Ketika Islam Dilecehkan, Harus Marah, Jangan Diam!

Oleh. Lilik Yani
(Muslimah Peduli Peradaban)

Rasulullah saw. tidak marah ketika dirinya diolok-olok dengan berbagai hal yang tidak mengenakkan. Beliau memilih bersabar dan mendoakan umatnya, karena dianggap belum paham. Ketika Islam yang dilecehkan (Al Quran, agama Islam, pembawa risalah), maka Rasul akan marah besar. Itu sama artinya dengan mengolok-olok Allah. Rasul akan membela besar-besaran agar Islam kembali mulia selamanya.

Bagaimana Sikap Kita Ketika Islam Dilecehkan?

Dilansir dari parstoday.ir, Forum Kebangkitan Islam Sedunia mengutuk keras pelecahan al-Quran di Swedia dan mengecam polisi negara ini karena memberikan izin kepada pelaku untuk melaksanakan aksi tercela tersebut. Polisi Swedia pada hari Rabu (28/6/2023), memberikan izin untuk sebuah protes yang pelakunya berencana untuk membakar al-Qur’an di luar masjid utama Stockholm, bertepatan dengan hari raya Iduladha.

Salwan Momika (37) menginjak, merobek, dan menyeka sepatutnya dengan lembaran Al-Qur’an di depan Medborgarplasten, masjid terbesar di Stockholm ibu kota Swedia pada Rabu siang. Aksi tercela tersebut memicu protes dan kecaman global yang semakin meluas. Banyak negara dunia telah mengecam pelecehan terhadap Kitab Suci umat Islam ini.

Dilansir jpnn.com, Majelis Ulama Indonesia (MUI) menilai beredarnya terompet yang terbuat dari bahan sampul Alquran di daerah Jawa Tengah, merupakan unsur penistaan agama Islam dan meresahkan masyarakat. Ketua Bidang Fatwa MUI Pusat, K.H. Ma’ruf Amin saat itu, menyebutkan bahwa fenomena ini berulang kali terjadi karena sebelumnya publik juga dihebohkan dengan celana jean dan kaos bertuliskan ayat Alquran, serta kasus sandal berlafadz Allah Swt. (18/5/2015).

Dalil Ayat Suci tentang Pelecehan Islam

Surah Al-An’am Ayat 70:

وَذَرِ الَّذِيۡنَ اتَّخَذُوۡا دِيۡنَهُمۡ لَعِبًا وَّلَهۡوًا وَّغَرَّتۡهُمُ الۡحَيٰوةُ الدُّنۡيَا‌ ۚ وَ ذَكِّرۡ بِهٖۤ اَنۡ تُبۡسَلَ نَفۡسٌ ۢ بِمَا كَسَبَتۡ‌ۖ لَـيۡسَ لَهَا مِنۡ دُوۡنِ اللّٰهِ وَلِىٌّ وَّلَا شَفِيۡعٌ‌ ۚ وَاِنۡ تَعۡدِلۡ كُلَّ عَدۡلٍ لَّا يُؤۡخَذۡ مِنۡهَا‌ ؕ اُولٰٓٮِٕكَ الَّذِيۡنَ اُبۡسِلُوۡا بِمَا كَسَبُوۡا‌ ۚ لَهُمۡ شَرَابٌ مِّنۡ حَمِيۡمٍ وَّعَذَابٌ اَ لِيۡمٌۢ بِمَا كَانُوۡا يَكۡفُرُوۡنَ

“Tinggalkanlah orang-orang yang menjadikan agamanya sebagai permainan dan senda-gurau, dan mereka telah tertipu oleh kehidupan dunia. Peringatkanlah (mereka) dengan Al-Qur’an agar setiap orang tidak terjerumus (ke dalam neraka), karena perbuatannya sendiri. Tidak ada baginya pelindung dan pemberi syafaat (pertolongan) selain Allah.”

“Dan jika dia hendak menebus dengan segala macam tebusan apa pun, niscaya tidak akan diterima. Mereka itulah orang-orang yang dijerumuskan (ke dalam neraka), karena perbuatan mereka sendiri. Mereka mendapat minuman dari air yang mendidih dan azab yang pedih karena kekafiran mereka dahulu.”

Untuk menguatkan tuntunan Allah dalam menghadapi para pendurhaka, khususnya yang suka melecehkan ajaran agama-Nya, ayat ini menegaskan kembali keharusan menjauhi mereka. Dan tinggalkanlah orang-orang yang menjadikan agamanya sebagai permainan, ejekan, dan bahan senda-gurau, dan mereka yang telah tertipu oleh kemewahan dan gemerlapnya kehidupan dunia.

Namun demikian, jangan tinggalkan mereka sama sekali. Peringatkanlah mereka dengan Al-Qur’an agar setiap orang dapat memperoleh rahmat Allah dan tidak terjerumus ke dalam neraka karena perbuatannya sendiri. Di akhirat, tidak ada baginya pelindung dan pemberi syafaat atau pertolongan selain Allah.

Dan jika dia hendak menebus dengan segala macam tebusan apa pun dan sebanyak apa pun, niscaya tidak akan diterima tebusan tersebut. Mereka itulah orang-orang yang dijerumuskan ke dalam neraka karena perbuatan mereka sendiri. Mereka mendapat minuman dari air yang mendidih dan azab yang pedih karena kekafiran yang terus-menerus mereka lakukan dahulu selama di dunia.

Allah memerintahkan Nabi Muhammad dan orang-orang yang beriman agar memutuskan hubungan dengan orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai mainan dan sasaran senda-gurau. Mereka itu telah teperdaya oleh kesenangan hidup duniawi, dan telah lupa bahwa kehidupan yang sebenarnya, ialah di akhirat nanti.

Mereka tidak membersihkan diri dan jiwa mereka, tidak memperbaiki budi pekerti mereka sebagaimana yang telah diajarkan Allah, mereka lalai dan lupa akan pertemuan dengan Allah di akhirat nanti, mereka menyia-nyiakan waktu yang berharga dengan mengisi kehidupan duniawi dengan berbagai perbuatan yang merugikan diri mereka sendiri.

Allah memerintahkan pula agar Rasul dan kaum Muslimin memberi peringatan kepada mereka dengan ayat-ayat Al-Qur’an, agar mereka tidak dijerumuskan ke dalam neraka karena perbuatan mereka sendiri. Pada hari itu tidak sesuatu pun yang dapat menolong, mendatangkan kebaikan atau menolak kejahatan dan kesengsaraan yang mereka alami selain dari Allah. Pada hari itu, tidak ada lagi alat yang dapat dijadikan untuk menebus diri agar terhindar dari azab Allah.

“Dan takutlah kamu pada hari, (ketika) tidak seorang pun dapat menggantikan (membela) orang lain sedikit pun, tebusan tidak diterima, bantuan tidak berguna baginya, dan mereka tidak akan ditolong.”

Ayat ini membantah pendapat yang mengatakan bahwa di akhirat nanti ada pemberi syafaat yang dapat menolak atau meringankan azab selain Allah, seperti berhala-berhala, orang yang dianggap memiliki karamah dan sebagainya. Allah menegaskan bahwa orang-orang yang memperolok-olokkan agama Allah itu berarti mereka telah mengharamkan atas dirinya pahala dan karunia Allah di akhirat nanti, karena itu bagi mereka azab yang pedih, mereka dijerumuskan ke dalam neraka akibat perbuatan mereka sendiri dan di neraka itu mereka meminum air yang mendidih disebabkan kekafiran mereka.

Sikap Muslim yang Baik, Harus Marah, Jangan Diam!

Menghadapi kenyataan yang tampak di lapangan, kita tak mungkin akan diam pasrah. Harus ada tindakan, reaksi untuk meluruskan dan jangan hanya diam menyaksikan atau sibuk eksistensi diri. Dalam kondisi separah ini, pelecehan terhadap agama Islam harus dihentikan. Jika kita biarkan akan semakin parah dan merajalela. Seharusnya mengharapkan pemerintah untuk bisa mengendalikan agar pelecehan tak berulang-ulang lagi.

Masalahnya, alih-alih memahami Al-Qur’an sebagai hudan atau petunjuk bagi seluruh manusia, para penguasa dimaksud justru menyematkan para penyeru/pendakwah Al-Qur’an dengan label radikal dan sejenis lainnya.

Kalau kita mengharapkan para penguasa negeri muslim, katakanlah untuk bersikap tegas kepada orang yang menghina Al-Qur’an, tentu saja berat, sulit tak terbayangkan. Sebab dalam kehidupan mereka sendiri, Al-Qur’an tidak mendapatkan tempat yang mulia untuk diterapkan dalam hal kehidupan secara menyeluruh.

Pentingnya ada kekuasaan bagi Islam untuk bisa mencegah aksi serupa terjadi lagi. Tanpa kekuasaan, jadi beginilah umat Islam (membiarkan penistaan terulang). Artinya, ketika Islam dipisahkan dengan kekuasaan akibatnya tak ada penguasa muslim yang merasa tersinggung lantas melakukan tindakan tegas ketika Al-Qur’an dinistakan.

Akankah umat Islam yang terdiri dari sekian miliar (jiwa) berdiam diri tidak ada pembelaan kepada agamanya, kitab sucinya, Nabinya, ketika dilecehkan? Perlu tindakan tegas yang dilakukan pemimpin negara agar pelecehan tidak berulang.

Wallahu a’lam bish shawwab.

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi