mampu menjadi perisai kaum muslim, serta akan mengembalikan wibawa dan maruah Islam di mata dunia. Hanya dengan sistem Khilafah, umat Islam akan disegani oleh dunia, menjadi umat yang bersatu dalam memperkuat ekonomi, militer dan berpolitik dengan sistem yang telah diwariskan oleh Rasulullah saw.
Wallahu a’lam bish showab.