Kerusakan Generasi Potret Buruk Sistem Pendidikan

Oleh. Ernita S
(Pendidik)

Generasi saat ini kualitasnya makin miris. Generas susah makin jauh dari kebaikan. Di mana kehidupan yang dijalani sangat dekat dengan tindakan kriminalitas. Tidak jarang berita menayangkan tentang remaja yang melakukan aksi tawuan, kekerasan, pemerkosaan, dan masih banyak lagi. Seperti halnya perbuatan keji yang dilakukan oleh anak di bawah umur di Lampung yang melakukan pemerkosaan.

Buntut perilaku keji pemerkosaan terhadap seorang siswi SMP di Lampung, 6 dari total 10 pelaku sudah diamankan pihak kepolisian. Mirisnya, 3 dari 6 orang pelaku yang sudah ditangkap polisi atas kasus pemerkosaan siswi SMP di Lampung ini masih memiliki usia di bawah umur. Kanit PPA Satreskrim Polres Lampung Utara, Ipda Darwis menjelaskan dalam kasus pemerkosaan siswi SMP ini korban dan para pelaku masih berada dalam satu lingkungan kelurahan yang sama (Tvonenews.com, 23/3/2024).

Banyak di antara remaja yang menjadi pelaku berbagai tindak kejahatan yang tidak lagi orang dewasa sebagai pelakunya. Di mana informasi yang beredar menyayat hati kembali muncul yang menandakan kerusakan moral generasi. Sebagaimana yang terjadi di wilayah yang lain diberitakan terjadi perang sarung sampai memakan korban jiwa.

‘Perang sarung’ sesama pelajar di Kabupaten Bekasi memakan korban. Satu orang tewas dalam tawuran ‘perang sarung’ yang terjadi di jalan arteri Tol Cibitung, Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi. Tawuran perang sarung itu terjadi sekitar pukul 00.30 WIB, Jumat (15/3). Salah satu korban tewas berinisial AA, pelajar berumur 17 tahun. Kapolsek Cikarang Barat Kompol Gurnald Patiran mengatakan aksi tawuran ‘perang sarung’ itu bermula dari ajakan korban melalui pesan WhatsApp (Cnnindonesia.com, 23/3/2024).

Ironisnya, peristiwa ‘perang sarung’ sejenis ini sudah menjadi budaya di kalangan remaja saat ramadhan. Begitu juga yang terjadi di tahun lalu kejadian yang sama terjadi diberbagai wilayah yang ada negeri ini. Maraknya pelajar dan anak di bawah umur menjadi pelaku beragam kejahatan mencerminkan rusaknya generasi.

Sebagai halnya yang diketahui pemuda merupakan generasi penerus peradaban bangsa. Oleh karena itu, pemuda sebagai aset yang harus dijaga, dilindungi dan dibina. Sehingga memiliki pola pikir dan pola sikap yang benar. Namun generasi sekarang mengalami kerusakan yang sangat parah. Maka dari itu banyak ditemui pelaku berbagai tindak kejahatan dari usia mereka yang sudah melanggar hukum.

Rusaknya generasi pada hakikatnya tidak bisa lepas dari peran pendidikan yang diterapkan. Di mana kurikulum saat ini berasas pada sekulerisme, sistem ini memisahkan nilai-nilai agama dari kehidupan. Padahal sebenarnya fitrah manusia terikat dengan aturan yang ditetapkan oleh Sang Pencipta.

Tatkala aturan dipisahkan dari kehidupan pasti akan menghasilkan kekacauan yang sangat parah. Hal ini menjadi bukti bahwa kurikulum pendidikan gagal mencetak generasi yang berkualitas. Di mana generasi hanya dibimbing agar pintar dan cerdas dalam ilmu alat tetapi sedikit di keimanan dan akhlak yang akhirnya mencetak generasi tidak bermoral.

Selain itu, lingkungan yang rusak juga berpengaruh dalam membentuk kepribadian kualitas generasi. Perilaku masyarakat yang semakin individualis dan liberal menjadikan pendukung perbuatan maksiat. Kondisi ini disebabkan oleh tidak adanya pemberian nasihat antar sesama dan membiarkannya atas nama kebebasan dalam berperilaku. Belum lagi maraknya tayangan dengan konten kekerasan dan seksual sudah menjadi santapan sehari-hari.

Berbeda dengan sistem Islam yang terbukti sukses dalam membangun generasi unggul dari pola pikir dan pola sikap. Sehingga tidak hanya sekedar menjadi ilmuwan yang cerdas namun memiliki kepribadian baik. Oleh karena itu, apabila generasinya baik akan mencetak peradaban manusia yang baik.

Islam memiliki sistem pendidikan yang kuat karena berasas akidah Islam. Di mana Islam mengajarkan umatnya agar tidak memisahkan aturan Sang Pencipta dari berbagi segi kehidupan. Sehingga dalam pandangan Islam generasi adalah aset peradaban yang memiliki hak untuk dijaga dan dibentuk menjadi pribadi yang berkualitas.

Adapun cara yang efektif untuk mewujudkan hal tersebut melalui sistem pendidikan Islam yang diterapkan. Karena dengan pendidikan setiap orang akan memeproleh ilmu yang akan terlepas dari kebodohan dan kemaksiatan. Serta akan berupaya terus menerus untuk melakukan amal saleh.

Kurikulum yang diterapkan oleh sistem Islam salah satu tujuannya untuk mencetak generasi yang memiliki kepribadian Islam. Tolok ukur dalam kehidupan bukan lagi memperoleh kepuasan melainkan ridha Allah semata. Mereka akan sabar dan ikhlas ketika menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.

Dalam menentukan pengajaran metode yang digunakan talkiyan fikriyan akan mampu mencetak generasi yang beriman bertakwa. Adapun metode ini yang diajarkan semua ilmu diarahkan membangun pemahaman tentang kehidupan yang akan menjadi landasan berperilaku. Selanjutnya, ilmu yang diterapkan akan mencerdaskan akal dan meningkatkan taraf berfikir kepada siswa. Oleh karena itu, siswa bisa menyelesaikan berbagai permasalahan kehidupan yang terjadi.

Sistem Islam akan melahirkan generasi yang unggul dan memiliki berkepribadian mulia tidak sekedar ahli di ilmu saintek tetapi ulama yang faqih fiddin. Maka untuk mewujudkannya membutuhkan sistem yang mendukung untuk melindungi generasi dari kerusakan. Tidak adanya sistem ini yang diterapkan akan menghambat terciptanya generasi yang berkualitas. Wallahu a’lam bissawwab.

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi