Konflik Palestina-Israel Terus Berulang, Apa Solusi Tuntasnya?

Oleh. Ummu Hamid

Konflik antara Palestina dan Israel kini kembali membara, mirisnya Palestina dituding sebagai pemicunya. Mengutip voaindonesia (7/10/2023) Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan kepada bangsa Israel bahwa negaranya sedang dalam kondisi “berperang” melawan militan Hamas yang menguasai Jalur Gaza. Militer Israel mengklaim serangan di Gaza adalah sebagai respons atas lebih dari 2.000 roket yang membuat sirene serangan udara berbunyi terus-menerus hingga ke utara, sejauh Tel Aviv dan Yerusalem. Israel mengatakan pasukannya terlibat dalam baku tembak dengan militan Hamas yang menyusup ke Israel di setidaknya tujuh lokasi.

Sejauh ini setidaknya 1,008 warga Israel dilaporkan tewas akibat serangan Hamas sejak Sabtu (07/10), menurut Kedutaan Israel di Amerika Serikat. Kemudian lebih dari 3.418 orang luka-luka
Pesawat tempur Israel juga menargetkan personel medis di Gaza dan sebuah ambulans di Rumah Sakit Nasser di Khan Yunis. Pasukan Israel juga menyerang Rumah Sakit Indonesia di Beit Lahia di Gaza utara.

Militer Israel juga menembakkan puluhan roket ke lahan pertanian di Gaza dan merusak rumah-rumah di sekitarnya.
Sejauh ini setidaknya 1,008 warga Israel dilaporkan tewas akibat serangan Hamas sejak Sabtu (07/10), menurut Kedutaan Israel di Amerika Serikat. Kemudian lebih dari 3.418 orang luka-luka. Sedangkan lebih dari 770 orang lainnya tewas di Gaza akibat serangan balasan Israel, termasuk perempuan dan anak-anak. Selain itu, lebih dari 187.000 orang mengungsi di Gaza dan jumlahnya diperkirakan akan masih terus bertambah.

Sementara itu, Menteri Pertahanan Israel memerintahkan “pengepungan total” terhadap Gaza. Dua juta warga Palestina di wilayah yang dikuasai Hamas bersiap menghadapi kemungkinan adanya operasi darat oleh militer Israel. Israel meminta agar masyarakat di Gaza untuk meninggalkan wilayah itu melalui kawasan perbatasan yang dikendalikan oleh Mesir, namun kemudian mengatakan bahwa penyeberangan tersebut sebenarnya ditutup (bbc.com).

Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Indonesia (Kemlu RI) menyuarakan keprihatinannya atas peningkatan eskalasi konflik anatara Palestina dan Israel. Dalam pernyataan resmi Kemenlu mengatakan bahwa perdamaian antara Palestina dan Israel harus segera dicapai, yaitu dengan cara menurut kembali akar persoalan yang menyulut konflik Gaza. Akar konflik tersebut adalalah pendudukan Palestuna oleh Israel harus diseleseika sesuai parameter yang sudah disepakati PBB. Sementara itu, Kementerian Luar Negeri dan Ekspatriat Palestina pada Sabtu (7/10) mengatakan bahwa mengakhiri pendudukan Israel di wilayah Palestina adalah satu-satunya jaminan terhadap perdamaian, keamanan dan stabilitas di kawasan, dikutip dari kantor berita Palestina WAFA. Kementerian tersebut menyatakan mereka telah berulang kali memperingatkan bahwa jika konflik Israel-Palestina tidak diselesaikan dan rakyat Palestina tidak diberikan hak untuk menentukan nasib sendiri, maka akan ada konsekuensi yang serius (katadata.co.id).

Serangan Palestina ke Israel adalah bentuk balasan atas pendudukan Israel yang sudah berlangsung selama puluhan tahun. Inilah bentuk hipokrit Barat, satu sisi mengecam segala bentuk penjajahan dan penindasan, di sisi lain membiarkan Palestina terjajah melalui legitimasi PBB yang mengakui Israel sebagai “Negara Yahudi” di atas tanah Palestina. Sebetulnya yang layak disebut penjajah yang sesungguhnya adalah Israel, sedangkan Palestina adalah milik kaum Muslim.

Palestina merupakan tanah kharajiyah yang diperoleh kaum muslim dengan perjuangan mereka. Syam, termasuk Palestina yang pertama kali dibebaskan pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khaththab. Pasukan jihad kaum muslim yang dikomandoi Khalid bin Walid membebaskan Palestina dan menjadikannya bagian dari wilayah Daulah Khilafah dengan pusat pemerintahannya kala itu berada di Madinah Pada 637M. Jadi, sudah secara mutlak bahwa Palestina adalah tanah yang sepenuhnya milik kaum muslim.

Israel seperti tamu yang tidak diundang dan hidup menumpang. Setelah diberi tumpangan, mereka menjadi serakah dengan meminta tanah kepada Palestina sebagai pemilik tanah. Terhadap tamu yang serakah, sudah sewajarnya Palestina mempertahankan hak tanah mereka yang ingin dirampas dengan cara berjihad melawan pendudukan Israel. Keserakahan entitas Yahudi Israel bermula dari seorang tokoh Zionis Theodor Herzl yang pada 1896 menemui Sultan Abdul Hamid II, Khalifah Turki Utsmani. Ia meminta kepada Sultan untuk mendirikan gedung di Al-Quds. Namun, permohonan tersebut ditolak dengan tegas.

Tidak berhenti di situ, pada 1902, Theodor Herzl menemui kembali sang Khalifah dengan mengiming-imingi pelunasan utang Khilafah Utsmani. Sultan Abdul Hamid II kembali menolaknya dengan tegas seraya berkata, “Selama aku masih hidup, aku lebih rela menusukkan pedang ke tubuhku daripada melihat tanah Palestina dikhianati dan dipisahkan dari Khilafah Islamiah.”

Palestina adalah milik kaum muslim di seluruh dunia, bukan hanya milik bangsa Palestina saja. Di tanah itu terdapat kiblat pertama kaum muslim, makam para sahabat dan syuhada, dan singgahan atau tempat tinggal para nabi. Sehingga ketika kaum muslim meminta pertolongan negara Barat dan sekutunya, apalagi PBB itu adalah sebuah kesalahan besar. Kaum muslim harus paham bahwa berdirinya negara Zionis di atas tanah Palestina tersebab resolusi PBB yang memaksa Palestina membagi wilayahnya dengan Israel. Jadi, meminta bantuan kepada PBB sama halnya bunuh diri politik.

Bagaimana mungkin kaum muslim meminta bantuan dan pertolongan terhadap perserikatan negara-negara yang menyetujui pendirian negara Israel? Hal ini juga merupakan kesia-siaan karena pada dasarnya Barat dan sekutunya tidak akan pernah berpihak pada Palestina dan kepentingan kaum muslim. Negara Barat menampakkan standar ganda, tidak ada satu pun negara Barat yang berani menyebut Israel sebagai negara teroris untuk kemudian menyeret mereka ke pengadilan internasional.

Pengecaman dan pengutukan terhadap Israel adalah hal yang nisa dilakukan oleh negeri-negeri muslim hari ini padahal menghadapi bangsa bebal zionis tidak cukup dengan bahasa diplomasi atau kecaman. Mereka hanya bisa ditundukkan dan ditaklukkan dengan peperangan.

Problem yang terjadi di Palestina adalah masalah selruh kaum muslim. Tidak boleh ada seorang pun yang berhak menyerahkan tanah kharajiyah kepada pihak lain, apalagi kepada penjajah Israel. Sikap yang seharusnya dilakukan terhadap Israel terhadap perampasannya pada tanah Palestina adalah sebagaimana yang telah Allah Swt. perintahkan, yaitu diperangi dan diusir.

Demikian sebagaimana firman-Nya, “Perangilah mereka, niscaya Allah akan menghancurkan mereka dengan (perantaraan) tangan-tangan kalian, menghinakan mereka serta akan menolong kalian atas mereka sekaligus melegakan hati kaum mukmin.” (TQS At-Taubah: 14)

Untuk itu, harus ada kekuasaan Islam yang menyerukan jihad fi sabilillah. Tidak ada solusi lain bagi Palestina selain negara Islam Khilafah Islamiah. Dengan tegaknya Khilafah, batas bangsa akan tercerai, persatuan kaum muslim akan terwujud, di mana akidahlah yang akan menjadi fondasi kekuatan Islam. Seorang pemimpin negara atau Khalifah juga akan menyerukan jihad memerangi musuh-musuh Islam.

Hanya jihad dan Khilafah solusi yang menjadi solusi tunggal dan fundamental untuk Palestina dan negeri muslim lainnya yang masih terjajah. Sudah saatnya kita serukan solusi yang benar di tengah-tengah umat. Maka kehormatan, nyawa, dan harta kaum muslim bisa terjaga. Semoga Allah segerakan untuk kita. Wallahu a’lam.

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi