Muhammad Ayyubi. ( Direktur Mufakkirun Siyasiyyun Community )
Kegagalan kapitalisme meratakan kesejahteraan bagi seluruh rakyatnya membuat rezim ini kehilangan muka. Seluruh program yang digagas tidak menyentuh rakyat akar rumput. Program program ambisius yang ada hanya menguntungkan para oligarki. Proyek jalan tol, proyek kereta api cepat, proyek IKN, proyek mobil listrik adalah diantaranya.
Dibidang politik pun nyungsep akibat nepotisme di depan mata, membungkam suara-suara kritik, menjegal mahasiswa dan rektor, penangkapan lawan lawan politik.
Untuk mendapatkan hati rakyat akar rumput, dibuatlah program makan bergizi gratis, Tujuannya tidak lain adalah demi meraih popularitas ditengah keterpurukan yang terjadi.
Ditengah-tengah angka kemiskinan yang tinggi dan jumlah pengangguran yang meningkat akibat PHK, program populis makan bergizi gratis tentulah disambut gembira oleh sebagian masyarakat.
Seolah-olah hal tersebut adalah kepedulian rezim.
Sementara kemiskinan, pengangguran dan tingginya biaya hidup bermula akibat ketidakbecusan rezim dalam rangka mengelola negara.
Artinya, ketika negara gagal memberi kesejahteraan sementara di saat yang sama memberikan makan siang gratis itu menandakan negara sengaja memelihara kesengsaraan rakyat untuk dimanfatkan demi keuntungan penguasa.
Program makan siang gratis yang ada hanyalah topeng untuk menutupi wajah buruk negara. Jika memang berniat baik menyejahterakan rakyat, menghilangkan kemiskinan dan menurunkan angka stunting, semestinya negara membuka lapangan pekerjaan seluas-luasnya, memberi subsidi makanan pokok, melarang praktik ekonomi non riil dan menggratiskan bahan bakar minyak.
Tetapi sulit hal itu diterapkan dalam sistem kapitalisme, karena di dalam kapitalisme tidak ada paradigma pelayanan negara kepada rakyatnya, yang ada hanyalah invesatasi, jika rakyat ingin mendapatkan fasilitas maka dia harus membayar lebih untuk itu. maka berharap negara menyejahterakan rakyat lahir batin itu ibarat mengaharapkan ayam bertelur emas, Mustahil.
Adakah program makan bergizi gratis dalam Khilafah ?
Khilafah sebagai negara yang menerapkan syariat Islam secara kaafah. Tentu memiliki pos-pos pendapatan negara yang sangat besar.
Di dalam kitab Nidzam Al Iqtishadi, Syaikh Taqiyyudin An Nabhani meyebutkan ada ghanimah, fai, kharaj, jizyah, usyur, dharibah, kepemilikan umum yang dikelola negara, dan zakat.
Dengan pos pemasukan yang begitu besar, khilafah tidak hanya memberi makan siang saja yang gratis tetapi juga memberikan pendidikan berkualitas gratis, kesehatan gratis, BBM gratis, subsidi pupuk pertanian, subsidi peralatan nelayan.
Khilafah tidak hanya memberikan makan siang yang gratis tetapi juga makan malam dan makan pagi secara gratis. Cara nya adalah dengan meningkatkan penghasilan dan gaji rakyat agar bisa membeli makanan secara layak untuk keluarga dan anaknya.
Dalam politik ekonomi khilafah disebutkan bahwa rakyat haruslah mendapatkan jaminan pemenuhan kebutuhan pokoknya, jika Khalifah gagal mewujudkan hal tersebut. Maka Mahkamah Madzalim berhak menurunkannya dari jabatannya.
Umar bin Khattab telah memberi teladan kepada khalifah-khalifah setelahnya. Bagaimana beliau memanggul gandum dengan pundak demi memenuhi kebutukan pokok seorang janda yang memilki anak banyak yang kelaparan.
Di saat yang sama, Khilafah harus memastikan harga-harga sembako murah, dengan menggratiskan BBM, karena itu sehingga transportasi menjadi murah. Menutup pasar saham, karena di sanalah berkumpulnya tetapi tidak menyerap tenaga kerja dan jasa.
Karena di bursa saham yang terjadi hanyalah uang bertemu uang tanpa pendirian usaha, ibarat mega perjudian karena di pasar sahama perputaran uang dalam sehari bisa mencapai Rp. 9,1 triliun.
Kemudahan-kemudahan yang ada di dalam khilafah terjadi secara simultan akibat penerapan syariah Islam secara kaffah, baik dalam semua sistem, baik ekonomi, politik ,pendidikan dan lainnya. Jika begitu indah hidup dalam naungan Khilafah, masihkah ada yang menolaknya?[]