Mahasiswa Depresi Bunuh Diri Marak Lagi

Oleh. Tsabita
(Pegiat Literasi)

Meningkatnya jumlah kasus bunuh diri di kalangan mahasiswa menunjukkan kondisi mental yang tidak baik baik saja dan menjadi masalah serius. Bunuh diri seolah sudah menjadi trend yang berkembang di masyarakat dan tentunya hal ini menunjukkan kondisi yang memprihatinkan. Dikutip dari laman kumparan.com (12/8/2024), seorang mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) meninggal bunuh diri di kamar kostnya di Kapanewon Mlati, Kabupaten Sleman. Terdapat pula seorang mahasiswa baru berinisial SN (18) ditemukan meninggal dunia gantung diri di kamar mandi sebuah penginapan OYO di dekat kampus IPB University Dramaga Bogor, Jawa Barat.

Masih hangat pula diperbincangkan di media sosial (Medsos), seorang mahasiswa PPDS Anestesi Universitas Diponegoro, Aulia Risma Lestari ditemukan meninggal dunia di kamar kosnya pada senin (12/8). Diketahui, Aulia yang seorang dokter muda di RSUD Kardinah Tegal itu, bunuh diri dengan cara menyuntikkan obat bius jenis Roculax. Konon, ia nekat mengakhiri hidupnya lantaran tak tahan dengan perundungan yang dialaminya selama menempuh pendidikan di Universitas Diponegoro.

Masih banyak lagi dari berbagai kasus yang kian menambah daftar panjang kasus bunuh diri di kalangan mahasiswa. Maraknya bunuh diri seolah menjadi trend dan dianggap jalan keluar dalam menyelesaikan masalah hidup. Ini merupakan persoalan serius yang harus segera ditangani pemerintah.

Masalah Sangat Banyak di Sistem Rusak

Banyak faktor yang menyebabkan maraknya kasus bunuh diri, mulai dari tuntutan akademik yang tinggi, tekanan sosial, masalah ekonomi, krisis kesehatan mental, serta kurangnya dukungan dari lingkungan sekitar. Tanpa disadari, penyebab maraknya kasus bunuh diri yaitu penerapan sistem kapitalisme-sekularisme. Sekularisme memisahkan agama dari kehidupan. Sistem ini telah menjadikan manusia krisis identitas, generasi jauh dari pemahaman tentang aturan Allah Swt., serta agama hanya dianggap sebagai ibadah ritual belaka. Sehingga dalam aktivitas sehari-hari, masyarakat sangat jauh dari aturan agama.

Krisis keimanan inilah yang membuat seseorang mudah rapuh, gampang terbawa emosi, dan tidak kuat menahan ujian kehidupan. Ketika menghadapi suatu persoalan yang sulit dalam hidupnya, merasa tidak mampu menanggung beban yang berat hingga mengalami depresi dan berujung bunuh diri karena bunuh diri dianggap sebagai jalan keluar. Inilah yang terjadi ketika kehidupan dijauh dari aturan agama, sehingga masyarakat rela melakukan hal-hal di luar nalar karena tidak memahami tujuan hidup.

Sistem kapitalisme menjadikan standar kebahagiaan adalah dengan meraih kepuasan materi, sehingga lahir generasi dengan cara pandang ala barat yang hedonis. Maka tidak heran terjadi kasus bunuh diri akibat tidak mampu menyelesaikan masalah hidup, tidak terkecuali masalah ekonomi. Demi memenuhi gaya hidup materialistik, masyarakat rela meminjam uang di pinjaman online. Padahal itu hanyalah kebahagiaan yang semu, ketika keinginan tidak tercapai akan muncul rasa cemas, stres, depresi, hingga berakhir bunuh diri.

Pandangan Islam

Islam adalah seperangkat peraturan yang bukan hanya mengajarkan perkara ibadah mahdah, tetapi Islam juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri yaitu dengan menjawab tiga pertanyaan mendasar yang akan menentukan arah kehidupan hakiki sebagai hamba Allah. Tiga pertanyaan itu adalah “dari mana manusia berasal, untuk apa manusia hidup di dunia, dan akan kemana manusia setelah kehidupan berakhir?”

Keluarga memiliki tanggung jawab dalam membentuk generasi yang tangguh. Dalam Islam, orang tua bertanggung jawab untuk menjaga kesehatan fisik dan mental anak. Orang tua menjadi benteng dalam melindungi anak dari depresi dan tindak bunuh diri, dengan mengasuh, menyayangi dan mendidik seperti mengontrol anak dalam bersosial media dan menjaga komunikasi dengan baik.

Yang paling utama adalah membentuk ketakwaan dalam keluarga, sehingga ketika menghadapi persoalan tidak mudah putus asa karena sudah tertanam sikap tawakal yakni meyakini bahwa segala permasalahan yang dihadapi adalah atas kehendak Allah Swt.

Allah Swt. berfirman, “Allah tidak membebani seseorang, kecuali menurut kesanggupannya.” (QS. Al-Baqarah: 286)
Masyarakat dalam Islam berperan dalam amar makruf nahi munkar. Membentuk suasana di tengah masyarakat dengan saling menasehati dengan kebaikan dan menjauhi segala keburukan.

Yang terpenting, negara dalam Islam memiliki sistem pendidikan yang akan membentuk kepribadian sesuai akidah Islam. Generasi dididik dengan pola pikir dan perilaku yang islami, sehingga terbentuk generasi mulia yang tidak mudah depresi dan memahami jati dirinya sebagai seorang muslim yang bertakwa.

Negara akan menerapkan sistem pendidikan dengan kurikulum yang berbasis akidah Islam, melahirkan kepribadian generasi yang berpola pikir dan berperilaku islami. Dengan begitu, negara harus menerapkan Islam secara kaffah yang akan membentuk generasi bermental tangguh. Wallahu a’lam bisawab.

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi