Oleh. Nikmatul Choeriyah (Pegiat Literasi)
Musim kemarau telah menyapa berbagai wilayah di Indonesia. Disaat yang sama, musibah kekeringan yang berujung pada krisis air bersih juga terjadi terutama di daerah pedesaan. Seperti halnya saat ini yang terjadi di kabupaten karawang. Seperti dikutip dari www.tvberita.co.id – Sebanyak 10 desa di 5 Kecamatan Kabupaten Karawang terdampak kekeringan pada musim kemarau periode Agustus 2024.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Karawang, Ferry Muharram menyebutkan, pada bulan Agustus ini terjadi sebuah eskalasi suhu panas (kemarau), sehingga menyebabkan beberapa wilayah terkena dampak kekeringan. Saat diwawancarai tvberita pada hari jumat, 30 Agustus 2024 kemarin, beliau mengatakan bahwa mayoritas wilayah yang terdampak kekeringan adalah wilayah selatan karawang.
Beliau juga memaparkan, wilayah yang terdampak antara lain; Kecamatan Pangkalan 4 desa, Kecamatan Tegalwaru 1 desa, Kecamatan Telukjambe Barat 3 desa, Kecamatan Ciampel 1 desa dan Kecamatan Klari 1 desa. “Totalnya dari 5 kecamatan ada 10 desa, yaitu Desa Mulansari, Kertasari, Jatilaksana, Taman Mekar, Kutalanggeng, Wanakerta, Wanajaya, Wanasari, Parungmulya, Curug,” paparnya.
Dari 5 kecamatan 10 desa tersebut, lanjut dia, tercatat ada sebanyak 2.979 KK dan 7.850 jiwa yang terdampak kekeringan.
Dalam hal ini, pihaknya telah menyalurkan air sebanyak 186.000 liter (32 tengki) serta memberikan bantuan logistik berupa sembako kepada seluruh warga terdampak. Mesti telah ada usaha dari pemerintah untuk membantu masyarakat dalam menghadapi kekeringan. Namun, hal itu hanya menjadi solusi tambal sulam, karena pada akhirnya hal tersebut akan kembali terulang.
Air sebagai Sumber Kehidupan
Tak bisa dimungkiri bahwa air adalah sumber kehidupan makhluk hidup. Manusia, tumbuhan, serta hewan membutuhkan air agar tetap hidup. Adanya eksploitasi sumber daya alam (SDA) yang berlebihan yang menyebabkan rusaknya alam. Akibatnya terjadi perubahan iklim dan pemanasan global sehingga menyebabkan musibah bagi manusia, seperti kekeringan yang melanda di sebagian wilayah di Indonesia.
Hal demikian terjadi akibat penerapan sistem kapitalisme dalam kehidupan. Sistem ini hanya berorientasi pada materi. Hal ini yang menyebabkan eksploitasi sumber daya alam dan aktifitas industriaslisasi secara besar- besaran. Kerusakan lingkungan dan kekeringan pun tak bisa terelakkan.
Solusi Islam dalam Mengatasi Kekeringan
Musibah kekeringan pernah terjadi pada kaum muslimin selama sembilan bulan lebih tepatnya pada masa Khalifah Umar bin Khattab ra. Akibat dari kekeringan ini, pertanian dan peternakan pun sangat terkena dampaknya, karena tidak mampu maksimal dalam memenuhi kebutuhan hidup dan terjadilah bencana kelaparan.
Pada saat sang khalifah mendengar keluh kesah rakyatnya, kemudian Khalifah Umar bin Khattab ra bersumpah tidak akan makan daging dan samin (minyak) sampai musibah itu berakhir dan beliau pun menepati janjinya. Kemudian untuk menangani bencana kelaparan tersebut, Khalifah Umar bin Khattab ra mengirim surat kepada Amru bin Ash di Mesir, dan Abu Musa al-Asy’ari di Bashrah untuk meminta bantuan. Kedua gubernur itu kemudian mengirimkan bantuan dalam jumlah besar yang dikirim melalui laut. Bantuan juga dikirimkan oleh Abu Ubaidah berupa 4.000 hewan tunggangan yang membawa makanan. Semua bantuan itu kemudian didistribusikan oleh Khalifah Umar bin Khattab ra kepada rakyat yang membutuhkan.
Selain itu, Khalifah Umar bin khattab ra melakukan salat istisqa, yaitu salat untuk meminta diturunkan hujan. Dalam Islam, musibah kekeringan yang saat ini terjadi di berbagai wilayah bukan semata- mata karena kerusakan alam akibat ulah dari tangan manusia, namun lebih dari itu, ini adalah ujian dari Allah Swt. Khalifah Umar bin Khattab ra sangat memahami bahwa seorang pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya, sebagaimana sabda nabi saw., “Imam itu pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.”
Musibah kekeringan ini hanya bisa diatasi ketika pengelolaan sumber daya alam dilakukan dengan tepat dan benar serta memperhatikan kelestarian lingkungan, sehingga sumber air tetap tersedia. Namun, hal demikian tidak bisa ketika sistem yang dipakai masih sistem kapitalisme, yang hanya mementingkan para pengusaha dan condong kepada para pemilik modal. Hanya dengan diterapkan sistem kehidupan Islam, solusi dari semua problem umat saat ini. Allahu akbar. Wallahualam bisawab.