Maraknya Bullying, Buat Emosi Terpancing

Oleh. Haniah
(Aktivis Pelajar Peduli Generasi)

Lagi-lagi miris, remaja saat ini kebanyakan menjadi pelaku kasus perundungan, penganiayaan, dan tindak kriminal yang melibatkan banyak korban. Tak sedikit yang akhirnya butuh penanganan lebih serius, bahkan hingga meninggal dunia.

Baru-baru ini, muncul kasus perundungan atau bullying yang dilakukan oleh kakak kelas terhadap adik kelasnya. Kasus ini menyebabkan korban mengalami pembuluh darah pecah, dada serta tulang punggung retak. Parahnya lagi, korban dinyatakan tewas setelah melalui tiga hari masa kritisnya.

Korban berinisial MHD dengan usia 9 tahun. Bocah yang bersekolah di Sekolah Dasar Negeri (SDN) di Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat, tewas setelah dianiaya kakak kelasnya pada Senin (15/05/2023).

Korban sempat mengeluh sakit dan dilarang pergi ke sekolah oleh kakeknya, “Saya bilang, kalau sakit jangan dulu sekolah, istirahat dulu aja di rumah. Namun saat itu, korban memaksa ingin sekolah. Lalu ketika saat berada di sekolah, korban kembali dikeroyok oleh kakak kelasnya pada Selasa (16/5/2023),” kata HY, dikutip dari Tribun Jabar.id, Sabtu (20/05/2023).

Korban sempat enggan berterus terang kepada dokter dan orang tuanya bahwa dia menjadi korban penganiayaan kakak kelas. Sementara itu, Kapolsek Sukaraja, Kompol Dedi Suryadi menyampaikan, pihaknya kini tengah menyelidiki kasus perundungan berupa pengeroyokan yang menyebabkan MHD meninggal dunia. Dedi memastikan, polisi akan segera meminta keterangan dari orangtua serta pihak sekolah agar penyebab kematian korban bisa diketahui.

Kasus bullying seperti ini, tak lagi asing di telinga kita. Fakta berbicara bahwa bullying sudah menjadi masalah yang serius dan butuh penanganan lebih mendalam. Dilansir dari jurnalsoreang.pikiran-rakyat.com, Selasa (28/02/2023), bullying atau perundungan merupakan budaya buruk yang terus terulang, dari data yang dirilis KPAI, 13 Februari 2023 tercatat kenaikan angka kasus bullying sebanyak 1.138 kasus kekerasan fisik dan psikis yang disebabkan oleh bullying.

Bullying menjadi siklus masalah yang seakan tak bertemu ujungnya. Biasanya, berawal dari korban yang di-bully oleh perundung lalu diam atas perlakuannya. Sampai-sampai banyak orang tua dan guru yang baru mengetahui saat aksi bullying ini sudah berakibat nahas. Entah akibat korban yang diam tak berkutik atau pihak sekolah yang tidak menindaklanjuti perkara tersebut.

Akibatnya, korban pun dirugikan dan perundung tetap bebas dengan mudahnya. Banyak pula kasus yang akhirnya tidak menghukum para pelaku karena pelaku masih di bawah umur. Jadilah bullying tetap lestari di kalangan remaja terutama lingkungan sekolah.

Hal ini seharusnya menjadi koreksi bagi kita, tentang remaja yang kini jauh dari kata terdidik, jauh dari kata bermoral. Menjadi tanggung jawab sekolah untuk akhirnya dapat mencetak pelajar yang berilmu dan berkarakter.

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi