Kesalahan Pola Asuh, Negara Abai?

Oleh: Asma Sulistiawati (Pegiat Literasi)
Setiap orang tua bercita-cita memiliki anak yang saleh dan salihah, taat kepada Allah Swt. dengan menjauhi semua larangan-Nya dan menjalankan semua perintah-Nya. Namun, ke salehan anak tidak akan terbentuk dari pengasuhan yang biasa. Dalam hal ini, orang tua harus punya ilmu agama yang kuat untuk mendidik dan mengasuh putra dan putrinya agar bisa menghadapi tantangan di zaman kapitalisme. Akan tetapi, remaja hari ini telah terbelenggu oleh liberalisme yang membuat dirinya bebas melakukan apa saja. Mereka tidak melihat baik dan buruknya dalam setiap tindakan yang dilakukan, seperti kasus narkoba, tawuran, pelecehan, penganiayaan dan lainnya.

Baru-baru ini terjadi penganiayaan yang dilakukan Mario Dandy Satriya (MOS). Dia adalah anak dari pejabat Ditjen Pajak Kemenkeu Rafael Alun Trisambodo terhadap David hingga koma (01/3).

Kasus penganiayaan yang dilakukan anak pejabat telah menyadarkan kita bahwa pendidikan umum tidak bisa menyelesaikan tantangan di zaman ini. Kasus tersebut bukanlah pertama kalinya terjadi, tetapi sudah ke sekian kalinya terjadi dengan pelaku dan kota yang berbeda. Kasus kejahatan yang terjadi saat ini adalah tantangan orang tua dalam mendidik dan mengasuh putra putrinya untuk menjadi pribadi yang baik dan bermanfaat bagi manusia lainnya.

Namun, untuk menghadapi tantangan tersebut, orang tua tidak hanya bisa berdiam diri dengan hanya sebatas mengerjakan pekerjaan rumah dan hanya sebatas mencari nafkah. Oleh karenanya, orang tua harus menyadari bahwa dalam mendidik dan mengasuh anak butuh ilmu agama agar di setiap individu anak terbentuk kepribadian Islam pada dirinya. Sebab, di rumahlah awal mula tempat belajar anak sebelum disekolah. Maka, peran orang tua sangat penting untuk membentuk karakter anak sejak dini bahkan masih dalam kandungan. Sungguh, bukan hanya butuh peran orang tua dalam mendidik putra dan putrinya agar menjadi generasi yang cemerlang, tetapi peran masyarakat dan negara sangat penting juga. Namun, sistem hari ini telah menjauhkan orang tua dengan peran sebagai ibu dan ayah dalam mendidik dan mengasuh putra-putrinya.

Dalam kacamata Islam, anak adalah titipan yang harus dijaga, dididik, diasuh, dan disayangi oleh orang tuannya agar menjadi anak yang bertakwa kepada Allah Swt., menghargai orang lain, mengormati gurunya, dan menyayangi saudaranya. Tentu orang tua harus membekali dirinya dengan banyak mengkaji Islam.

Islam adalah satu-satunya solusi atas problem yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Ibu adalah guru pertama untuk anak-anaknya di rumah dengan mulai mengajarinya berjalan, memperkenalkan huruf hingga bisa mengeja dan bisa merangkai menjadi kalimat. Ibu juga menanamkan nilai-nilai tauhid pada diri anak, yakni mencintai Allah Swt. dengan beriman kepada-Nya.
.Ibu mengajarkan anak percaya adanya Allah Swt. Orang tua harus bisa menjelaskannya secara real kepada anak dengan memperlihatkan ciptaan-Nya agar akidah anak kokoh, tidak mudah goyah. Orang tua harus menanamkan rasa cinta pada Islam dengan mengajaknya ke kajian-kajian Islam agar setiap aktivitasnya bernilai pahala. Orang tua yang paham Islam tentu akan melahirkan generasi yang berkualitas. Sebagaimana sabda Rasulullah saw.:

“Setiap anak terlahir dalam keadaan fitrah, orang tuanya yang akan membuat dia Yahudi, Nasrani dan Majusi.” (HR. Muslim)

Oleh karenanya, kedua orang tua adalah kunci utama dalam mendidik dan mengasuh anak-anaknya agar bisa menjadi generasi yang berkualitas, generasi yang bertakwa kepada Allah Swt. Hal itu akan terwujud hanya dengan menerapkan Islam kaffah.

 

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi