Klenik: Kearifan Lokal Atau Kesyirikan?

Oleh. Rochma Ummu Arifah

Publik terbagi menjadi dua kubu dalam menyikapi keberadaan pawang hujan di sirkuit Mandalika beberapa hari yang lalu. Satu kubu membanggakan apa yang sudah terjadi dengan melihat respon dunia yang takjub akan hal ini. Kubu yang lain menganggap hal ini berbau klenik yang mengarah pada kesyirikan.

Negara: Itu Kearifan Lokal

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno memberikan komentar mengenai apa yang terjadi di sirkuit Mandalika saat hujan. Beliau menyebut apa yang dilakukan Rara, wanita yang diberi gelar publik sebagai pawang hujan ini, merupakan sebagian dari atraksi kearifan lokal. Hal ini juga berperan sebagai daya tarik nusantara keluar negeri. Terbukti, media dunia turut memuji apa yang terjadi, terutama pada sosok Rara yang dianggap berhasil menghentikan hujan yang turun saat itu.

Sandiaga mengatakan, saat hujan pihak pelaksana langsung melakukan koordinasi. Setelah melihat data-data yang ada, maka diputuskan balap ditunda selama 1 jam. Karena selain trek yang basah, dikhawatirkan dalam kondisi itu adalah jarak pandang atau visibility pembalap.

Sejatinya, tidak hanya pada situasi ini saja, negara dengan aparatnya yang terkait, mengklaim beberapa kejadian sebagai kearifan lokal. Sebagai bagian dari budaya nusantara di mana warga dalam negeri juga harus turut bangga dan ikut melestarikan budaya ini. Belum lama, publik juga disuguhkan berita mengenai kepala negara yang mengumpulkan kendi berisi air dari 34 provinsi yang ada di nusantara. Semua air ini dikumpulkan di lokasi yang akan dibangun ibukota baru. Klaim yang disajikan negara ke publik adalah hal ini sebagai bentuk kesatuan budaya demi kesatuan negara.

Negara Mengundang Bentuk Kesyirikan

Akidah adalah fondasi yang harus diberikan perhatian yang amat besar. Karena, baik buruknya akidah akan sangat memberikan pengaruh pada baik buruknya kehidupan manusia. Islam pun sangat menjaga kemurnian akidah bagi setiap muslim.

Perhatian besar Islam terhadap akidah terbukti dari bagaimana perhatian Islam dalam memberikan pendidikan akidah yang lurus sejak dini. Bentuk akidah yang murni adalah tidak tercampurinya pemikiran muslim dengan kesyirikan apa pun. Syirik adalah upaya menyembah ataupun bersandar kepada selain Allah SWT.

Di zaman modern saat ini, bentuk kesyirikan amatlah beragam. Bahkan, kesyirikan ini semakin merajalela. Salah satu penyebabnya adalah lemahnya penjagaan negara terhadap kemurnian akidah itu sendiri. Bahkan, saat ini, negara seakan menjadi pihak yang membenarkan adanya aktivitas yang mengarah pada kesyirikan ini. Terlihat jelas pada aktivitas pawang hujan di Mandalika.

Dalam Islam, sudah jelas bahwa perihal hujan adalah perihal yang ghaib, hanya Allahlah yang memiliki pemahaman dan pengetahuan mengenai hal ini. Jika ada manusia yang dianggap memiliki pengetahuan mengenai hal ini, itu hanyalah berupa rekaan dan dugaan saja. Tak ada satu pun yang mampu memiliki kuasa mengenai perihal hujan ini. Hal ini secara jelas disebutkan di dalam Surah Al-Luqman ayat 34 yang berbunyi:

“Sesungguhnya hanya di sisi Allah ilmu tentang hari Kiamat; dan Dia yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan dikerjakannya besok.”

Ayat ini menerangkan dengan jelas bahwa hujan merupakan salah satu hal yang hanya Allah SWT. saja yang memiliki ilmu mengenai hal itu. Lantas, bagaimana bisa seorang manusia memahami akan hal ini kalau bukan hanya sebuah kebohongan semata.

Mempercayai keberadaan manusia yang bisa mengatur hujan adalah satu bentuk kesyirikan yaitu percaya bahwa ada dzat lain selain Allah SWT. yang memiliki kemampuan akan hal ini. Terlebih, bisa mengatur suhu atau pun intensitas hujan sebagaimana yang diklaim oleh wanita bernama Rara ini.
Dukungan negara bahkan kebanggaan yang ditunjukan negara mengenai hal ini sungguh sangat disayangkan. Mengingat bahwa salah satu tugas besar negara adalah menjaga kemurnian akidah rakyatnya.

Inilah fakta miris yang bisa ditemukan ketika negara melepaskan ketundukannya pada syariat Islam. Bahkan, negara saat ini berpihak pada sistem sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan yang ada. Alhasil, tak hanya akidah yang rusak, aneka ragam problematika kehidupan harus dihadapi oleh rakyat.

Sudah waktunya untuk kembali kepada syariat Islam. Islam dan syariatnya yang menjadi kewajiban bagi setiap muslim untuk diterapkan sudah membuktikan mampu membaca muslim dan manusia pada kejayaan peradaban. Masihkah kita ragu dengan satu-satunya agama yang diridhoi di sisi Sang Pencipta kehidupan ini?

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi