Mengembalikan Tujuan Pendidikan Generasi yang Sebenarnya

Oleh Ismawati

Baru-baru ini viral potongan video yang menunjukkan aksi 5 orang perempuan asik ngedance, di kampus Islam UIN Raden Fattah Palembang. Diketahui bahwa dance tersebut menjadi salah satu rangkaian acara Kuliah Iftitah di Fakultas Adab dan Humaniora UIN Raden Fatah Palembang. Dalam video tersebut, tampak 5 perempuan lihai ngedance di hadapan penonton yang berhijab.

Dengan menggunakan setelah baju basket dan rambut tergerai, kelima perempuan itu menampilkan dance Korea dengan diiringi lagu dari boyband BigBang berjudul Bang Bang Bang. Penampilan tersebut menuai sorotan lantaran dianggap tak sesuai dengan aturan kampus UIN Raden Fattah Palembang.

Selain itu, kekesalan diunggah oleh akun instagram @ampera, “Kita geram dan melontarkan peringatan keras”. Mereka mengecam penampilan 5 perempuan yang ngedance tanpa menggunakan hijab di kampus Islami UIN Raden Fatah. Karena dianggap mencoreng nama baik kampus (sripoku.com, 22/8/23).

Pengaburan Syariat

Sungguh, apa yang dilakukan oleh mahasiswa ini merupakan sebuah ironi. Bagaimana bisa, kampus yang notabene islami bisa menampilkan dance Korea dengan mengumbar aurat. Padahal, diketahui bahwa dance Korea berasal dari budaya yang bukan dari Islam. Kesenangan, dan gaya hidup bebas jadi tumpuan dalam perbuatan.

Seharusnya, kampus adalah tempat pencetak para intelektual. Jika berlabel Islam, maka fokus utamanya adalah generasi mulia berkepribadian Islam. Sayangnya, karena paham sekularisme (aturan hidup yang memisahkan agama dari kehidupan), membuat agama terpinggirkan perannya dalam mengatur kehidupan.

Menanggapi viralnya dance Korea di Fakultas UIN, Dekan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Raden Fatah Palembang Dr. Endang Rochmiatun, S.Ag., M.Hum buka suara. Pada momen kuliah perdana itu ada salah satu lembaga pendidikan di Korea bertamu ke UIN, karena UIN ada Fakultas Kebudayaan maka ditunjuklah ke Fakultas Adab dan Humaniora (sripoku.com, 22/8).

Tidak bisa dimungkiri, keberadaan budaya Korea di Indonesia sudah semakin merajalela. Mulai dari tren musik, drama, fashion, makanan, bahasa, hingga beauty ala Korea makin digandrungi masyarakat. Terlebih, kaum muslimahnya rela berkorban harta dan tenaga untuk bertemu sang idola.

Ketampanan dan kecantikan para idol Korea mampu membius mata para muslimah. Fakta ini didasari dari laporan Good Stats, bahwa Indonesia menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan fans K-Pop terbanyak di dunia (prambors.fm, 4/4/23).

Hanya saja, tidakkah disadari bahwa kerusakan moral generasi muda saat ini, salah satu faktornya dipengaruhi oleh jauhnya mereka dari pemahaman agama? Seharusnya ada peran negara di ranah ini, yakni sebagai perisai generasi. Alih-alih menyelamatkan akidah umat, malah membiarkan masuknya budaya asing (Korea). Wajar budaya hedonisme makin merebak. Bahkan dikampus, yang notabenenya dunia pendidikan.

Lihatlah, para dancer tersebut berpakaian terbuka, mempertontonkan gerakan yang mengikis kemuliaan seorang wanita. Sedikit demi sedikit akan menjadi inspirasi para muslimah di kampus. Sikap penerimaan itu, jelas semakin mengaburkan syariat Islam. Antara yang halal dan haram semakin bias. Dengan dalih moderasi dan toleransi beragama yang keliru, kita ‘dipaksa’ menerima ide batil yang mereka jajakan.

Tujuan Pendidikan

Islam memandang bahwa, tujuan pendidika adalah membangun generasi berkepribadian Islam. Selain menguasai ilmu terapan, para siswa-siswi di masa Islam juga menghiasi diri mereka dengan kepribadian Islam. Sehingga, timbangan individu dalam melakukan perbuatan adalah berdasarkan halal dan haram.

Dengan tujuan mulia ini, amat jelas bahwa ranah pendidikan tidak mungkin menghadirkan budaya yang merusak akidah umat. Karena Islam itu tinggi, dan sebagai agama yang terbaik dari Allah Swt.

Jika mencari inspirasi budaya, maka carilah Islam sebagai panduannya. Karena setiap sumber hukumnya ditetapkan oleh sang Pencipta sekaligus pengatur hidup manusia.

Allah Swt. berfirman, “…Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.” (TQS Al-Hasyr [59]: 07).

Rasulullah Saw. dan para Sahabat adalah teladan terbaik, seyogyanya menjadikannya contoh dalam semangat perjuangan dan menguatkan generasi saat ini. Dibandingkan menghadirkan sosok dancer non-muslim. Seharusnya, pendidikan yang ada berbasis Islam, yang mampu menguatkan akidah mahasiswanya dengan memahamkan syariat Islam secara kaffah. Bukan hanya dipahami tapi juga diterapkan dalam kehidupan.

Wallahua’lam bis shawab.

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi