Oleh. Iin Rohmatin Abidah, S.Pd.
(Kontributor MazayaPost.com)
Akhir-akhir ini, kasus kekerasan dalam rumah tangga makin marak terjadi di lingkungan sekitar kita. Bahkan kasus ini menjadi isu yang paling mendesak dan meluas di masyarakat. Masyarakat makin dibutakan oleh berbagai macam penyebab atau pemicu persoalan sehingga menjadikan mereka kehilangan akal dan hati nuraninya.
Maraknya Kekerasan dalam Keluarga
Data laporan terbaru dari aplikasi Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (Simfoni PPA) yang dikeluarkan oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA), ternyata Indonesia mengalami lonjakan yang signifikan dalam kasus kekerasan sepanjang tahun 2024. Data yang masuk mulai dari per 1 Januari 2024 hingga 14 Agustus 2024 mencatat total 15.490 kasus kekerasan. Dan kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) ternyata yang masih mendominasi laporan, dengan total 9.503 kasus (dradio.id, 15/08/2024).
Belum lagi kasus kekerasan yang terjadi antara orang tua dan anak atau sebaliknya, ternyata juga tidak kalah ramai di masyarakat jika dibandingkan dengan kasus KDRT yang ada. Bagaimana kasus pembunuhan Nidzam Ahmad Alfahri (6 tahun) yang dilakukan oleh ibu tirinya, menjadi kasus yang cukup viral dipenghujung bulan Agustus kemarin. Karena korban ditemukan dalam kondisi yang sangat mengenaskan terbungkus dalam karung, dan teridentifikasi mendapatkan banyak siksaan sebelum korban dibunuh oleh ibu tirinya.
Sementara di Cirebon, juga terjadi kasus kekerasan yang dilakukan oleh seorang anak yang tega menghabisi nyawa ayah kandungnya sendiri, bahkan adik perempuannya pun mendapatkan penganiyayaan pula dari sang kakak (metrotvnews.com, 24/08/2024). Memang miris sekali kalau kita mendapati kondisi masyarakat saat ini.
Rusaknya Bangunan Keluarga
Sistem kapitalisme yang saat ini diterapkan di tengah-tengah menjadikan hubugan keluarga kalah dengan materi dan lebih mengedepankan emosi. Banyak orang tua yang lalai dengan tanggung jawabnya terhadap keluarga khususnya anak mereka. Para orang tua tersebut juga lebih mengedepankan pemenuhan akan kebutuhan materi anak dibandingkan dengan kebutuhan agama pada anak yang sejatinya akan digunakan sebagai bekal mereka hidup. Hal ini menjadikan banyak anak yang kurang perhatian dan kasih sayang orang tuanya karena mereka lebih memilih untuk mengumpulkan materi sebanyak-banyaknya.
Negara seharusnya juga memiliki peranan penting dalam menghilangkan atau rusaknya hubungan antara anggota keluarga. Jika saat ini bangunan keluarga banyak yang rusak, maka hal itu menunjukkan bahwa negara gagal dalam berbagai sistem yang diterapkan di tengah-tengah masyarakat, baik sistem pendidikan, sistem ekonomi dan sistem politik yang semuanya merujuk pada sistem kapitalisme. Karena terbuki sistem-sistem tersebut tidak mampu memperbaiki rusaknya bangunan keluarga yang ada dan hanya mengedepankan kepentingan materi saja.
Islam Solusi Sempurna
Di dalam sistem Islam, negara akan mendudukkan dirinya sebagai pemimpin (raa’in), yang salah satu tugasnya adalah menjaga fungsi dan peran keluarga. Selain itu, Islam juga memiliki sistem pendidikan islami yang berkualitas dan berasaskan pada akidah Islam. Sehingga dengan sistem tersebut akan mampu menjaga hubungan keluarga, bangunannya tetap harmonis.
Negara akan menerapkan sistem Islam secara menyeluruh di semua aspek kehidupan sehingga pastinya akan terwujud sistem kehidupan yang baik di temgah masyarakat, serta keluarga pun akan baik dan terjaga. Karena pada dasarnya, semua persoalan ada di bawah kontrol negara. Wallahualam bisawab.