Mahasiswa Terjerat Pinjol, Kapitalisasi Makin Menonjol

Oleh. Rasyidah (Mahasiswi STAI YPIQ Bau-Bau)

Sebagaimana yang dilansir bbc.comindonesia (17/11/2022), ratusan mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) menjadi korban penipuan modus baru dengan iming-iming keuntungan 10% dan berutang pinjaman online (pinjol).

Kini, mereka terjerat utang dengan total tagihan ditaksir miliaran rupiah. Sebagian dari mereka bahkan diteror oleh penagih utang, atau debt collector. Sebanyak 331 orang terjerat pinjaman online karena menjadi korban penipuan dengan iming-iming imbal hasil yang besar. Dari jumlah tersebut, 116 di antara mereka adalah mahasiswa IPB di Jawa Barat.

Humas IPB, Yatri Indah Kusuma Astuti, menyebut, apa yang terjadi pada para mahasiswa itu adalah “penipuan untuk investasi”. Mereka diminta berinvestasi dengan dana pinjaman online dan diiming-imingi bagi hasil 10% per bulan dari nilai investasi yang mereka berikan. Alih-alih mendapat untung, kini mereka malah mendapat buntung. Sebab, selain tak menerima keuntungan. Mereka juga harus membayar cicilan utang dari pinjaman online.

Pengamat Keuangan Piter Abdullah menilai, ratusan mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) yang terjerat pinjaman dalam jaringan (pinjaman online/pinjol) untuk penjualan yang ternyata bodong karena tamak yang tidak memiliki kemampuan keuangan, dan tidak memiliki literasi pengetahuan mengenai masalah ini. Namun, ia mempertanyakan apakah kasus ini penipuan sehingga perlu diusut tuntas aparat hukum.

Kasus yang serupa juga menimpa perguran tinggi di Jember tahun lalu sebagaiama yang dilansir oleh ngopibareng, sejumlah mahasiswa korban investasi bodong di Kabupaten Jember, melapor ke Mapolres Jember, Kamis (14/10/2021). Dalam kasus ini, korban yang jumlahnya 70 orang mengalami kerugian sebesar Rp500 juta.

Maraknya kasus pinjaman online atau PINJOL begitu merebak di tengah-tengah masyarakat dan imbasnya terjadi kepada para kaum intektual. Para mahasiswa menjadi korban penipuan untuk investasi. Hal ini menunjukkan para mahasiswa terjerat “pragmatis akut” sehingga tidak berpikir jernih dan kritis. Fenomena ini menggambarkan orientasi materi telah menjebak mahasiswa sehingga tidak berpikir logis dan kritis

Merebaknya kasus pinjaman online yang menjerat para mahasiswa IPB dan mahasiswa lainnya yang ada di Indonesia merupakan perhatian besar dan tamparan keras bagi generasi bangsa ini. Terjadinya kasus ini memberikan pembelajaran sebagai pijakan evaluasi dalam negara melihat tanggung jawab pemerintah dalam kesejahteraan rakyat dan juga sistem pendidikan tinggi yang masih karut-marut.

Kasus pinjaman online yang menjerat sejumlah mahasiswa di Indonesia tidak terjadi begitu saja. Namun, disebabkan oleh kondisi sosial yang menjadikan lingkungan kehidupan dengan mengadopsi materi sebagai tolak ukur kehidupan. Tidak lain adalah sistem ideologi kapitalisme dengan asas sekularisme, yakni pemisahan agama dari kehidupan. Penyebab karut-marutnya makna kebahagiaan yang bersandar pada materi.

Sehingga, sangat wajar para intelektual mengharapkan sebuah iming-iming kekayaan untuk menghidupi lifestyle atau gaya hidup mereka dengan cara membuka investasi melalu jalur pinjol. Mereka menjadikan materi sebagai tolok ukurnya. Segala cara mereka lakukan sekalipun salah.

Dalam sistem buruk hari ini, sangat wajar para intelektual dapat terjerat kasus pinjaman online. Pada dasarnya, sistem ini mendukung segala aktivitas mereka untuk melakukan setiap keburukan termasuk melakukan praktik riba melalui pinjol. Inilah kacamata ideologi sekuler kapitalisme pada saat ini yang diadopsi oleh negara yang menjauhkan agama dari kehidupan.

Dalam dunia pendidikan, khususnya sistem pendidikan sekuler yang berorientasi materi dan pragmatis, tidak membentuk perilaku yang menjadikan halal haram sebagai standar kebenaran, tetapi menjadikan materi sebagai standarnya. Seperti contoh, pemerintah hari ini untuk menyejahterakan pendidikan itu sendiri membuka program MBKM (Merdeka Belajar Kampus Merdeka) yang ditetapkan sejak 2020. Tujuannya untuk mempersiapkan mahasiswa siap bekerja dan fokus mengembangkan karirnya untuk bertahan hidup. Dari kebijakan tersebut, membuktikan bahwa perguruan tinggi terjerat kapitalisasi yang mendukung para intektual hanya untuk mencari materi alias keuntungan duniawi saja.

Maka, pendidikan sekuler tidak menjamin para intelektual berperilaku baik. Sebab, kebijakan negara sendiri yang mendukung mereka untuk melakukan perilaku tersebut. Seperti contohnya pinjaman online dibiarkan merajalela dan merebak di tengah masyarakat, bahkan kaum intelektual, khususnya mahasiswa. Apalagi biaya pendidikan perguruan tinggi kian mahal membuat para intelektual semakin gencar mencari materi demi memenuhi gaya hidup dan biaya pendidikan menurut kapitalis.

Seperti inilah buah penerapan sistem kufur, pendidikan dan intektulaitas mahasiswa digiring pada kebatilan. Sebagai bukti, pandangan mahasiswa yang berorientasi pada materi, sejalan dengan semangat entrepreneur university.

Sungguh berbeda dengan sistem Islam yang menjadikan perguruan tinggi sebagai tempat menyiapkan calon pemimpin umat. Satu-satunya solusi yang mampu mengatasi bentuk segala permasalahan dalam kehidupan ini adalah dengan solusi Islam. Salah satunya, Islam akan memberantas secara tuntas terhadap praktik pinjaman online ataupun investasi bodong.

Solusi Islam yang sistematis juga akan memberikan penyadaran bagi rakayat maupun penguasa. Negara akan menanamkan dan menguatkan akidah Islam. Negara juga akan memberikan pemahaman terkait syariat Islam yang mengahramkan riba dalam bentuk apa pun.

Dalam Islam juga, praktik ribawi akan dimusnahkan sehingga pelaku-pelakunya tidak akan melakukan aktivitas haram tersebut. Selain itu, dalam dunia pendidikan, para intektual diberikan keluasan potensi dirinya kepada hal-hal yang bermanfaat, bukan kepada standar materi. Dalam pendidikan Islam, juga membentuk kepribadian Islam yang ideal bagi mahasiswa sehingga mereka bisa berpikir jernih dan kritis ketika menghadapi persoalan kehidupannya.

Tak lupa, negara akan mendorong para mahasiswa untuk tidak berdiam diri alias berpangku tangan terhadap kemaksiatan yang terus berulang. Para mahasiswa juga diberikan semangat untuk senantiasa mengobarkan dakwah di tengah umat, yakni menyampaikan amar makruf nahi mungkar untuk mewujudkan penyadaran umat bahwa dengan sistem Islamlah kehidupan ini bisa mengantarkan pada Islam yang rahmatan lil ‘alaamiin.

Wallahu a’lam bissawab

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi