Oleh. Ainun Afifah
(Kontributor MazayaPost.com)
Baru 1 bulan lebih kita memasuki tahun baru, kita sudah dipaparkan fakta yang sangat miris tentang kemiskinan ekstrem. Hingga kini, kemiskinan masih menjadi masalah menahun yang kronis di berbagai negara termasuk Indonesia. Hal ini sudah diperkirakan oleh pemerintah Indonesia pada pertengahan tahun 2023.
Pemerintah memperkirakan kemiskinan ekstrem bisa melonjak drastis pada penghujung tahun masa pemerintahan Presiden Joko Widodo, yakni tahun 2024. Ini karena basis perhitungan penduduk miskin yang digunakan secara global berbeda dengan yang digunakan pemerintah selama ini.
Mirisnya, kemiskinan juga berdampak pada anak-anak seperti rentan terpapar penyakit, stunting, dan gizi buruk.
Mengutip dari antara (15/2/2023) “Secara global, terdapat 333 juta anak yang hidup dalam kemiskinan ekstrem, berjuang untuk bertahan hidup dengan pendapatan kurang dari 2,15 dolar AS (Rp33.565) per hari, dan hampir satu miliar anak hidup dalam kemiskinan multidimensi,” kata Direktur Global Kebijakan Sosial dan Perlindungan Sosial UNICEF, Natalia Winder Rossi.
Solusi Tambal Sulam
Natalia menyatakan bahwa memperluas cakupan perlindungan sosial bagi anak-anak sangatlah penting bagi pengentasan kemiskinan. Menurutnya tunjangan anak adalah perlindungan sosial penting yang dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan anak-anak dalam jangka Panjang. Tunjangan anak dapat diberikan dalam bentuk uang tunai atau kredit pajak, dan sangat penting untuk mengurangi kemiskinan serta mengakses layanan kesehatan, nutrisi, pendidikan berkualitas, air dan sanitasi.
Sejalan dengan pernyataan Natalia, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/ Kepala Bappenas Suharso Monoarfa memastikan, pemerintah akan terus konsisten mengentaskan kemiskinan ekstrem hingga 2024, caranya dengan memperbaiki pemberian bantuan sosial secara lebih tepat sasaran untuk mengurangi beban pengeluaran, pemberdayaan sosial dan ekonomi dengan memberikan jaminan peningkatan pendapatan, serta memperluas akses pelayanan dasar. Dikutip dari cnbc indonesia (5/6/2023).
Jika kita cermati, penyelesaian masalah kemiskinan hingga berdampak pada masa depan generasi tidak akan selesai hanya dengan tunjangan sosial atau bantuan sosial saja. Lebih dari itu, sebenarnya masalah kemiskinan ini adalah masalah yang sistemis atau disebut kemiskinan struktural, yakni akibat keserakahan sistem kapitalisme. Sehingga diberikan bantuan sekalipun ketika akar masalahnya yaitu sistem kapitalisme dengan bebas menguasai dunia maka solusi itu ibarat tambal sulam.
Kapitalisme Akar Permasalahan
Semua permasalahan yang terjadi termasuk kemiskinan adalah dampak dari penerapan sistem ekonomi kapitalis. Kapitalismelah yang menjadi penyebab utamanya. Sistem kapitalisme yang menyerahkan kepemilikan umum kepada swasta atau individu telah merampas hak-hak masyarakat secara umum. Siapa yang memiliki modal mampu mengunakan kekuatan modal (capital) secara efektif dan efisien akan dapat memenangkan pertarungan dan bisnis, termasuk diantaranya distribusi kepemilikan ditengah-tengah masyarakat.
Akibatnya, kekayaan alam yang seharusnya dinikmati rakyat dan terdistribusi secara adil dan merata justru hanya berputar pada segelintir orang. Tentu sangat ironi dengan kekayaan yang melimpah, tanah yang subur, serta garis pantai yang terbentang dari sabang sampai merauke sejatinya membuat negeri ini kaya dan rakyatnya sejahtera. Dengan membabat jutaan hektar hutan yang disulap menjadi perkebunan kelapa sawit, mengeruk kekayaan bumi dari yang berbentuk gunung hingga jauh ke dalam tanah tidak membuat negeri ini lebih sejahtera.
Kondisi ini merupakan konsekuensi dari reinventing government dimana negara hanya berperan sebagai regulator, bukan pelaksana. Sehingga diserahkan kepada swasta dengan privatisasi. Hal ini akan dimanfaatkan oleh mereka para korporasi untuk mengambil keuntungan. Maka tidak heran, kesenjangan para kapitalis dengan rakyat miskin semakin menganga.
Islam Solusi Tuntas
Itulah kerusakan yang ditimbulkan sistem kapitalisme yang membawa kesengsaraan dan mengancam generasi. Sangat jauh berbeda dengan sistem Islam yang besumber dari wahyu Allah Swt. Islam dengan seperangkat aturannya memiliki solusi yag mendasar dan tuntas dalam mengatasi setiap permasalahan termasuk kemiskinan. Solusi tersebut antara lain:
Pertama, pembagian kepemilikan secara benar. Ada tiga pengelompokan kepemilikan dalam islam yaitu individu, umum, dan negara. Pembagian ini harus jelas dan sangat penting agar tidak terjadi dominasi ekonomi, yakni pihak kuat menindas yang lemah lantaran harta milik umum dikuasai oleh individu atau korporasi.
Kedua, pembangunan ekonomi yang bertumpu pada sektor riil, bukan non riil. Islam memandang kegiatan ekonomi hanya terdapat dalam sektor riil seperti pertanian, industri, perdagangan, dan jasa. Dari sektor inilah kegiatan ekonomi didorong untuk berkembang maju. Bukannya dari nonriil yaitu seperti jual beli saham, obligasi, sekuritas, dsb. di mana ini berjalan dengan transaksi ribawi yang jelas dalam Islam haram.
Ketiga, distribusi kekayaan yang merata. Sistem ekonomi islam menjamin bahwa seluruh rakyat akan terpenuhi semua kebutuhan asasinya (primer). Misalnya negara berhak memberikan sebidang tanah yang mati kepada individu yang bisa mengelolanya.
Keempat, negara menjamin terpenuhinya kebutuhan pokok masyarakat seperti sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan, dan keamanan. Dalam hal sandang, pangan, dan papan, negara memberi kemudahan untuk mendapatkannya seperti harga terjangkau, kemudahan bekerja, dan kemudahkanan akses kebutuhan tersebut. Adapun terkait pendidikan, kesehatan, dan keamanan. Negara harus memenuhinya secara gratis, tidak boleh ada komesialisasi dan kapitalisasi dalam ketiga hal ini.
Inilah sistem Islam yang mampu mengatasi bahkan mencegah persoalan kemiskinan ekstrem. Jika masyarakat sejahtera dengan terpenuhinya kebutuhan asasi mereka, generasi akan terbebas dari penyakit, gizi buruk, ataupun stunting. Dengan demikian persoalan ekonomi seekstrem apa pun akan bisa terselesaikan jika Islam diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan. Hal ini dapat terwujud hanya dalam bingkai Khilafah. Wallahu a’lam.