Konten Tidak Wajar, Wujud Eksistensi Salah Kaprah

Oleh. Hesti Nur Laili, S.Psi.
(pemerhati generasi gemilang)

Kecanggihan teknologi komunikasi melalui beranekaragamnya aplikasi sosial media membuat banyak orang ingin menunjukkan eksistensinya dirinya dengan berbagai cara. Kini, seolah eksistensi diri merupakan hal yang sangat prioritas bagi setiap pengguna sosial media, hingga terbitlah berbagai konten untuk menunjukkan eksistensinya.

Hanya saja, tidak sedikit para pegiat media sosial ini melakukan berbagai hal, bahkan di luar hal yang wajar hanya demi sebuah konten, agar banyak orang melihatnya. Mengambil keuntungan dari sebuah konten untuk menunjukkan eksistensinya.

Hal-hal yang di luar batas kewajaran yang dilakukan oleh orang-orang penyembah eksistensi ini tidak satu atau dua orang yang celaka akibat ide-ide konten yang dibuatnya. Bahkan tidak sedikit di antaranya tewas mengenaskan saat membuat konten tersebut.

Contohnya baru-baru ini, diberitakan seorang perempuan berinisial W (21) berasal dari Leuwiliang, Kab. Bogor ditemukan tewas tergantung di sebuah tali, saat membuat konten candaan gantung diri di hadapan teman-temannya melalui video call.

Menurut keterangan kepolisian setempat, dari keterangan beberapa saksi, W sebelumnya tengah membuat konten candaan gantung diri ketika sedang melakukan video call bersama teman-temannya. Kepada teman-temannya tersebut, W mengungkapkan jika dirinya hendak membuat konten bunuh diri dengan cara menggantungkan dirinya melalui kain yang dililitkan di lehernya.

Kapolsek Leuwiliang Kompol Agus Supriyanto menambahkan,
saat itu sambil video call (telepon video) sama temen-temennya, korban mengatakan ‘mau live nih, gue mau bikin konten ah’, tahu-tahu kursinya yang dipakai buat pijakan di bawah itu terpeleset, jadi memang nyatanya gantung diri (CNNIndonesia.com, 03/03/2023).

Dari kasus tewasnya remaja perempuan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa generasi saat ini benar-benar di ambang kemunduran. Hal-hal konyol yang dilakukan banyak remaja saat ini hanya demi konten, tidak lain merupakan wujud dari rendahnya taraf berpikir hingga memunculkan perilaku yang rendah.

Adapun wujud dari rendahnya taraf berpikir generasi sekarang tidak lain merupakan hasil dari sistem kehidupan masyarakat yang gagal dalam membentuk generasi cemerlang. Secara objektif, kita harus menyadari bahwa sistem sekuler kapitalis hanya akan melahirkan individu-individu dengan pola pikir individualis, juga individu-individu yang tidak tahu apa tujuan hidup mereka.

Maka dari itu, perlunya sebuah pemahaman yang ditujukan untuk para pemuda bahwa mereka harus memahami bahwa mereka memiliki peran yang sangat besar dalam perkembangan sebuah negara. Adapun pemahaman tersebut tidak bisa serta merta diwujudkan tanpa adanya dukungan dari negara. Negara dengan sistem yang menerapkan syariat Islam sebagai landasan hukum dan bernegara jelas akan sangat membantu para pemuda untuk bisa memahami bahwa mereka sangat berperan dalam perkembangan sebuah negara. Sehingga, ada batasan-batasan norma yang sesuai dengan syariat Islam untuk mengatur para pemuda ini dalam mengisi waktu mereka dengan aktivitas yang Allah ridai.

Coba bandingkan dengan para pemuda di masa Rasulullah sampai abad kejayaan Islam. Berpegang teguh pada Al-Qur’an dan hadits, para pemuda sangat tahu apa tujuan hidup mereka. Sehingga, ketika mereka sudah paham apa tujuan hidupnya, maka tak ada hal lain yang akan dikejar dan menjadi hal yang prioritas, selain hanya rida Allah Swt.

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyaat: 56)

Untuk itu, pentingnya penerapan syariat Islam di tengah masyarakat agar para pemuda dan generasi selanjutnya paham bahwa mereka memiliki tujuan hidup yang kelak akan dipertanggungjawabkan. Mereka memiliki tugas hidup sebagai khalifah di muka bumi ini. Tentu saja, tugas hidup sebagai seorang manusia untuk menunaikan penghambaan kepada Allah Swt.

Sehingga, ketika para pemuda paham apa makna hidupnya, apa tugas hidupnya, apa tujuan hidupnya dan untuk apa ia hidup? Tentu tak akan ada di antaranya yang sibuk mencari ide-ide konyol yang bahkan bisa membahayakan nyawanya hanya demi sebuah konten. Adapun ketika para pemuda telah paham dengan itu semua, bisa dipastikan bahwa konten yang akan mereka buat tidak lain adalah konten-konten yang bermanfaat, jauh dari penunjukan eksistensi diri. Karena mereka paham, bahwa semuanya akan dipertanggungjawabkan.

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi