Marak Bunuh Diri Butuh Solusi Hakiki

Oleh: Tri S, S.Si (Pendidik)

Sungguh memilukan nasib seorang bocah sekolah dasar kelas 5 berusia 10 tahun nekat mengakhiri hidupnya dengan melakukan gantung diri di dalam kamar rumahnya. Peristiwa ini terjadi di Kabupaten Pekalongan Jawa Tengah pada tanggal 22 November 2023 lalu. Perbuatan nekat tersebut berawal ketika korban sedang bermain HP, ditegur oleh orang tuanya agar berhenti. Kemudian HP diminta oleh orang tuanya, korban marah kemudian masuk dalam kamar dan pintu kamar lalu dikunci dari dalam. Sekitar jam 15.30 ibu korban bermaksud membangunkan untuk berangkat mengaji di TPA. Namun, setelah pintu kamar diketuk berkali-kali tidak ada respon, kemudian diintip melalui lubang pintu kamar ternyata korban sudah gantung diri menggunakan kain selendang yang diikat pada jendela kamar (jateng.antarnews.com 23/11/23).

Menelusuri masalah ini, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Pekalongan mendatangi kediaman korban. Berdasarkan informasi dari beberapa guru korban mengatakan, korban bukanlah anak yang pemurung atau pendiam sebagai indikasi keputusan bunuh diri, korban dikenal sebagai anak yang ceria. Pagi hari saat masih di sekolah sebelum kejadian, korban masih asyik bermain dengan teman-temannya. Kasus bunuh diri anak tidak hanya terjadi kali ini saja. Pada 29 September 2023 lalu, seorang siswi Sekolah Dasar juga kehilangan nyawa setelah jatuh dari lantai empat sekolahnya.

Diduga kuat siswi tersebut melakukan bunuh diri. Deputi bidang Perlindungan Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA), Nahar mencatat sejak Januari 2023 sudah terdapat 20 kasus bunuh diri anak dibawah usia 18 tahun, pembulian menjadi faktor dominan alasan bunuh diri (rri.co.id, 11/11/2023).

Maraknya kasus bunuh diri belakangan ini seharusnya menjadi perhatian serius, apalagi kali ini usia anak yang melakukan bunuh diri masih sangat belia. Apalagi bunuh diri kini menjadi fenomena di tengah masyarakat. Hal ini merupakan masalah serius generasi. Beberapa hal harus mendapat perhatian adalah apa yang menjadi penyebab kasus bunuh diri, dari mana anak mengetahui cara bunuh diri, kondisi mental anak sehingga nekat melakukan bunuh diri.

Akar permasalahan maraknya kasus bunuh diri adalah penerapan sistem kapitalis sekuler. Sistem kapitalisme, menjunjung tinggi kebebasan individu untuk berekspresi, menjadikan ukuran kebahagian adalah terpenuhinya kesenangan materi dan jasadiyah belaka tanpa batasan ajaran agama, ketika ada sesuatu yang menghalangi seseorang untuk mendapatkan kesenangan akan menjadi masalah besar. Akibatnya dalam sistem kapitalis anak tumbuh menjadi sosok yang liberal dan materialis. Anak sering ditolerir melakukan kebiasan buruk seperti bermain HP, game, dan hal-hal yang tidak bermanfaat lainnya. Sekularisme yang memisahkan agama dari kehidupan menjadikan generasi tidak memiliki pemaham terhadap aturan Allah Swt., generasi terdidik dengan pemahaman sekuler pula. Generasi tidak paham bagaimana mengatasi permasalahan sesuai bimbingan agama.

Ketika ditimpa masalah, generasi mudah rapuh, mudah putus asa, dan depresi bahkan berujung pada bunuh diri. Generasi tidak memahami bahwa bunuh diri adalah perbuatan tercela yang dosanya sangat besar. Generasi mengira bunuh diri adalah solusi untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi. Media dalam sistem kapitalisme juga berperan mempengaruhi anak untuk melakukan bunuh diri. Pada beberapa kasus, anak melihat cara bunuh diri di internet sebelum melakukan bunuh diri. Kasus bunuh diri juga sedang viral di media sosial yang menjadi konsumsi anak. Negara tidak bisa melindungi dan melakukan kontrol dan pengawasan terhadap informasi dan tontonan di media. Tidak ada tindakan yang tegas dan melarang tayangan yang bernuansa liberal, dan kemaksiatan. Kondisi ini tentu saja sangat berpengaruh terhadap kesehatan mental anak.

Islam merupakan dien yang sempurna, bersumber dari Dzat yang Maha Sempurna yaitu Allah Swt. Islam memandang generasi adalah calon pemimpin masa depan umat. Generasi adalah aset yang sangat berharga dalam keberlangsungan peradaban Islam. Islam memperhatikan tumbuh kembang anak dan menjaga kekuatan mental anak melalui pendidikan anak yang berkualitas. Dalam sistem Islam, pembentukan mental generasi yang tangguh dilakukan secara terpadu oleh individu, masyarakat dan negara. Keluarga akan menjalankan perannya dengan baik yaitu mengasuh, menyayangi, dan mendidik anak sesuai dengan akidah Islam. Anak akan mendapatkan kasih sayang dan tumbuh menjadi pribadi yang bertakwa. Sejak dini, orang tua akan menanamkan Akidah Islam yang kuat pada anak-anaknya.

Dalam sistem Islam, masyarakat akan senantiasa menjalankan fungsi kontrol sosial, budaya amar ma’ruf tumbuh subur. Masyarakat memahami amar ma’ruf nahi munkar adalah perbuatan mulia yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Sehingga suasana kehidupan masyarakat diliputi saling nasihat-menasihati dan saling tolong-menolong dalam kebaikan, sehingga tidak ada ruang bagi kemaksiatan.

Negara menerapkan sistem pendidikan Islam yang berbasis akidah Islam. Tujuan pendidikan adalah untuk mencetak generasi yang berkepribadian Islam, dan menguasai tsaqofah Islam yang mendalam serta menguasai IPTEK. Dari sana, akan lahir generasi yang memiliki keimanan yang kuat. Generasi memahami jati dirinya sebagai hamba Allah. Generasi juga memahami kewajiban untuk terikat pada syariat Islam, dan memahami bahwa semua perbuatannya kelak akan dimintai pertanggung jawaban oleh Allah Swt. Sehingga yang demikian tidak akan melakukan perbuatan bunuh diri bahkan tidak akan terbesit pikiran untuk melakukan bunuh diri. Generasi memahami bahwa semua permasalahan bisa diselesaikan dan ada tuntunan untuk menyelesaikannya dengan benar.

Negara juga mengelola media sosial sehingga informasi dan tontonan di media sosial adalah perkara-perkara yang baik saja, yang mendorong generasi untuk melaksanakan ketaatan dan semangat untuk beramal sholih, semangat untuk belajar dan melakukan penelitian. Informasi tentang bunuh diri dan hal-hal yang melanggar syariat tidak akan tayang. Sehingga mindset generasi selalu dalam suasana takwa. Hanya dengan menerapkan syariat Islam secara kaffah dalam seluruh aspek kehidupan akan terbentuk generasi tangguh yang bermental baja atas dorongan akidah Islam. Generasi para calon pemimpin dan penjaga Peradaban Islam yang mulia. Wallahu a’lam bi ash-shawab.

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi