KTT G20: Pemanfaatan Semata, Merusak Tatanan Ekonomi Dunia


Oleh : Nining Septia Ningsi

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken memuji kepemimpinan Indonesia di G20. G20 merupakan forum kerja sama multilateral yang terdiri dari 19 negara utama dan Uni Eropa (UE). Indonesia dinilai selalu berupaya mengeluarkan hasil kongkret pada berbagai pertemuan, termasuk pertemuan Menteri Luar Negeri (FMM).
Indonesia secara resmi memegang presidensi G20 selama setahun mulai dari 1 Desember 2021 sampai November 2022 dengan mengusung Tema “Recover Together, Recover Stranger” atau Bangun bersama, Pulih Perkasa. Yang bertujuan mewujudkan kebijakan untuk mempercepat pemulihan ekonomi Global menuju pada ekonomi yang inklunsif, ramah lingkungan, dan berkelanjutan.
Dalam KTT G20 memiliki dua jalur pembahasan yang digunakan yaitu Finance Track dan Sherpa Track. Finance Track berfokus pada Isu keuangan, Fiskan dan monoter sedangkan Sherpa Track sendiri membahas lebih luas diluar isu keuangan yaitu unsur energi, pariwisata, ekonomi digital, pendidikan kerja, perubahan iklim dll.

Antony mengatakan “Indonesia dalam kepemimpinannya G20 menempatkan isu-isu yang penting dan mendesak untuk dibahas oleh negara-negara yang berpengaruh di perekonomian dunia.” Antony Blinken juga mengatakan bahwa langkah itu sejalan dengan Amerika yang menghendaki hasil konkret pada rangkaian pertemuan G20 pada tanggal 15-16 November 2022 di Nusa Dua, Bali. Menurutnya upaya ini membuktikan peran penting yang dimainkan indonesia selama kepemimpinannya di G20.
Indonesia telah memainkan peran penting selama Presidensi G20. Amerika Serikat sangat menghargai upaya Indonesia. Kami (AS) sangat berterima kasih,” ujarnya.

Blinken percaya rangkaian pertemuan G20, termasuk KTT yang akan dihadiri para pemimpin dunia pada November 2022 nanti, dapat memberikan hasil nyata dan bermanfaat bagi masyarakat global (bali.jpnn.com, 10/7/2022).

Pujian Barat untuk Merenggut Kekayaan Indonesia
Negara-negara anggota G20 ingin mengambil langkah dalam mendukung permasalahan dunia dengan mengadakan pertemuan G20 dengan sejumlah negara yang ingin bekerja sama. Mereka menganggap dengan adanya kolaborasi dari berbagai negara dan ide-ide dari pertemuan ini akan mampu membawa perubahan dan solusi bagi permasalahan yang melanda dunia saat ini.
Faktanya pertemuan yang dilakukan tidak pernah membawa perubahan baik sebelum pendemi ataupun sesudah pendemi. Pengelolaan ekonomi global dengan sistem kapitalisme tidak pernah membuahkan hasil. Nasib masyarakat seluruh dunia dan terkhusus bagi negara-negara yang tergabung dalam G20 tetap saja mengalami keterpurukan ekonomi dan tidak pernah membuahkan hasil yang memuaskan. Pembahasan dalam pertemuan G20 selalu condong pada regulasi sekuler.
Misalnya pembahasan tentang Finance Track, yaitu membahas tentang sistem ekonomi yang berasaskan ribawi, perbaikan ekonomi yang dibahas hanya mengacu pada ekonomi riba semata. Fiskalnya (pemenerimaan negara) dengan menggunakan pajak sebagai pungutan primer dan monoter penggunaannya pun menggunakan mata uang manipulatif. Artinya regulasi yang digunakan sebagai tumpuan dalam mengcover atau dalam pemulihan ekonomi tidak ada perubahan meski sebelum pendemi ataupun sesudah pendemi. Begitu jahatnya penggunaan sistem kapitalisme meski penyatuan dan kolaborasi dari negara-negara yang bergabung dalam KTT G20 semuanya akan sia-sia bilamana masih mengacuh pada sistem kapitalis sekuler.

Dengan masifnya gencatan kolaborasi dalam pembangunan dan perbaikan tatanan dunia, kini Indonesia berperan aktif dalam pemulihan kondisi dunia. Dengan ditunjukan Indonesia sebagai presidensi G20 seakan menarik dengan perlahan agar Indonesia memiliki peranan konkrit. Kapitalisme global membuat alasan dengan memberikan kesempatan yang luas kepada Indonesia agar Indonesia lebih banyak mengekploitasi kekayaan dan potensinya untuk mewujudkan kepentingan negara besar. Oleh karena itu, mereka berlomba-lomba memberikan pujian serta sanjungan dari seluruh negara yang bergabung pada KTT G20 untuk menarik perhatian.

Padahal jelas bahwa tergabung dalam negara-negara yang berkiblat pada ideologi kapitalisme hanya akan merugikan potensi kekayaan negara-negara berkembang. Mereka menggerus perlahan dengan berbagai cara untuk menguras habis kekayaan-kekayaan negara lain untuk membangun negara dan perut semata. Mereka yang menganut ideologi kapitalisme hanya mementingkan asas keuntungan saja. Persahabatan dan kerja sama yang dilakukan oleh orang-orang penganut kapitalisme hanya memandang pada keuntungan semata. Seandainya Indonesia menjadi negara yang sedikit kekayaan alamnya maka indonesia tidak memiliki arti apa-apa bagi mereka dan cenderung diacuhkan.
Pengelolaan ekonomi dan kekayaan alam jika dikelola oleh penganut kapitalisme akan selalu diporakporandakan yang senantiasa berbuah pada ketidakstabilan sistem ekonomi dunia. Pengelolaan yang dilakukan oleh kapitalis hanya akan memunculkan krisis yang terus menerus secara siklik dan periode.

Semestinya umat Islam yang menjadi umat yang berjumlah mayoritas dalam jumlah seluruh ummat manusia di dunia. Merapat dalam satu barisan dengan mengacu pada sistem aturan syariat islam secara kaffah yang telah diberikan oleh Islam yang terbukti secara imperis berhasil mewujudkan tatanan ekonomi dunia yang stabil dan produktif. Dalam sistem ekonomi islam menggunakan sistem yang berbasis pada ekonomi non ribawi dan justru dengan menghilangkan riba dalam perekonomian dunia akan menjauhkan umat dan negara dari kehancuran.

Peradaban dunia yang dikuasai oleh sistem Khilafah Islamiyah adalah sistem pertama yang berhasil mewujudkan sistem ekonomi sehingga melejitnya produktivitas ekonomi serta menghilangkan krisis-krisis yang melanda umat dunia. Dalam kebijakan Sistem Khilafah mengenai kebijakan fiskalnya dalam bentuk pemberlakuan sistem Baitul Mal yang terbukti melejitkan pemasukan bagi negara dalam jumlah yang sangat besar tanpa harus memberlakukan pajak kepada rakyatnya, begitu juga dalam sistem monoter di dalam islam yaitu penggunaan emas dan perak yang terbukti mampu mewujudkan stabilitas sistem monoter dunia.
Sebaliknya ketika umat islam meninggalkan sistem yang sempurna dalam pengaturan ekonomi dan pengelolaan hidup yang diberikan oleh islam maka umat akan senantiasa berada dalam ketidakstabilan ekonomi dan terus terjebak dalam situasi kemiskinan yang terjadi secara massal, serta jauh dari kemerataan, kesejahteraan dan kemakmuran. Maka sudah semestinya kita menggantungkan harapan pemulihan dan kondisi hidup serta situasi ekonomi pada penerapan syariat islam secara kaffah yang begitu sempurna yang diberikan oleh Allah dan Rasulnya melalui tegaknya Sistem Khilafah.

Wallahu’alam bish shawwab.

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi