Kenaikan Harga Ramadan 1444 H: Siapakah yang Diuntungkan?

Oleh. Retno Asri Titisari
(Pemerhati Generasi dan Sosial Ekonomi)

Bulan Ramadan tinggal hitungan hari. Tentu saja kaum muslim menyambut dengan antusias karena ini Ramadan tanpa isu covid-19 yang menyertai. Setelah 2 tahun sebelumnya, ketakutan mencekam dan pelarangan ibadah karena berkerumun. Tahun 2023, meski katanya virus tersebut masih ada, rakyat seolah mengabaikannya dan bulan mulia menjadi moment yang dinantikan.

Beberapa bahan pangan pokok meningkat harganya karena permintaan yang melonjak. Komoditas pangan tersebut di antaranya adalah cabai, telur, ayam, daging, hingga minyak goreng. Pemerintah juga melakukan monitoring harga pokok pangan tersebut. Kenaikan harga pangan jelang puasa menjadi fase pertama, melonjaknya harga pangan setiap tahun menuju Ramadan.

Keyakinan bahwa ibadah akan bernilai berlipat juga shaum yang dilakukan. Seolah menjadi kebiasaan bahwa harus masak yang berbeda dibandingkan selain Ramadan. Hal ini memancing adanya stok belanja masyarakat. Inilah salah satu kemungkinan alasan naiknya permintaan pasar.

Kenaikan barang pun saat ini sudah seperti ada pola yang terbentuk. Setiap moment hari raya, nataru dan hari baik untuk pernikahan, maka harga akan naik. Tentu saja akhirnya masyarakat juga terpola dengannya. Penumpukan barang biasa dilakukan untuk mengantisipasi kenaikan harga, akhirnya menjadi lingkaran setan yang sulit dilepaskan mana yang memicu.

Jika benar bulan puasa jatuh pada tanggal 22 Maret 2023, berarti sebentar lagi. Kenaikan harga diklaim pemerintah karena pasokannya masih sangat tipis dari petani. Kementerian perdagangan mengatakan beberapa komoditas yang pasokannya dipengaruhi oleh faktor cuaca di antaranya adalah cabai dan bawang merah. Cuaca ekstrem sejak 2023 menjadikan produksi keduanya turun. Catatan Kemendag di 20 pasar induk pada Maret 2023, rata-rata pasokan cabai seminggu terakhir sebesar 326.000 ton per hari. Sedangkan bawang merah sebesar 55,18 ton per hari di bawah pasokan normal.

Padahal, mulai 2022 dan awal tahun, Zulhas juga sudah memprediksi kenaikan harga. Satuan-satuan dinas daerah juga mempersiapkan untuk terjadinya lonjakan harga. Faktanya ketika kenaikan harga terjadi penguasa dan staff nya tak bisa berbuat banyak. Lalu untuk apakah ada perkiraan dan persiapan sebelumnya?

Kenaikan harga seolah sesuatu yang tidak dapat dikendalikan dan ditolak. Apakah pedagang yang diuntungkan? Untuk itu, maka berapa besarnya keuntungan biasanya tergantung seberapa banyak timbunan yang sudah dilakukan. Bayangkan, jika semua pedagang menimbun. Permintaan pasti akan berton ton banyaknya. Dan yang mengeruk keuntungan besar dari semua ini pastilah para pemilik produksi barang itu.

Para pemilik modal besar pasti bermain untuk membangun dan menjamin keuntungan besar mereka mengalir. Dengan pembentukan opini yang seolah mendukung moment penting masyarakat. Seperti di bulan Puasa harus menahan lapar dan dahaga, maka butuh nutrisi. Juga adanya kewajiban untuk mengeluarkan sedekah. Semua euphoria untuk berbelanja n konsumsi. Lalu ini menjadi kebiasaan dan dimanfaat oligarki dengan menyediakan kebiasaan itu.

Luar biasanya, penguasa hari ini seolah hanya sebagai pengamat dan penonton. Lingkaran setan ini tak terbantahkan bahkan oleh negara. Begitulah permainan uang dalam sistem kapitalisme membelenggu dan menjerat para pemujanya. Asalkan uang didapat kepentingan rakyat langsung terlupa.

Operasi pasar selalu dijadikan jurus andalan dan menyatakan bahwa harga-harga sembako terkendali dan stok aman. Namun, realitas di lapangan tiba-tiba harga merangkak naik. Alhasil, mereka kelabakan menyikapinya. Mahalnya sembako memberi dampak yang luar biasa bagi masyarakat, di antaranya kesejahteraan menurun, kemiskinan meningkat, kelaparan, hingga gizi buruk.

Berbeda dengan sistem Islam. Negara sejatinya adalah pelayan dan pelindung untuk masyarakat, bukan untuk para pengusaha. Negara wajib memastikan bahwa kebutuhan masyarakat terpenuhi dengan sebaik-baiknya, sebagaimana kewajiban negara memastikan kedaulatan dan kemandirian negara tetap terjaga. Tidak ada kepentingan yang mengikutinya, tetapi hanya bersandar pada ketaatan dan pertanggungjawaban di hadapan Allah Swt.
Negara benar-benar memastikan bahwa segala sumber daya alam dikelola dengan mekanisme yang benar, tidak diprivatisasi untuk pihak asing dan swasta. Hal ini demi terwujudkan kebutuhan masyarakat secara menyeluruh.

Negara akan memperhatikan pengaturan berbagai aspek dalam upaya pemenuhan pangan dalam negeri. Negara menjamin tersedianya pangan dengan harga yang dapat terjangkau masyarakat dengan mendorong peningkatan dan inovasi penyediaan sumber pangan yang dibutuhkan. Negara akan mengupayakan produksi bahan pangan secara mandiri demi kepentingan pemenuhan kebutuhan rakyat semata.

Islam juga akan menjamin mekanisme pasar terlaksana dengan baik. Negara wajib menjamin dan memberantas distorsi, seperti penimbunan, monopoli, dan penipuan. Negara akan menyediakan informasi ekonomi dan pasar, serta membuka akses informasi bagi semua orang untuk meminimalkan informasi yang tidak tepat yang bisa dimanfaatkan oleh pelaku pasar untuk mengambil keuntungan secara tidak benar. Maka kenaikan harga tak perlu menjadi pola dan lingkaran setan yang dimanfaatkan oligarki pangan untuk mendulang keuntungan. Hanya dengan sistem dan negara Islam kemuliaan bulan suci bersih dan terlaksana optimal untuk beribadah secara paripurna

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi