Lebih dari Sekadar Selawat

Oleh: Aisyah Qonita
(Aktivis Pelajar Peduli Bangsa)

Sebanyak 5.000 lebih warga dan anggota Polda Jatim dari 39 polres jajaran bersholawat bareng memperingati Maulid Nabi Muhammad Saw. Acara tersebut digelar di Mapolda Jatim, Jumat (29/9/2023) malam. Dikutip dari detik.com (01/10/2023)

Ceramah diisi oleh salah satu gus yang terkenal dengan tagline “Dekengan Pusat”-nya atau Gus Iqdam yang juga dihadiri oleh beberapa pejabat Jatim, tokoh agama, dan para habib.

Salah satu isi ceramahnya yang berisi betapa pentingnya Istikamah di jalan Allah Swt. dalam kesuksesan karier dan datangnya rezeki. Lantas, hal itu disikapi oleh Kapolda Jatim Irjen Toni-selaku pemimpin acara-dengan melakukan serangkaian agenda religius untuk para anggotanya.

“Tidak ada kesuksesan yang bertahan lama atau akan bertambah semakin luar biasa tanpa adanya keistikamahan religius. Ketika panjenengan melakukan keistikamahan religius, saya yakin karier dan rezeki panjenengan akan ditata Allah Swt.,” tutur Gus Iqdam.

Membentuk tim hadrah, takmir masjid, serta khataman Al-Qur’an, menjadi pilihan Irjen dalam rangka mempertahankan keistikamahan dan iman para anggota Bhayangkara dalam menjalankan tugas. Namun di sisi lain, dalam waktu yang sama, bulan Rabi’ul Awal, bulan kelahiran Nabi, di mana sholawat bergema dan diagungkan oleh lisan dunia diharmturkan kkhusus kepada Baginda mulia. Sementara itu, berbagai fakta kerusakan masih merebak dan tidak tidak bisa dipandang sebelah mata.

Degradasi moral dan berbagai kasus kriminal terjadi, mulai dari berita pembacokan siswa SMA terhadap gurunya sendiri, penggusuran warga secara zalim di kampung Rempang-Batam, sampai L687Q yang makin hari makin lumrah dan mewabah. Bumi pun turut menunjukkan amarahnya dengan munculnya gempa-gempa susulan di berbagai daerah serta ancaman tsunami.Nyatanya segala hal tersebut masih dialami Indonesia, negeri dengan mayoritas muslim terbesar.

Lantas, di mana efek kebaikan dalam selawat yang sudah berulang kali mereka lantunkan? Apakah sekadar formalitas Maulid Nabi? Karena nyatanya negeri sendiri masih di dalam kekangan masalah. Terbukti dengan hanya mengandalkan kemajuan spiritual saja belum bisa menjamin hal tersebut dapat benar-benar mendatangkan keberkahan, kesuksesan, dan kemakmuran bagi Indonesia yang harusnya menjadi tanggung jawab mereka. Pada faktanya, Indonesia butuh yang lebih dari itu. Allah Swt. berfirman dalam surah Al-A’raf ayat 96,

وَلَوۡ اَنَّ اَهۡلَ الۡقُرٰٓى اٰمَنُوۡا وَاتَّقَوۡا لَـفَتَحۡنَا عَلَيۡهِمۡ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَآءِ وَالۡاَرۡضِ وَلٰـكِنۡ كَذَّبُوۡا فَاَخَذۡنٰهُمۡ بِمَا كَانُوۡا يَكۡسِبُوۡنَ‏

“Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.”

Bukti Selawat adalah Meneladani Rasulullah Saw.

Selain perintah dan kewajiban dalam surah Al-Ahzab:56[red], selawat juga bermakna cinta. Bagi orang-orang yang beriman dan bertakwa, selawat mereka jadikan sebagai bukti kecintaan mereka kepada Rasulullah saw. Untuk itu, Imam Ibnu Rajab ra. berkata, “Di antara tanda cinta kepada Allah Swt. adalah mencintai Al-Qur’an. Di antara tanda cinta pada Al-Qur’an adalah mencintai manusia yang kepada beliau Al Qur’an diturunkan, yakni Nabi Muhammad saw.” (Ibnu Rajab, Tafsir Ibnu Rajab, hlm.348).

Arti cinta disini adalah dengan mengikutinya. Mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Maka dari itu, definisi takwa yang sudah seharusnya dimiliki oleh setiap orang yang beriman kepada Rasulullah saw. yakni orang-orang yang berselawat dan memuji-muji sosoknya. Terutama pada hari ini, bulan kelahirannya. Lebih dari itu, ittiba’ kepada Rasul (mengikuti beliau) dalam seluruh aspek adalah hal yang lebih tepat yang harus kita peringatkan di dalam bulan suci ini. Terutama teladan beliau dalam perihal kepemimpinan negara. Bagaimana sosok Rasulullah dalam mengatur kepengurusan negara. Hingga sulit sekali ditemukan masalah, orang-orang kelaparan, bahkan wilayah kekuasaannya yang semakin mendunia seiring kepemimpinanya yang kemudian dilanjut dengan para sahabat dan generasi-generasi luar biasa di bawahnya.

Tentu saja tak lepas dari peran Al-Qur’an sebagai penunjuk syariah. Terbukti bangsa-bangsa terdahulu gemilang karena mereka berpegang teguh di dalamnya, laksana menggenggam bara api yang menyala-nyala. Walhasil, pemimpin wajib menegakkan syariat Islam dalam bingkai daulah sebagaimana yang telah diajarkan oleh Baginda Rasulullah Muhammad saw. dahulu. Allah Swt. berfirman dalam kitabnya,

قُلْ اِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللّٰهَ فَاتَّبِعُوْنِيْ يُحْبِبْكُمُ اللّٰهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ ۗ وَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْم

“Katakanlah (Muhammad), “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS.Ali Imran: 31)

Wallahu a’lam bis showab.

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi